A. Asal-usul Orientalisme
Munculnya orientalisme tidak terlepas dari beberapa faktor yang melatarbelakangi, antara lain akibat perang salib atau ketika dimulainya pergesekan politik dan agama antara islam dan Kristen barat Palestina argumentasi mereka menyatakan bahwa permusuhan politik berkecamuk antara umat islam dan Kristen selama pemerintahan Nuruddin Zanki dan Salahudin al Ayubi. Karena kekalahan demi kekalahan yang dialami pasukan Kristen, maka semangat membalas dendam tetap membara selama berabad-abad.
Kecemburuan kaum Orientalis antara lain dilatarbelakangi oleh giatnya penyebaran syiar Islam. Dalam waktu satu abad sejak kelahirannya, Islam telah melintasi Jazirah Arabia, Afrika Utara, Spanyol, dan Negara-negara Eropa lainnya.
Faktor lainnya adalah bahwa orientalisme muncul untuk kepentingan penjajahan Eropa terhadap Negara-negara Arab dan islam di Timur, Afrika Utara dan Asia Tenggara, serta kepentingan mereka dalam memahami adat istiadat dan agama bangsa-bangsa jajahan itu demi memperkokoh kekuasaan dan dominasi ekonomi mereka pada bangsa-bangsa jajahan.
Faktor-faktor tersebut mendorong mereka menggalakkan studi orientalisme dalam berbagai bentuknya di perguruan-perguruan tinggi dnegan perhatian dan bantuan dari pemerintah mereka.
Kekhawatiran orang Eropa (Kristen) timbul karena tersebarnya Islam melalui sekolah Islam di Cevilla, Toledo, dan Cordova (Spanyol). Sekolah ini menarik banyak murid dari kalangan masyarakat Eropa, masyarakat Kristen Eropa, maupun kalangan Muslim. Karena iri, mereka pun melontarkan berbagai macam tuduhan terhadap Islam, diantaranya Islam disampaikan dengan kekerasan.
Para Paus, uskup, dan pastur pun turut mempelajari Islam dalam rangka mengatur strategi penghancuran umat Islam. Karena pengaruh merekalah banyak diantara raja Eropa mempelajari Islam dengan tujuan melemahkan kaum muslimin. Salah seorang pastur yang mempelajari Islam di Cordova adalah Jerbert de Oralic (938-1003 M). Setelah menguasai bahasa Arab, ilmu pengetahuan Islam, ilmu eksakta, dan ilmu falak, ia diangkat menjadi pemimpin agama tertinggi di Perancis (999-1003 M).
Gerared de Cremona (1111-1187) adalah seorang pendeta Hilia yang mempelajari Islam di Toledo, Andalusia. Setelah menguasai bahasa Arab, ia menerjemahkan tidak kurang dari 87 buku berbahasa Arab, termasuk kitab Rasaail al-Kindi fi al-Aqli wal-Ma’quul karya al-Farabi dan Al-Qanuun fil-Thibi karya Ibnu Sina.
Setelah kaum muslimin menguasai semenanjung Iberia (Andalusia), sebagian Negara Prancis, Italia, Sisilia, dan beberapa pulau di laut Tengah sejak pertengahan abad ke-8 Miladiyah, kebudayaan Islam terus berkembang. Ia menerangi hampir separuh dunia dan menjadi dasar pendorong kebangkitan bangsa-bangsa di Eropa. Hal ini berlangsung hingga abad ke-13 Masehi.
Banyak diantara para pelajar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan di Andalusia. Misalnya, utusan dari Prancis adalah Ratu Elizabeth, putri raja Prancis Louis VI. Ratu Duban, putri Pangeran George (yang menjabat gubernur di provinsi Wales) memimpin 18 orang putri kerajaan negri tersebut menuntut ilmu di Andalusia. Sedangkan utusan dari provinsi Savo, Bavir, Saxon, dan Rhein berjumlah 700 pemuda dan pemudi dikirim ke sana pada tahun 1293.
Landasan rasa iri kepada umat Islam jugalah yang mendorong mereka merebut kekuasaan kaum muslimin atas Baitul Muqaddis di Yerusalem. Muncullah kemudian doktrin Perang Suci yang menyebabkan meletusnya Perang Salib I (1096 M). Tokohnya antara lain Johannes Damscendi dan Theofanes Confesor. Perang Salib yang dikenal sebagai perang Fisabilillah di kalangan umat Islam ini berlangsung sekitar 200 tahun.
B. Kristenisasi di Indonesia
Kemenangan partai agama (Kristen) pada pemilihan di Belanda tahun 1901 mengubah wajah politik di sana. Partai Liberal - yang telah menguasai politik selama 50 tahun - kehilangan kekuasaannya, sedangkan golongan agama semakin kuat dan membawa pemerintahan ke prinsip Kristen. Pidato tahunan raja pada bulan September 1901 --yang menggambarkan jiwa Kristen - menyatakan mempunyai kewajiban etis dan tanggung jawab moral kepada rakyat Hindia Belanda (Nusantara), yakni memberikan bantuan lebih banyak kepada penyebaran agama Kristen. Dukungan terhadap kristenisasi Hindia Belanda dipertegas, sejalan dengan politik hutang budi yang dicanangkan.
Selanjutnya, berlangsung misi penjajahan kolonialisme dan imperialisme untuk mewujudkan tri logi Gold (meraih kekayaan), Gospel (menyebarkan ajaran), dan Glory (mencapai kemegahan). Tri logi ini diwujudkan melalui tindak kekerasan dan perampasan terhadap kekayaan bangsa Islam. Mereka memaksakan diterimanya faham Kristen di dunia Islam, terutama Suriah yang pada saat itu merupakan kota perdagangan utama bagi dunia Barat dan Timur.
Menurut para pengamat Muslim, kegiatan Orientalis di negeri-negeri Muslim tidak berdiri sendiri. Pada hakikatnya, ia merupakan kelanjutan strategi Perang Salib, sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Husein dalam bukunya.
Bangsa Indonesia pun mengenal sejumlah tokoh orientalis yang pernah menjalankan misinya di tanah air. Salah seorang diantaranya adalah snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Kaki tangan Belanda ini ditugaskan untuk mematahkan perlawanan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim khususnya di daerah Aceh.
Rudi Paret memperkirakan, bangsa Eropa mulai mempelajari bahasa pada abad ke 12 M. sebab, pada saat itu Al-Qur’an telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan telah banyak pula terbit kamus arab latin.
Dalam bukunya, Edward Said mengisyaratkan bahwa orientalis lahir bersamaan dengan ditetapkannya keputusan konferensi Gereja Wina pada tahun 1312 M. pada saat itu telah terbentuk departemen-departemen studi arab di beberapa universitas di Eropa.
Sesungguhnya, orientalisme berawal dari pembenturan antara dunia Islam dan Kristen yang didorong oleh sentimen agama pada abad pertengahan. Adanya sifat sentimen itu sendiri diakui oleh kalangan Barat. Misalnya, di dalam bukunya, Gulbert Denogent (meninggal tahun 1124) mengatakan bahwa ia tidak memiliki referensi tertulis untuk membedakan yang benar dan yang salah mengenai Islam. Pengakuan serupa juga dikemukakan Southern di dalam bukunya Nadazaratul-Gharib ilial-islam fil-Qarnil-Wusthaa (pandangan barat terhadap Islam pada abad pertengahan).
C. Taktik Penjajah Belanda
Munculnya para orientalis Belanda itu perlu disimak pula latar belakang politik penjajah Belanda yang menguasai Indonesia selama tiga setengah abad. Dr. Aqib Suminto menggambarkan strategi penjajah Belanda, di antaranya diungkapkan sebagai berikut:
Usaha Belanda untuk mengkonsolidasi kekuatannya mendapat perlawanan dari raja-raja Islam, dan di tingkat desa, dari para guru serta ulama Islam. Meskipun Belanda berhasil mengontrol sebagian besar daerah Nusantara yang ditaklukkannya, namun Islam tetap melebarkan sayapnya. Bahkan sejak abad ke-19 Islam mendapatkan daya dorong, berkat semakin meningkatnya hubungan dengan Timur Tengah.
Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani masalah Islam ini, sering disebut dengan istilah Islam Politiek, dimana Prof. Snouck Hurgronje dipandang sebagai peletak dasarnya. Sebelum itu kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda terhadap Islam hanya berdasarkan rasa takut dan tidak mau ikut campur, karena Belanda belum banyak menguasai masalah Islam.
Berkat pengalamannya di Timur Tengah dan Aceh, Snouck Hurgronje, sarjana sastra Smith yang mempunyai andil sangat besar dalam penyelesaian perang Aceh ini kemudian berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan menghadapi Islam di Indonesia.
Selasa, 04 Agustus 2009
Asal Usul Orientalisme
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ORIENTALISME
A. PENDAHULUAN
Di zaman era globalisasi ini tanggapan terhadap kajian mengenai karya-karya orientalisme semakin bertambah banyak, ini merupakan bukti adanya kesadaran umat Islam yang semakin tinggi terhadap pemahaman agamanya.
Kajian Orientalisme secara besar-besaran yang terus meningkat sejak abad ke-18 dan pengaruhnya yang semakin meluas telah menggugah para pemimpin muslim untuk menelaah hasil-hasil kajian pemikir barat mengenai Islam dengan motif dan tujuan yang berbeda-beda.
Merupakan hak bagi setiap muslim untuk mengetahui penilaian pihak lain terhadap ajarannya, moralitasnya, sejarahnya, kebudayaannya, dan sebagainya. Disamping itu pula sebelum mengetahui semua itu terlebih dahulu cari tahu mengenai pengertian dari pada Orientalisme itu sendiri, agar tidak terjadi kesalahan dalam memahaminya.
Kajian mengenai Orientalisme merupakan fenomena yang relative baru yang diwakili oleh beberapa Orientalis modern, karena kajian orientalisme pada masa-masa sebelumnya hampir seluruhnya mengisyaratkan tujuan-tujuan terselubung atau kebencian.
Oleh karena itu perlunya kita mengkaji dan mempelajari mengenai pemahaman tentang orientalisme untuk menelaah pandangan para pemikir non muslim tentang Islam, Al-qur'an, kenabian, hadits dan Umat Islam. Selain itu juga manfaatnya ialah untuk menyanggah tuduhan-tuduhan kaum orientalisme terhadap Islam dan umat Islam serta menumbuhkan kesadaran terhadap kesadaran kesalahan yang dilakukan oleh kaum orientalis yang memandang secara sempit tentang wawasan keislaman juga untuk mengambil manfaat dari hasil kajian kaum orientalis. Khususnya kajian objektif ilmiah murni yang tidak dicemari motif-motif misi keagamaan, penjajahan, dan sikap apriori. Karena itu kajian mengenai orientalisme perlu kita kaji bersama.
B. PENGERTIAN ORIENTALISME
1. Pengertian Secara Etimologi
Pengertian Orientalisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin; "orient" atau "oriri" yang berarti terbit. Dalam bahasa Prancis dan Inggris "orient" berarti; " Direction of rising sun " (arah terbitnya matahari atau bumi belahan timur). Sedangkan yang dimaksud dengan bumi belahan timur adalah wilayah yang membentang luas dari kawasan Timur Dekat ( wilayah Turki dan sekitarnya) hingga Timur jauh (Jepang, Korea, dan Cina) dan dari Asia Selatan hingga Republik-republik Muslim bekas Uni soviet, serta kawasan Timur Tengah hingga Afrika Utara.
Sebagai lawan dari "orient" adalah "occident", yang dalam bahasa Inggris berarti: "direction of setting sun" (arah tenggelamnya matahari atau bumi belahan barat), yang dalam bahasa Latin disebut "occident". Namun pengertian orient dalam konteks orientalisme lebih banyak menekankan pada Dunia Timur Islam secara keseluruhan termasuk Andalusia, Sisilia dan wilayah Balkan dari pada mengenai dunia Timur secara geografis atau politis.
Karena ancaman ancaman terhadap Barat dalam sejarah, hanya kekuatan Islam sajalah yang menghadang Eropa dengan tantangan yang gigih, sehingga Islam merupakan problem sendiri bagi Barat. Maka istilah Timur bagi Barat tidak sinonim dengan Timur Asia secara keseluruhan. Maka Istilah yang paling ketat dipahami, berlaku untuk Islam yang dianggap mengancam Barat. Sedangkan bubuhan "isme" berasal dari bahasa Belanda, atau "isma" dalam bahasa Latin atau "ism" dalam bahasa Inggris berarti: "Adoctrin, theory, or system".
Maka orientalisme menurut bahasa dapat diartikan dengan ilmu tentang ketimuran atau studi tentang dunia Timur.
2. Pengertian Secara Terminologi
Orientalis menurut istilah banyak berbagai pendapat yang mengemukakan, tapi orientalisme bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dunia ketimuran dalam bidang akademik. Namun pada kenyataannya orientalisme bukan hanya sebatas mempelajari dunia timur atau dalam hal ini tentang keislaman, namun mereka juga mengatur strategi untuk menghancurkan umat Islam lewat apa yang ia pelajari, oleh sebab itu ia mempelajari tentang keislaman agar ia mengetahui kelemahan dari umat Islam itu sendiri.
Menurut Edward Orientalisme ialah:
Suatu aliran penafsiran yang kebetulan materinya adalah Timur, peradaban-peradabannya, orang-orangnya dan lokalitas-lokalitasnya. 1)
Itu sebabnya karena mereka merasa gagal dalam politik imprealisme, sehingga mereka menempuh jalan ini. Mereka juga melakukan kajian keislaman agar dapat menghancurkan keimanan umat Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Daud Rasyid:
Ini semua setelah mereka merasa gagal menguasai umat Islam melalui politik Imperialisme, Barat menempuh jalan lain. Diantaranya melancarkan serangan dari 'dalam'. Untuk itu, mereka mengadakan kajian tentang Islam, untuk mengetahui "titik-titik lemah"nya (menurut asumsi mereka). Kemudian disebar luaskan di lingkungan mereka dan ketengah-tengah umat Islam sendiri untuk menggoyahkan keimanan umat Islam terhadap agamanya. 2)
Dengan demikian orientalisme bukan hanya satu doktrin positif mengenai Timur yang selalu hadir di Barat; orientalisme juga merupakan tradisi akademis yang berpengaruh (jika orang merujuk kepada seorang spesialis akademik yang disebut seorang orientalis). 3)
Oleh karena itu orientalisme menurut bahasa sangat berbeda jauh dengan orientalisme menurut istilah, karena memang dalam hal aplikasinya mereka melancarkan serangan dengan rencana-rencana jahat yang mereka buat.
C. KARAKTERISTIK ORIENTALISME, INTEGRASI KEPENTINGAN IMPERIALISME, MISIONARISME DAN ORIENTALISME
Dalam kajian orientalisme, memiliki beberapa karakteristik yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, karena antara kesemuanya memiliki
keterkaitan secara khusus, seperti yang dikutip dalam buku tentang Orientalisme;
1. Orientalisme merupakan satu kajian yang memiliki satu keterkaitan kuat dengan penjajahan barat didunia Timur, khususnya Inggris dan Prancis sejak akhir abad kedelapan belas hingga akhir perang dunia kedua. Kemudian tongkat estafet neo imperialisme diwariskan kepada Amerika Serikat yang mewakili Negara-negara imperialis barat pasca perang dunia II hingga sekarang.
Fenomena orientalisme mempunyai hubungan organis dengan fenomena imperialisme sehingga antara keduanya sulit dipisahkan. Maka setiap Negara imperialis baik yang kecil maupun yang besar dapat dipastikan memiliki pusat kajian orientalisme. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bilamana wilayah dapat bertambah luas, bertambah luas pula kajian-kajian mengenai orientalisme seperti yang pernah dilakukan oleh Negara Inggris dan Prancis khususnya pada abad kesembilan belas dan awal abad ke dua puluh.
2. Orientalisme merupakan suatu kajian yang memiliki keterkaitan kuat dengan missionarisme. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orientalis Kristen yang mempunyai spesialis kajian teologis dan kitab suci (perjanjian lama dan perjanjian baru) dengan pengkaderan khusus, bekerja sama dengan kaum orientalis Yahudi untuk melakukan kajian Islam dan kaum muslimin yang bertujuan diantaranya adalah untuk mengetahui celah-celah yang dapat dimasuki untuk memutar balik fakta kebenaran islam, menyebar bibit-bibit permusuhan dan pertentangan dikalangan umat Islam, menabur keraguan untuk mendangkalkan keraguan keyakinan yang mereka anut, dan berusaha untuk menjauhkan mereka, bahkan sampai batas tertentu berusaha memurtadkan mereka untuk kemudian memeluk agama Kristen.
3. Orientalisme adalah suatu kajian yang disebabkan adanya keterkaitan kepentingan secara organis dengan imperialisme dan missionarisme, tidak mempunyai komitmen, atau setidaknya, kecil kemungkinannya memiliki komitmen pada objektivitas ilmiah, khususnya pada domain kajian mengenai Islam. Maka kiranya dapat dimaklumi, jika kajian-kajian orientalisme menyajikan Islam dengan nuansa sikap meremehkan, memutarbalik fakta, menghukumi dan mengeneralisasikan secara asal-asalan dengan maksud agar umat Islam membenci ajaran agama yang mereka anut, berusaha melakukan pemurtadan cultural yaitu merubah budaya muslim dari Islam kepada budaya barat dengan cara yang diantaranya berupa ajakan kepada pembaharuan Islam, westernalisasi dan modernisasi, sekulerisme dan nasionalisme, dialog dengan kebudayaan-kebudayaan kontemporer, pendekatan dan kerukunan umat beragama, dan setrusnya menurut versi mereka.
4. Orientalisme adalah kajian yang memberi andil secara efektif bagi pengambilan kebijaksanaan politik barat terhadap negeri-negeri muslim. Diantara kaum orientalis banyak yang bekerja sebagai penasihat bagi pemerintah Negara mereka dalam merancang atau mengantisipasi perkembangan politik imperialisme dan missionarisme di dunia Islam. 4)
Jadi, penjajahan barat didunia timur dan missionarisme tidak terlepas dari misi Orientalisme sebagai pelaksana dari apa yang mereka pelajari tentang dunia ketimuran. Oleh karena itu imperialis bukan hanya penjajahan semata tetapi mereka juga mencoba menebarkan permusuhan dan pertentangan diantara umat Islam ditambah dengan para missionaries yang berusaha untuk menjauhkan umat Islam dari keyakinannya dan memurtadkannya.
Selain itu, orientalis memiliki kaitan penting dengan kristenisasi, karena orientalisme merupakan senjatanya kristenisasi.
Orientalisme dan kristenisasi termasuk akal pembaratan dan senjata perang kebudayaan yang paling mencolok. Masing-masing mempunyai medannya sendiri tetapi keduanya saling melengkapi dalam hal bahwa orientalisme mempersiapkan racun yang disebarluaskan oleh kristenisasi dilembaga-lembaga pendidikan dan perguruan-perguruan tinggi.
D. DASAR HUKUM ORIENTALISME
1. Q.S. Al-Baqarah: 6
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6)
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”
Disini menunjukan bahwa orang-orang kafir apabila diajak untuk berdiskusi dan diberi masukan dan peringatan mereka hanya mendengarkan saja, dan sama saja dengan tidak kita beri masukan atau peringatan.
2. Q.S. Al-Baqarah: 7
خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7)
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[5], dan penglihatan mereka ditutup[6]. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
3. Q.S. Al-Baqarah: 9
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
Orientalisme adalah bagian dari tipu daya mereka yang sedang dan terus berlangsung untuk menghancurkan umat Islam, tapi ternyata secara tidak sadar usaha itu hanya akan sia-sia saja dan justru akan menguntungkan umat Islam.
4. Q.S. Al-Baqarah: 109
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (109)
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya[7]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Pada kenyataannya orang-orang kafir berusaha memurtadkan orang-orang Islam, dan itu terjadi pada umat Islam yang awam dan berada ditingkat bawah. Tapi bisa kita lihat orang-orang yang masuk agama Islam mereka adalah orang-orang yang pintar dan paham tentang ilmu pengetahuan serta banyak dikalangan pendeta dan pastur yang masuk Islam dan itulah kekuasaan Allah mencakup segala sesuatu.
5. Q.S. Al-Baqarah: 120
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (120)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Sebagaimana yang kita ketahui ayat ini tidak asing lagi bagi umat Islam, karena kita dapat menyadari apabila orang-orang kafir menyerang kita lewat berbagai cara, maka kita akan kembali pada ayat ini.
Selain tiu mereka juga memiliki tiga tujuan pokok dari pembaratan dan perang kebudayaan yang dilancarkan oleh kekuasaan barat melalui lembaga orientalisme dan kristenisasi, yaitu:
1. Menyimpangkan pemahaman Islam
2. Menghancurkan persatuan Islam
3. Merusakkan sumber-sumber informasi dan ajaran Islam8)
6. Q.S. Al-Baqarah: 217
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (217)
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Segala cara apapun yang mereka kerahkan demi kehancuran umat Islam, seperti yang tergambar dalam ayat diatas.
7. Q.S. Ali Imran: 118
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآَيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
Oleh karena itu kita jangan sekali-kali menjadikan dari mereka sebagai pimpinan atau seseorang yang kita taati karena itu hanya akan memberikan kemudharathan bagi kita dan juga akan menyusahkan kita. Selain itu semua orang-orang kafir sekarang sudah dibekali untuk pemurtadan.
8. Q.S. Al-Anfal: 73
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ (73)
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu[9], niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”
E. KESIMPULAN
Dunia barat secara terus menerus memerangi Islam dengan persenjataan yang semakin canggih. Dalam pendidikan tinggi, Islam dibombardir dengan tidak kurang dari delapan buah penerbitan majalah berkala mereka mengenai agama, budaya, sejarah dan peradaban Islam menurut pemikiran barat.
Dalam surat Al-baqarah ayat 120 menjelaskan bahwa ketidak relaan mereka terhadap Islam. Sehingga mereka menggunakan berbagai cara untuk menghancurkan Islam dan supaya Islam mengikuti ajaran mereka. Namun suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah adalah bahwa kaum orientalis tidak mampu menunjukkan argumentasi yang dapat membantah kebenaran Al-qur’an dan Assunnah.
Mereka hanya mampu mengejek, mengecam, dan tidak jarang memutar balikkan fakta. Dan seandainya anggapan mereka benar, mengapa mereka tidak mampu memberikan argumentasi dengan dukungan kemampuan intelektual yang mereka miliki yang dapat membantah kebenaran Islam? Islam diserang semata karena menentang pandangan materialisme, dan menjadi penghalang utama bagi dominasi Dunia barat atas dunia timur. Mereka berkesimpulan bahwa jika ajaran Islam tidak dapat dipadukan dengan filsafat materialisme barat berarti Islam ajaran bakhil.
Oleh karena itu kita harus mewaspadai para orientalis yang berkeliaran disekitar kita walau pada kenyataannya orientalis yang paling benci terhadap Islam sekalipun, tidak mampu mengingkari secara ilmiah outentisitas Al-qur’an yang tetap terpelihara hingga kini dan dijamin hingga masa mendatang.
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH
1. PENDAHULUAN
Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah) saja, tetapi juga seluruh unsur yang terkait dengan dakwah yang dapat menjalankan secara efektif tujuan dari apa yang dikehendaki oleh maksud dan tujuan dakwah itu sendiri.
Aktivitas dakwah dapat berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan dakwah yang dilakasanakan mengandung unsur-unsur manajemen dakwah, maka pelaksanaan dakwah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan agar tujuan tercapai.
Namun, aktivitas dakwah ternyata tidak cukup membutuhkan kesholehan dan keikhlasan bagi para aktivisnya, tetapi juga dibutuhkan kemampuan pendukung berupa manajemen. “Kebaikan yang tidak terorganisir, akan dapat dikalahkan oleh kemunkaran yang terorganisir dengan baik”, demikian sayyidina Ali ra. berujar. Disinilah pentingnya manajemen dalam dakwah, yaitu kemampuan untuk mengumpulkan dan mengelola seluruh potensi dakwah (internal dan eksternal), memberdayakannya, dan menggunakannya sebagai kekuatan dalam melakukan dakwah.
2. PENGERTIAN MANAJEMEN
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, manajemen, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Artinya, manajemen sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
Pengertian tersebut dalam skala aktivitas juga dapat diartikan sebagai aktivitas menertibkan, mengatur, dan berpikir yang dolakukan oleh seseorang, sehingga ia mampu mengemukakan, menata, dan merapikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, mengetahui prinsip-prinsipnya serta menjadikan hidup selaras dan serasi dengan yang lainnya.
Sedangkan secara terminology terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
“The process of planning, organizing, leading, and controlling the work of organization members and of using all available organizational resources to reach stated organizational goals”.
[Sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengaturan terhadap para anggota organisasi serta penggunaan seluruh sumber-sumber yang ada secara tepat untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan]
Disamping itu, terdapat pengertian lain dari kata manajemn, yaitu “ kekuatan yang menggerakkan sesuatu uasaha yang bertanggungjawab atas sukses dan kegagalannya suatau kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain.
3. PENGERTIAN DAKWAH
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da'a, yad'u, da'wan, du'a. yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amar ma'ruf dan nahi munkar, mauidzhah hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta'lim dan khotbah.
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan kesalamatan dunia dan akhirat. Memang pada dasarnya para ulama memberikan definisi yang berfariasi seperti contoh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan, dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan yang munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Namun lebih dari itu, istilah dakwah mencakup pengertian mengenai suatu aktivitas yang bersifat mengajak pada orang lain untuk mengamalkan ajaran islam, yang proses penyampaiannya dilakukan secara sadar dan sengaja juga dengan berbagai cara atau metode yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagian hidup dengan dasar keridhoan allah sehingga dengan hal itu syariat islam dapat dicapai dan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
4. UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH
Tahapan Manajemen Dalam Dakwah
Paling tidak ada 4 aspek pokok dalam aktivitas dakwah yang harus dimiliki oleh setiap gerakan (organisasi) dakwah Islam, yaitu 1) Memiliki konsep, pemikiran (fikrah) yang jelas 2) Memiliki metode (thoriqoh) yang benar bagi penerapan fikrah tersebut, 3) Digerakkan oleh SDM dengan kualifikasi tertentu, dan 4) Ikatan yang benar antar SDM dalam organisasi tersebut. Keempat hal itu tentu harus dibangun di atas dasar (kaidah) gerak yang shahih, yaitu aqidah Islam.
Jika melihat empat hal pokok diatas, maka kemampuan manajemen dan manajemen itu sendiri mutlak dibutuhkan dalam aktivitas dakwah Islam.
Manajemen dapat diartikan sebagai rangkaian proses aktivitas yang mencakup perancangan formulasi, implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan organisasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu dimasa datang.
Secara praktis diterapkan dalam empat tahapan utama, meliputi :
a. Analisis Lingkungan Organisasi
Yaitu aktivitas untuk mengetahui kondisi lingkungan internal maupun eksternal organisasi, sehingga tergambar keadaan internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dan posisi organisasi terhadap eksternal (peluang dan ancaman). Hasil ini, menjadi dasar yang faktual dalam menyusun kebijakan dan keputusan strategis dalam operasional dakwah.
b. Formulasi Strategi dan Taktik
Merupakan hal penting yang menjadi sandaran utama dari semua aktivitas dakwah, serta mengarahkan (orientasi) semua potensi yang dimiliki oleh organisasi (baca: dakwah) ke suatu tujuan secara fokus dalam batas waktu yang terukur. Maka formulasi strategi harus mengandung kejelasan : visi, misi, tujuan, target, rancangan program kerja/ aksi. Dengan ini akan jelas apa yang akan dihasilkan (output) untuk objek dakwah dan bagi gerakan atau organisasi dakwah Islam itu sendiri (outcome). Dalam istilah lain, ada hulu dan jelas muaranya.
c. Implementasi Strategi
Implementasi strategi menitik beratkan pada unsur-unsur : struktur organisasi dan pemberdayaan SDM, kepemimpinan, budaya organisasi, yang memperjelas kefungsian tiap-tiap posisi dan orang di dalamnya. Siapa melakukan apa dan bagaimana melakukannya merupakan hal terpenting dalam implementasi strategi.
d. Pengendalian dan kontrol
Biasanya bagian ini yang paling sulit dilakukan secara konsisten, karena pengendalian merupakan penetapan standar/ tolok ukur secara sistematis berjalannya sebuah organisasi. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan itu, organisasi akan bisa memotret perkembangan yang telah dicapainya dalam meraih tujuan. Sekaligus menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan berikutnya.
5. PENUTUP
Manajemen merupakan sebuah sarana yang bisa memberikan berbagai kemudahan. Sehingga dakwah menjadi lebih dinamis, cepat dalam bertindak (responsif) namun terencana dan terukur, dilakukan oleh SDM yang tepat, dan memberikan dampak yang besar terhadap organisasi dan lingkungan. Bukan justru sebaliknya, menjadi rumit dan menghambat dinamisasi dakwah, atau bahkan menimbulkan masalah baru.
Referensi:
M. Munir, Ilahi Wahyu, Manajemen Dakwah, Kencana, Jakarta, 2006.
ISTIKHARAH
Di zaman sekarang sering kita lihat sebagian orang mempraktekkan berbagai macam takhayul untuk membantu mereka memilih dan membuat suatu keputusan dalam hidup. Sebagian orang menggunakan media membaca telapak tangan. Masyarakat Arab pagan (masa lalu) menggunakan media anak panah atau arah burung. Jika ada seekor burung terbang ke satu arah maka dianggap itu pertanda buruk dan jika si burung tersebut terbang ke arah lainnya maka itu dianggap sebagai pertanda baik.
Islam tidak mengenal takhayul. Islam mengajarkan prinsip dasar bahwa pengetahuan tentang masa depan hanya milik Allah SWT. Dan untuk itu jalan satu-satunya bagi mereka yang beriman adalah dengan meminta bantuan Sang Pencipta yang Maha Mengetahui apa yang terjadi di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Shalat Istikharah merupakan salah satu cara untuk meminta bantuan dan pertolongan dari Allah SWT ketika kita harus memilih pilihan yang terbaik diantara beberapa pilihan yang ada. Shalat Istikharah dilakukan setelah sebelumnya berwudhu lalu shalat dua rakaat dan sesudahnya membaca Doa Istikharah. Nabi Muhammad SAW besabda "Tidak akan rugi orang yang mengerjakan istikharah dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah."
Setelah melakukan shalat Istikharah lalu lanjutkan dengan melaksanakan keputusan yang menurut ia terbaik dan keputusannya itu akan diberkati oleh Allah SWT. Shalat Istikharah tidak mesti melibatkan pengalaman seseorang dengan penampakan atau lewat mimpi. Mungkin saja sebagian orang mempunyai 'penglihatan' atau merasa terdorong dengan hati nuraninya untuk melangkah ke suatu arah tertentu.
Shalat Istikharah adalah shalat sunnat yang dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah oleh mereka yang berada diantara beberapa pilihan dan merasa ragu-ragu untuk memilih. Spektrum masalah dalam hal ini tidak dibatasi. Seseorang dapat shalat istikharah untuk menentukan dimana ia kuliah, siapa yang lebih cocok menjadi jodohnya atau perusahaan mana yang lebih baik ia pilih. Setelah shalat istikharah, maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan hati dalam memilih. Rasulullah saw bersabda:
عن جابر بن عبد الله قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمنا الاستخارة في الأمور كما يعلمنا السورة من القرآن يقول : " إذا هم أحدكم بالأمر فليركع ركعتين من غير الفريضة ثم ليقل : اللهم إني أستخيرك بعلمك وأستقدرك بقدرتك وأسألك من فضلك العظيم فإنك تقدر ولا أقدر وتعلم ولا أعلم وأنت علام الغيوب اللهم إن كنت تعلم أن هذا الأمر خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري - أوقال في عاجل أمري وآجله - فاقدره لي ويسره لي ثم بارك لي فيه وإن كنت تعلم أن هذا الأمر شر لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري - أو قال في عاجل أمري وآجله - فاصرفه عني واصرفني عنه واقدر لي الخير حيث كان ثم أرضني به " . قال : " ويسمي حاجته " . رواه البخاري
Jabir r.a. berkata: Rasulullah telah mengajarkan kepada kami istikharah dalam segala urusan kami sebagaimana ia mengajarkan sesuatu surat dari Al-Qur’an, maka Nabi bersabda: Apabila salah seorang diantara kamu akan mengerjakan sesuatu, hendaklah ia mengerjakan shalat dua raka’at. (sunnat). Kemudian membaca do’a: Allahumma inni astakhiruka bi’ilmika waastaqdiruka biqudratika wa as’aluka min fadhlikal adhim, fa innaka taqdiru wala aqdiru wata’lamu wala a’lamu wa anta allamul ghuyub allahumma inkunta ta’lamu anna hadzal amra khairun aajilihi faqdurhu li wayassirhu li,tsumma baarik li fihi, wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun li fi dini wa ma’asyi wa ‘aqibati amri. Auqala: aajili amri wa aajilihi fashrifhu anni washrifni anhu waqdurlial khaira haitsu kana tsumma raddhini bihi qala: wayusammi hajatahu. (Ya Allah saya minta pilihan-Mu menurut pengetahuan-Mu, dan saya mengharap dengan kekuasaan-Mu dan saya ohon dari kurnia-Mu yang besar, sesungguhnya Engkaulah yang kuasa dan saya tidak kuasa. Dan Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui. Engkau ya Allah mengetahui yang ghaib, ya Allah jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagiku, di dalam agamaku dan penghidupanku serta akibatnya baik yang segera maupun yang akhir, maka takdirkanlah bagiku dan mudahkanlah untukku kemudian berkatilah bagiku di dalamnya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini berbahaya bagiku, dalam agamaku dan penghidupanku serta akibatnya, yang segera atau yang terakhir maka hindarkanlah dia daripadaku, dan jauhkan diriku daripadanya. Dan tentukanlah yang baik untukku, bagaimanapun adanya. Kemudian puaskanlah hariku dengan kebaikan itu. Kemudian menyebut hajatnya (hajatnya supaya disebut diwaktu berkata: Ya Allah jika Kau tahu urusan ini ……..). (HR. Bukhari).
KETERANGAN TENTANG SHALAT ISTIKHARAH Shalat Istikharah hukumnya sunnah. Boleh melakunkannya kapan waktu saja, siang atau malam, setelah shalat wajib atau sebelumnya. Do'a Istikharah dilakukan setelah shalat Istikharah. Boleh membaca surat apa saja setelah Al Fatihah karena tidak ada dalil yang menetapkan bacaan surat tertentu. Tidak ada keterangan bahwa seseorang apabila sudah shalat akan bermimpi, melihat sesuatu, atau lapang dadanya. Yang jelas bahwa Istikharah adalah ibadah, ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan contoh Rasullulah SAW, Istikgarah termasuk juga dzikir kepada ALlah dan Allah akan membuat hati menjadi tenang. Seorang muslim harus ridha denagn qadha' dan qadar Allah, dan apa yang ia peroleh insya Allah itu yang terbaik untuknya. Yang harus kita perhatikan dalam istikharah adalah apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabantnya. Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling tentang maksud Rasulullah SAW Shalat Istikharah cukup dilakukan sekali menurut hajat yang di butuhkan, adapun berulang sampai tujuh kali tidak ada contohnya.
KETERANGAN TENTANG SHALAT ISTIKHARAH Shalat Istikharah hukumnya sunnah. Boleh melakunkannya kapan waktu saja, siang atau malam, setelah shalat wajib atau sebelumnya. Do'a Istikharah dilakukan setelah shalat Istikharah. Boleh membaca surat apa saja setelah Al Fatihah karena tidak ada dalil yang menetapkan bacaan surat tertentu. Tidak ada keterangan bahwa seseorang apabila sudah shalat akan bermimpi, melihat sesuatu, atau lapang dadanya. Yang jelas bahwa Istikharah adalah ibadah, ibadah harus ikhlas dan sesuai dengan contoh Rasullulah SAW, Istikgarah termasuk juga dzikir kepada ALlah dan Allah akan membuat hati menjadi tenang. Seorang muslim harus ridha denagn qadha' dan qadar Allah, dan apa yang ia peroleh insya Allah itu yang terbaik untuknya. Yang harus kita perhatikan dalam istikharah adalah apa yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabantnya. Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling tentang maksud Rasulullah SAW Shalat Istikharah cukup dilakukan sekali menurut hajat yang di butuhkan, adapun berulang sampai tujuh kali tidak ada contohnya.
PESAN WASIAT PADA TEMAN YANG AKAN BEPERGIAN
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال ك استأذنت النبي صلى الله عليه وسلم في العمرة فأذن لي وقال : " لا تنسنا يا أخي من دعائك " فقال كلمة ما يسرني أن لي بها الدنيا . وفي رواية وقال : " أشركنا يا أخي في دعائك " . حديث ضعيف رواه أبو داود والترمذي وقال ك حديث حسن صحيح
Umar bin Alkhotthob r.a. berkata: Saya minta izin kepada Nabi saw. untuk pergi ber-Umroh, maka Ia mengizinkan kepadaku sambil bersabda: la tansaana ya ukhayya min du’aa ika (Jangan kau lupakan kami hai saudara dari do’a – do’a mu). Dalam riwayat lain: Asyrikna ya ukhayya fi do’aa ika. (berikutkanlah kami hai saudara dalam do’amu). Berkata Umar: Itulah suatu kalimat Rasulullah yang bagi saya lebih senang daripada mendapat kekayaan dunia semuanya.
Tradisi Rasullullah dalam Bepergian
1. Berlindung kepada Allah dari Beban Perjalanan Jika Hendak Bepergian
2. Senang Pergi pada Pagi Hari
3. Menyempatkan Tidur dalam Perjalanan di Malam Hari
4. Bertakbir Tiga Kali Ketika Telah Berada di Atas Kenda-raan
5. Berdoa Jika Tiba Waktu Malam
6. Berdoa Jika Melihat Fajar dalam Perjalanan
7. Berdoa Ketika Kembali dari Bepergian
8. Menjamak Shalat dalam Bepergian
9. Shalat di Atas Kendaraan
10. Mendoakan Orang yang Ditinggal Pergi
11. Mendoakan Orang yang Akan Bepergian
Etika Safar (Bepergian Jauh)
1. Disunnatkan bagi orang yang berniat untuk melakukan perjalan jauh (safar) beristikharah terlebih dahulu kepada Allah mengenai rencana safarnya itu, dengan sholat dua raka`at di luar shalat wajib, lalu berdo`a dengan do`a istikharah.
2. Hendaknya bertobat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dari segala kemaksiatan yang pernah ia lakukan dan meminta ampun kepada-Nya dari segala dosa yang telah diperbuatnya, sebab ia tidak tahu apa yang akan terjadi di balik kepergiannya itu.
3. Hendaknya ia mengembalikan barang-barang yang bukan haknya dan amanat-amanat kepada orang-orang yang berhak menerimanya, membayar hutang atau menyerahkannya kepada orang yang akan melunasinya dan berpesan kebaikan kepada keluarganya.
4. Membawa perbekalan secukupnya, seperti air, makanan dan uang.
5. Disunnatkan bagi musafir pergi dengan ditemani oleh teman yang shalih selama perjalanannya untuk meringankan beban diperjalananya dan menolongnya bila perlu. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda: “Kalau sekiranya manusia mengetahui apa yang aku ketahui di dalam kesendirian, niscaya tidak ada orang yang menunggangi kendaraan (musafir) yang berangkat di malam hari sendirian”. (HR. Al-Bukhari)
6. Disunnatkan bagi para musafir apabila jumlah mereka lebih dari tiga orang mengangkat salah satu dari mereka sebagai pemimpin (amir), karena hal tersebut dapat mempermudah pengaturan urusan mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Apabila tiga orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat seorang amir dari mereka”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
7. Disunnatkan berangkat safar pada pagi (dini) hari dan sore hari, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Ya Allah, berkahilah bagi ummatku di dalam kediniannya”. Dan juga bersabda: “Hendaknya kalian memanfaatkan waktu senja, karena bumi dilipat di malam hari”. (Keduanya diriwayat-kan oleh Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
8. Disunatkan bagi musafir apabila akan berangkat mengu-capkan selamat tinggal kepada keluarga, kerabat dan teman-temannya, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dan dia sabdakan: “Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan penutup-penutup amal perbuatanmu”. (HR. At-Turmudzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
9. Apabila si musafir akan naik kendaraannya, baik berupa mobil atau lainnya, maka hendaklah ia membaca basmalah; dan apabila telah berada di atas kendaraannya hendaklah ia bertakbir tiga kali, kemudian membaca do`a safar berikut ini:
Subhaanal ladzi sakhkhara lanaa haadzaa wamaa kunnaa lahu muqrinina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuuna.
“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami; Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu di dalam perjalanan kami ini kebajikan dan ketaqwaan, dan amal yang Engkau ridhai; Ya Allah, mudahkanlah perjalannan ini bagi kami dan dekatkanlah kejauhannya; Ya Allah, Engkau adalah Penyerta kami di dalam perjalanan ini dan Pengganti kami di keluarga kami; Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bencana safar dan kesedihan pemandangan, dan keburukan tempat kembali pada harta dan keluarga”. (HR. Muslim).
10. Disunnatkan bertakbir di saat jalan menanjak dan bertasbih di saat menurun, karena ada hadits Jabir yang menuturkan: “Apabila (jalan) kami menanjak, maka kami bertakbir, dan apabila menurun maka kami bertasbih”. (HR. Al-Bukhari).
11. Disunnatkan bagi musafir selalu berdo`a di saat perjalanannya, karena do`anya mustajab (mudah dikabulkan).
12. Apabila si musafir perlu untuk bermalam atau beristirahat di tengah perjalanannya, maka hendaknya menjauh dari jalan; karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Apabila kamu hendak mampir untuk beristirahat, maka menjauhlah dari jalan, karena jalan itu adalah jalan binatang melata dan tempat tidur bagi binatang-binatang di malam hari”. (HR. Muslim).
13. Apabila musafir telah sampai tujuan dan menunaikan keperluannya dari safar yang ia lakukan, maka hendaknya segera kembali ke kampung halamannya. Di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu disebutkan diantaranya: “......Apabila salah seorang kamu telah menunaikan hajatnya dari safar yang dilakukannya, maka hendaklah ia segera kembali ke kampung halamannya”. (Muttafaq’ alaih).
14. Disunnatkan pula bagi si musafir apabila ia kembali ke kampung halamannya untuk tidak masuk ke rumahnya di malam hari, kecuali jika sebelumnya diberi tahu terlebih dahulu. Hadits Jabir menuturkan :”Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang seseorang mengetuk rumah (membangunkan) keluarganya di malam hari”. (Muttafaq’alaih).
15. Disunnatkan bagi musafir di saat kedatangannya pergi ke masjid terlebih dahulu untuk shalat dua rakaat. Ka`ab bin Malik meriwayatkan: “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam apabila datang dari perjalanan (safar), maka ia langsung menuju masjid dan di situ ia shalat dua raka`at”. (Muttafaq’ alaih).
Etika Dalam Bepergian
a. Hendaklah berniat baik demi keridaan-Nya;
b. ada baiknya melakukan Salat Istikharah; Hindari bepergian untuk bermaksiat kepada Allah;
c. Bermusyawarahlah demi mendapatkan masukan;
d. Kembalikan hak-hak orang, seperti hutang atau pinjaman barang, apabila memang ada;
e. Bagi wanita, bepergianlah dengan mahram;
f. Minta doa restu kedua orang tua;
g. Berwasiatlah sepanjang diperlukan;
h. Tunjuk seseorang sebagai wakil untuk menjaga keluarga atau memenuhi kebutuhannya;
i. Tinggalkan bekal yang cukup untuk keluarga;
j. Bawalah bekal yang cukup, halal lagi baik;
k. Bepergianlah dengan orang – orang saleh;
l. Hindari bepergian sendirian, terkecuali jika terpaksa;
m. Berpamitanlah dengan sanak saudara / keluarga dan teman;
n. Jika lebih dari satu, tunjuk seorang pemimpin dan taatilah pemimpin tersebut;
o. Pemimpin sebaiknya melakukan musyawarah dengan anggora regu atau rombongan; jangan mengambil kebijakan sendiri;
p. Upayakan untuk berangkat pagi hari dengan sarana transportasi yang sesuai;
q. Bacalah doa keluar rumah / bepergian;
r. Bacalah doa ketika menaiki kendaraan dan doa bepergian;
s. Saling menolong antar anggota / teman seperjalanan;
t. Jika perjalanannya panjang, beristirahatlah, dan jangan lupa membaca doa ketika singgah di suatu tempat;
u. Perbanyaklah doa selama dalam perjalanan;
v. Segeralah pulang apabila urusan telah selesai;
w. Upayakan untuk membawa oleh-oleh bagi keluarga;
x. Sejauh mungkin beritahulah keluarga akan kedatangannya;
y. Hindari berlaku boros selama dalam bepergian; atau belanjalah seperlunya saja.
z. Ucapkan syukur ketika sampai di tempat tujuan dan ketika kembali dari bepergian.
PESAN WASIAT PADA TEMAN YANG AKAN BEPERGIAN
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال ك استأذنت النبي صلى الله عليه وسلم في العمرة فأذن لي وقال : " لا تنسنا يا أخي من دعائك " فقال كلمة ما يسرني أن لي بها الدنيا . وفي رواية وقال : " أشركنا يا أخي في دعائك " . حديث ضعيف رواه أبو داود والترمذي وقال ك حديث حسن صحيح
Umar bin Alkhotthob r.a. berkata: Saya minta izin kepada Nabi saw. untuk pergi ber-Umroh, maka Ia mengizinkan kepadaku sambil bersabda: la tansaana ya ukhayya min du’aa ika (Jangan kau lupakan kami hai saudara dari do’a – do’a mu). Dalam riwayat lain: Asyrikna ya ukhayya fi do’aa ika. (berikutkanlah kami hai saudara dalam do’amu). Berkata Umar: Itulah suatu kalimat Rasulullah yang bagi saya lebih senang daripada mendapat kekayaan dunia semuanya.
Tradisi Rasullullah dalam Bepergian
1. Berlindung kepada Allah dari Beban Perjalanan Jika Hendak Bepergian
2. Senang Pergi pada Pagi Hari
3. Menyempatkan Tidur dalam Perjalanan di Malam Hari
4. Bertakbir Tiga Kali Ketika Telah Berada di Atas Kenda-raan
5. Berdoa Jika Tiba Waktu Malam
6. Berdoa Jika Melihat Fajar dalam Perjalanan
7. Berdoa Ketika Kembali dari Bepergian
8. Menjamak Shalat dalam Bepergian
9. Shalat di Atas Kendaraan
10. Mendoakan Orang yang Ditinggal Pergi
11. Mendoakan Orang yang Akan Bepergian
Etika Safar (Bepergian Jauh)
1. Disunnatkan bagi orang yang berniat untuk melakukan perjalan jauh (safar) beristikharah terlebih dahulu kepada Allah mengenai rencana safarnya itu, dengan sholat dua raka`at di luar shalat wajib, lalu berdo`a dengan do`a istikharah.
2. Hendaknya bertobat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dari segala kemaksiatan yang pernah ia lakukan dan meminta ampun kepada-Nya dari segala dosa yang telah diperbuatnya, sebab ia tidak tahu apa yang akan terjadi di balik kepergiannya itu.
3. Hendaknya ia mengembalikan barang-barang yang bukan haknya dan amanat-amanat kepada orang-orang yang berhak menerimanya, membayar hutang atau menyerahkannya kepada orang yang akan melunasinya dan berpesan kebaikan kepada keluarganya.
4. Membawa perbekalan secukupnya, seperti air, makanan dan uang.
5. Disunnatkan bagi musafir pergi dengan ditemani oleh teman yang shalih selama perjalanannya untuk meringankan beban diperjalananya dan menolongnya bila perlu. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda: “Kalau sekiranya manusia mengetahui apa yang aku ketahui di dalam kesendirian, niscaya tidak ada orang yang menunggangi kendaraan (musafir) yang berangkat di malam hari sendirian”. (HR. Al-Bukhari)
6. Disunnatkan bagi para musafir apabila jumlah mereka lebih dari tiga orang mengangkat salah satu dari mereka sebagai pemimpin (amir), karena hal tersebut dapat mempermudah pengaturan urusan mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Apabila tiga orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat seorang amir dari mereka”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
7. Disunnatkan berangkat safar pada pagi (dini) hari dan sore hari, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Ya Allah, berkahilah bagi ummatku di dalam kediniannya”. Dan juga bersabda: “Hendaknya kalian memanfaatkan waktu senja, karena bumi dilipat di malam hari”. (Keduanya diriwayat-kan oleh Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
8. Disunatkan bagi musafir apabila akan berangkat mengu-capkan selamat tinggal kepada keluarga, kerabat dan teman-temannya, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dan dia sabdakan: “Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan penutup-penutup amal perbuatanmu”. (HR. At-Turmudzi, dishahihkan oleh Al-Albani).
9. Apabila si musafir akan naik kendaraannya, baik berupa mobil atau lainnya, maka hendaklah ia membaca basmalah; dan apabila telah berada di atas kendaraannya hendaklah ia bertakbir tiga kali, kemudian membaca do`a safar berikut ini:
Subhaanal ladzi sakhkhara lanaa haadzaa wamaa kunnaa lahu muqrinina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuuna.
“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami; Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu di dalam perjalanan kami ini kebajikan dan ketaqwaan, dan amal yang Engkau ridhai; Ya Allah, mudahkanlah perjalannan ini bagi kami dan dekatkanlah kejauhannya; Ya Allah, Engkau adalah Penyerta kami di dalam perjalanan ini dan Pengganti kami di keluarga kami; Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bencana safar dan kesedihan pemandangan, dan keburukan tempat kembali pada harta dan keluarga”. (HR. Muslim).
10. Disunnatkan bertakbir di saat jalan menanjak dan bertasbih di saat menurun, karena ada hadits Jabir yang menuturkan: “Apabila (jalan) kami menanjak, maka kami bertakbir, dan apabila menurun maka kami bertasbih”. (HR. Al-Bukhari).
11. Disunnatkan bagi musafir selalu berdo`a di saat perjalanannya, karena do`anya mustajab (mudah dikabulkan).
12. Apabila si musafir perlu untuk bermalam atau beristirahat di tengah perjalanannya, maka hendaknya menjauh dari jalan; karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Apabila kamu hendak mampir untuk beristirahat, maka menjauhlah dari jalan, karena jalan itu adalah jalan binatang melata dan tempat tidur bagi binatang-binatang di malam hari”. (HR. Muslim).
13. Apabila musafir telah sampai tujuan dan menunaikan keperluannya dari safar yang ia lakukan, maka hendaknya segera kembali ke kampung halamannya. Di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu disebutkan diantaranya: “......Apabila salah seorang kamu telah menunaikan hajatnya dari safar yang dilakukannya, maka hendaklah ia segera kembali ke kampung halamannya”. (Muttafaq’ alaih).
14. Disunnatkan pula bagi si musafir apabila ia kembali ke kampung halamannya untuk tidak masuk ke rumahnya di malam hari, kecuali jika sebelumnya diberi tahu terlebih dahulu. Hadits Jabir menuturkan :”Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang seseorang mengetuk rumah (membangunkan) keluarganya di malam hari”. (Muttafaq’alaih).
15. Disunnatkan bagi musafir di saat kedatangannya pergi ke masjid terlebih dahulu untuk shalat dua rakaat. Ka`ab bin Malik meriwayatkan: “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam apabila datang dari perjalanan (safar), maka ia langsung menuju masjid dan di situ ia shalat dua raka`at”. (Muttafaq’ alaih).
Etika Dalam Bepergian
a. Hendaklah berniat baik demi keridaan-Nya;
b. ada baiknya melakukan Salat Istikharah; Hindari bepergian untuk bermaksiat kepada Allah;
c. Bermusyawarahlah demi mendapatkan masukan;
d. Kembalikan hak-hak orang, seperti hutang atau pinjaman barang, apabila memang ada;
e. Bagi wanita, bepergianlah dengan mahram;
f. Minta doa restu kedua orang tua;
g. Berwasiatlah sepanjang diperlukan;
h. Tunjuk seseorang sebagai wakil untuk menjaga keluarga atau memenuhi kebutuhannya;
i. Tinggalkan bekal yang cukup untuk keluarga;
j. Bawalah bekal yang cukup, halal lagi baik;
k. Bepergianlah dengan orang – orang saleh;
l. Hindari bepergian sendirian, terkecuali jika terpaksa;
m. Berpamitanlah dengan sanak saudara / keluarga dan teman;
n. Jika lebih dari satu, tunjuk seorang pemimpin dan taatilah pemimpin tersebut;
o. Pemimpin sebaiknya melakukan musyawarah dengan anggora regu atau rombongan; jangan mengambil kebijakan sendiri;
p. Upayakan untuk berangkat pagi hari dengan sarana transportasi yang sesuai;
q. Bacalah doa keluar rumah / bepergian;
r. Bacalah doa ketika menaiki kendaraan dan doa bepergian;
s. Saling menolong antar anggota / teman seperjalanan;
t. Jika perjalanannya panjang, beristirahatlah, dan jangan lupa membaca doa ketika singgah di suatu tempat;
u. Perbanyaklah doa selama dalam perjalanan;
v. Segeralah pulang apabila urusan telah selesai;
w. Upayakan untuk membawa oleh-oleh bagi keluarga;
x. Sejauh mungkin beritahulah keluarga akan kedatangannya;
y. Hindari berlaku boros selama dalam bepergian; atau belanjalah seperlunya saja.
z. Ucapkan syukur ketika sampai di tempat tujuan dan ketika kembali dari bepergian.
MENGHORMATI TAMU
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت " . وفي رواية : بدل " الجار " " ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه "( متفق عليه )
“Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi saw.: Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, hendaknya menghormati tamunya. Dan siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian hendaknya menghubungi famili. Dan siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, harus berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari, Muslim)
Satu hal yang mestinya mengembirakan kita adalah apabila dikunjungi oleh sanak saudara, kerabat, sahabat, ataupun orang yang belum dikenal dengan suatu urusannya. Di tiap-tiap keluarga yang dititipi kecukupan dan kelayakan tempat tinggal, selalu disediakan ruang tamu. Lalu, ruang tamu pun dihiasi dengan kursi atau sofa tamu. Pada keluarga-keluarga tertentu, ada pula disediakan ruang untuk tamu biasa dan ruang khusus untuk tamu istimewa. Semua demi upayakan menyambut tamu dan memuaskannya.
Adab memuliakan tamu adalah adab kaum Muslim. Rasulullah saw selalu memuliakan tamunya, baik dari kalangan sahabat maupun dari kalangan rakyat biasa. Tamu yang datang diyakini sebagai pembawa rezeki dan penggugur dosa-dosa manakala ia pamit pulang.
Di antara adab memuliakan tamu adalah menyambutnya dengan wajah menyenangkan, mempersilakannya duduk, menyuguhkan makan dan minum, dan memenuhi hak tamunya. Bahkan, ada anjuran seperti yang disampaikan Imam Bukhari bahwa tuan rumah hendaknya melayani tamunya sendiri seperti menyuguhkan minuman dengan membawa napan sendiri dari dapur ke ruangan tamu. Sikap ini menjadi penghormatan tertinggi tuan rumah terhadap tamunya. Akan tetapi, saat ini tuan rumah lebih banyak mengandalkan pembantu.
Ketika tamu pulang, tuan rumah hendaknya mengantarkan tamu sampai ke pintu atau kendaraannya. Tuan rumah tidak dianjurkan menutup pintu sebelum si tamu pergi. Demikianlah indahnya etika Islam dalam memuliakan tamu.
Rasulullah saw bersabda: "Seorang tamu datang beserta rezekinya, pergi membawa dosa-dosa tuan rumah, dan membersihkan dosa-dosa mereka." (HR Abu asy-Syaikh)
Sebaliknya, sungguh tidak disarankan kita menyambut tamu sambil bermuka masam atau berburuk sangka dengan maksud tamu kita. Berdoa lebih utama ketika menyambut tamu-tamu tidak dikenal agar memperoleh perlindungan Allah SWT dari kejahatan para makhluk-Nya.
Ada sebuah kisah yang menceritakan tentang pentingnya menjamu tamu.
Suatu hari Rasulullah kedatangan seorang tamu dirumahnya. Dari penampilan tamu itu bisa langsung ditebak, bahwa ia orang yang sangat miskin. Waktu itu Rasulullah sedang bercakap – cakap dengan tamunya. “Saya sedang dalam kesempitan, ya Rasulullah. Tak ada sesuatupun yang aku punyai,” jelas tamu itu ketika ia dipersilahkan masuk kedalam rumah oleh Rasulullah. Begitu tamu itu duduk, Rasulullah langsung beranjak kebelakang menemui istrinya. Kepada istrinya dikatakannya bahwa ada tamu yang dalam kesusahan datang, “Kita sendiri tidak mempunyai apa – apa yang bisa kita berikan, yang ada hanya air putih saja.”
Mendengar penjelasan istrinya itu, Rasulullah sedikit kecewa karena ia tak berkesempatan menjamu tamunya yang sedang dalam kesulitan. Rasulullah balik keruang tamu menemui para sahabatnya. “Siapa diantara kalian yang bersedia menjamu tamu malam ini ? Ia akan beroleh rahmat Allah S.W.T.” “Saya, ya Rasulullah. Biarlah tamu itu menginap dirumahku saja.” Salah satu diantara para sahabat Nabi itu menawarkan diri, yaitu orang Anshar. Orang Anshar itu pulanglah. Sesampai dirumah ia menemui istrinya dan bertanya kepadanya tentang apa yang mereka miliki hari itu. “Ya, istriku. Tadi aku menyanggupi tawaran Rasulullah untuk menjamu tamunya yang sedang dalam kesulitan malam ini. Adakah makanan yang dapat kita jamukan untuk tamu kita itu ?” “Sesungguhnya yang kita miliki cuma nasi untuk anak kita saja. Kalau ini kita sajikan, maka anak kita tidak dapat makanan malam ini.” “Kalau begitu bujuklah anak kita untuk segera tidur agar ia tidak merasa kelaparan.” “Tapi bagaimana ya, Nasi itu tinggal sedikit saja, tidak cukup untuk berdua.” “Begini saja, waktu tamu itu sudah datang, dan pada saat saya persilahkan makan, kamu pura – pura tidak sengaja mengibaskan lilin itu sehingga padam. Nanti, tamu itu kita persilahkan makan pada waktu gelap. Saya akan menemaninya sambil berpura – pura makan juga. Bila selesai ia makan, maka usahakan lilin sudah bisa dinyalakan.” “Baiklah ya suamiku, aku akan melakukan hal yang seperti itu.”
Pada waktu tamu itu datang, maka dilaksanakanlah sandiwara tersebut. Esok harinya ketika orang Anshar dan istrinya bertemu Nabi, sebelum sempat berkata apa – apa. Nabi langsung tersenyum sambil berkata kepda mereka, “Aku benar-benar kagum dan hormat terhadap usaha kalian berdua kepada tamumu semalam itu.”
Allah SWT berfirman yang berkenaan dengan tamu:
Sudah sampaikah padamu cerita tentang tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaman." Ibrahim menjawab: "Salamun, (kalian) adalah orang-orang yang tidak dikenal." Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya lalu dibawanya daging bakar dari anak sapi yang gemuk dan dihidangkannya kepada mereka, Ibrahim berkata: "Tidakkah kalian makan?" (Adz-Dzariyat: 24 - 27)
Syaikh Salim Al-Hilali hafidhahullah menerangkan panjang lebar firman Allah di atas dalam kitabnya Bahjatun Nadhirin. Ia mengatakan: "Ini adalah kisah tentang malaikat-malaikat yang mulia. Mereka mendatangi Ibrahim `alaihis salam untuk menyampaikan berita gembira tentang kelahiran Ishaq dan anaknya Ya`qub. Mereka lantas mengucapkan salam dan Ibrahim pun menjawabnya dengan sebaik-baiknya. Beliau tidak mengenali mereka sebab mereka datang dalam bentuk pemuda tampan, beliau sangka mereka adalah tamu-tamu sehingga beliau berkeinginan menjamu mereka dan memang beliaulah yang pertama kali menjamu tamu. Beliau menyelinap dengan sembunyi-sembunyi dan dengan segera beliau datang dengan membawa daging panggang dari sapi yang gemuk. Itulah makanan terbaik yang dimiliki yang beliau panggang di atas batu panggang. Kemudian beliau mendekatkannya kepada mereka dan mempersilahkan dengan ungkapan yang lembut dan penghormatan yang bagus: ‘Tidakkah kalian makan?’ “
Dalam ayat-ayat ini terkandung adab menjamu tamu. Beliau (Ibrahim ‘alaihis salam) datang dengan segera membawa makanan tanpa mereka (para tamu) sadari dan tanpa mengharap sebelumnya karena ungkapan (tuan rumah): ‘Kami akan menghidangkan makan’, tetapi dengan cepat dan sembunyi-sembunyi, beliau menjamu tamunya dengan seutama-utama apa yang beliau dapati dari hartanya lalu beliau dekatkan dengan cara yang baik di hadapan mereka. Tidak dengan meletakkannya lalu berkata: "Silahkan mendekat!" Tidak pula dengan perintah yang memberatkan pendengar dalam sighat jazm, tetapi beliau mengucapkan: "Tidakkah kalian makan?"
DAKWAH MEDIA
I. PENDAHULUAN
Judul makalah ini setidaknya mencerminkan adanya pandangan yang akomodatif terhadap media massa; suatu persepsi yang melihat bahwa media massa dapat dimanfaatkan untuk mengajak manusia berbuat kebajikan dan menjauhi kejahatan (amar ma’ruf nahi munkar). Sebagai mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, saya sependapat bahwa pemanfaatan media massa harus diarahkan kepada yang lebih baik demi kemaslahatan umat.
Hal ini berarti bahwa penggunaan media massa hendaknya semakin meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul. Sungguhpun para ahli berpendapat bahwa teknologi itu bebas nilai atau netral namun kita manusia sebagai pengguna teknologi yang membuatnya menjadi positif atau negatif untuk umat manusia.
Oleh karena itu, manusia sebagai kholifah yang dapat memberikan makna akan tekonologi komunikasi. Namun dalam pelaksanaannyasehari-hari hal ini tidaklah mudah. Terdapat faktor-faktor yang membuat kita tidak bisa maksimal memanfaatkan media massa, atau timbulnya dampak-dampak yang tidak kita inginkan. Dalam hal ini misalnya, kita ingin merangsang pertumbuhan market dengan memanfaatkan iklan melalui televisi. Namun diluar dugaan, kita justru mendapat ”PR” baru, yaitu bagaimana menekan tingginya sikap ”konsumtif” masyarakat. Dari contoh semacam ini, maka dapat dimaklumi bahwa tantangan dalam pembinaan dan pemanfaatan media massa selalu datang silih berganti.
II. DAKWAH DAN MEDIA MASSA
Perkembangan teknologi komunikasi dimasa yang akan datang nampaknya semakin pesat, hal ini berarti juga bahwa tantangan yang harus dihadapi dan sekaligus peluang yang harus dimanfaatkan berada didepan kita. Pertanyaannya adalah apakah kita mampu menghadapi tantangan dan menghadapi peluang.
Oleh karena itu, penguasaan ilmu dan teknologi mutlak diperlukan apalagi kita ingin memanfaatkan secara efektif dan efisien.
Pemanfaatan media massa untuk dakwah dapat kita lakukan jika kita mampu memberdayakan sumberdaya yang kita miliki secara optimal. Hal ini berarti bahwa kita harus menguasai seluk beluk teori dan praktek-praktek komunikasi antar manusia. Komunikasi antar manusia pada dasarnya adalah suatu proses interaksi antara komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk mencapai suatu kesamaan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan mengenai isi pesan tertentu.
Demikian halnya dengan dakwah sebagai salah satu bentuk komunikasi yang berarti menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang bersifat mengajak untuk mengubah suatu keadaan yang tidak baik menjadi yang baik dan terpuji.
Mengingat bahwa kehidupan umat manusia senantiasa berubah, maka dakwah Islamiyah memerlukan teknik penerapan yang akurat sesuai dengan perkembangan zaman, terutama sekali dengan masyarakat perkotaan yang dinamis dan berkembang.
Dalam menyampaikan dakwah hendaknya diperhatikan beberapa faktor, yaitu da’i (selaku komunikator), rumusan pesan yang hendak disampaikan, media tidak dipilih, metode yang diterapkan, sasaran khalayak, dan dampak yang diharapkan. Problem yang menyangkut perumusan pesan, pemilihan media dan penggunaan metode yang tepat. Sementara itu, diharapkan kita terlibat dalam berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang amat pesat dan sebagian manusia terbuai oleh kemajuan tersebut. Menghadapi kenyataan ini peran serta para da’i harus lebih digalakkan dalam rangka menyelamatkan manusia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi dalam dunia modern dan pengaruh globalisasi yang semakin menguat.
Dampak negatif era globalisasi akan menjerumuskan umat manusia bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar oleh para da’i, intelektual, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Seperti kita ketahui bahwa setiap media, baik itu media komunikasi modern maupun media komunikasi tradisional, memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Salah satyu keunggulan media massa modern yang menonjol menjangkau sasaran khalayak luas tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Namun media massa pada umumnya hanya mampu untuk membuat sasaran khalayak mengenal/mengetahui akan informasi yang disampaikan media massa. Sebaiknya media komunikasi tradisional hanya dapat menjangkau sasaran khalayak terbatas, namun media komunikasi tradisional (termasuk face to face) bukan hanya sekedar membuat orang mengetahui akan sesuatu, tapi lebih jauh dari itu yaitu mampu mengubah sikap dan perilaku sasaran khalayak.
Dengan melihat sekilas mengenai keunggulan dan kelemahan media yang ada ditengah-tengah kita, maka dapat dicari suatu metode dakwah yang tepat dengan memperhatikan komponen/unsur yang terlibat dalam proses komunikasi. Apalagi kita hendak memfokuskan diri kita kepada pemanfaatan media massa untuk dakwah, maka beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan karakteristik media massa itu sendiri. Upaya pemanfaatana media massa untuk dakwah hendaknya memperhatikan setidaknya 3 hal yaitu, program balance, program content, dan program performance.
Dengan program balance dimaksud adalah adanya keseimbangan dalam penyusunan keseluruhan acara yang disajikan melalui media massa. Program kontent yang dimaksud adalah adanya ini acara (pesan) yang dikemas dengan akurat sesuai dengan aspirasi sasaran khalayak. Sedangkan program performance dimaksud adalah adanya penyajian metode yang tepat.
Mengenai metode dakwah yang tepat sebenarnya telah ada petunjuk yang jelas dan Al-Qur’an Karim surat An-nahl ayat 125 artinya: ”ajaklah/serulah untuk berjuang dijalan Allah dengan bijaksana, dan dengan pengajaran (cara/metode) yang sebaik-baiknya dan ajaklah berdiskusi/berdialog dengan cara baik-baik pula”. Tuntunan ini dapat diaplikasikan dalam berdakwah melalui media massa maupun media tradisional.
III. MULTIMEDIA DAN TV SEBAGAI SARANA DAKWAH
Boleh dikatakan hampir tidak ada satu desapun dinegeri kita yang tidak terjangkau oleh aliran listrik. Listrik masuk desa sudah bukan semboyan lagi. Dengan demikian, selain masyarakat sudah tidak lagi menggunakan lampu minyak yang ”menghitamkan” hidung mereka untuk alat penerangf, mereka juga dapat menyaksikan tayangan-tayangan televisi baik dari stasiun televisi dalam negeri maupun luar. Hal ini selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pemirsanya, juga dapat mempengaruhi sikap mental dan cara berpikir masyarakat.
Memang belum ada penelitian khusus tentang dampak negatif dari tayangan-tayangan televisi, tapi paling tidak kecenderungan untuk hidup konsumeristik setelah menyaksikan sinetron-sinetron kita yang rata-rata menyajikan kemewahan-kemewahan, pasti muncul. Juga kecenderungan untuk menghalalkan kebebasan seks diluar nikah akan menghiasi alam pikiran kita setelah menyaksikan telenovela-telenovela iklan yang semakin nekad dalam berbusana, bertingkah laku baik dalam gerak-gerik maupun suara para pelakunya.
Bukan suatu hal yang mustahil bahwa semua itu akan mempengaruhi akhlak, jiwa, pandangan hidup dan sebagainya, khususnya untuk umat Islam hal tersebut dapat berpengaruh pada akidah. Kritik dan sasran yang selalu dilontarkan oleh para ulama, kaum cerdik pandai, aktivis LSM dan sebagainya terhadap tayangan TV tetap harus kita pandang sebagai sesuatu yang positif, namun kita tidak dapat terus menerus hanya menyandarkan pada cara-cara seperti itu saja. Kita harus memberikan tayangan-tayangan alternatif sebagai counter sebelum akidah umat ini hancur dan kebebasan seks, pornografi, sadisme dan sebagainya itu menjadi ”budaya” bagi kehidupan bangsa kita.
Melihat sifat-sifat yang khas tersebut, maka sudah selayaknya kita memanfaatkan media televisi ini untuk aktifitas dakwah kita disamping untuk melengkapi sistem dakwah yang interpersonal.
Tidak dapat dipungkiri memang, bahwa stasiun-stasiun televisi kita yang ada, telah memberikan kesempatan kepada produk-produk tayangan yang Islami, namun sampai seberapa jauhkah mereka mau menrimanya dibanding-produk-produk yang non Islami yang sangat populer dengan sebutan produk komersial?
Kata ”KOMERSIAL” inilah terkadang menghalangi produk tayangan Islami untuk ikut menghiasi stasiun-stasiun TV kita, kecuali pada bulan Ramadhan dan hari-hari besar Islam saja, sehingga tayangan Islami dianggap sebagai tayangan yang temporal. Padahal tayangan-tayangan Islami dapat juga dinikmati kapanpun dan dalam situasi apapun. Persoalannya karena pengertian komersial telah diidentikan dengan selera yang tida k terlalu tinggi, dengan kemewahan-kemewahan, sedikit berbau porno dan jangan terlalu berpegang pada akhlak mulia, dan lain-lain sebangsanya. Bagi para pembuat produk tayangan islami hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi untuk membuktikan bahwa produk Islami pun dapat komersial dan menarik tanpa berpegang pada pengertian negati.
Persoalan lain yang muncul adalah sampai seberapa jauh kita mampu membuktikan bahwa tayangan Islami dapat bersaing dengan produk-produk non Islami, sementara sumber daya kita dalam pembuatan produk-produk tersebut masih langka? Maka jalan yang harus kita lakukan untuk mengatasi hal itu adalah mendirikan pusat-pusat pemdidikan kesenian dan teknologi pertelevisian Islami. Kalaupun stasiun TV tetap tidak mau menerimanya kita toh dapat memproduksinya melalui sarana video CD yang dapat dijual langsung kepada masyarakat.
IV. PELUANG DAKWAH
Dalam era global ini, sekat-sekat regional relatif pudar dengan alat bantu teknologi komunikasi. Semuanya merupakan tantangan bagi dakwah Islamiyah, jika aktivitas dakwah tidak mengambil bagian dalam proses tersebut. Hanya ada satu pertanyaan: ”dipermainkan atau jadi pemain?”
Untuk menjadi pemain dalam, tentu saja harus mengenal berbagai media yang tersedia dewasa ini; mulai dari yang baru sampai yang konvensional. Beberapa media yang dikutif dari MANAJEMEN DAKWAH DI ERA GLOBAL Sebuah Pendekatan Metodologi, Rohadi Abdul Fatah dan Muhammad Tata Taufik. Adalah:
1. Radio; adalah media elektronik yang paling dini dan sudah dipakai sejak lama serta sudah dikenal masyarakat. Media ini memiliki kelebihan:
a. daya pancar yang luas hingga bisa mengunjungi pemirsa yang jauh bahkan sampai ke kamar-kamar mereka.
b. Bersifat mobil dan mudah dibawa kemana-mana; di mobil, diladang ataupun di hutan sekalipun.
c. Tidak menuntut perhatian yang besar bagi pendengar, karena dia akan senantiasa bunyi tanpa harus dilihat, dan pesan akan tetap mengalir begitu saja sehingga bisa menemani pendengarannya tanpa harus berhenti dari pkerjaannya; menyetir mobil, memasak, dll.
d. Mudah dimiliki, harga terjangkau, biaya produksi murah.
e. Tidak akan ditinggalkan orang karena sifatnya yang bisa menjadi sahabat dalam berbagai kegiatan.
Melihat kelebihan ini, nampaknya radio patut mendapat perhatian untuk dijadikan media dakwah, berbagai format dakwah bisa digarap dengan pesan-pesan yang menarik dan edukatif.
Di indonesia, alhamdulillah, telah banyak radio yang formatnya sarat dengan muatan dakwah, dengan berbagai ragam corak dan gayanya.
2. TV; adalah sebagai media dakwah, sangatlah efektif dengan kelebihannya sebagai media audio visual; selain bersuara, juga dapat dilihat. Penggunaan TV sebagai media, tentu saja bisa dilakukan dengan membuat program-program tayangan yang bermuatan pesan dakwah; baik berupa drama, ceramah, film-film ataupun kata-kata hikmah; sebagaimana yang telah banyak ditayangkan diberbagai stasiun TV.
3. Tape recorder, CD dan DVD; semuanya merupakan alat-alat perekam yang bisa dipakai untuk menggandakan berbagai produk dakwah, dan ini juga sudah mulai banyak dipakai sebagai media dakwah dan pengajaran agama.
4. Dakwah via animasi. Masalah lain yang perlu digarap dakwah Islamiyah adalah memuat film-film kartun yang Islami, dengan memperkenalkan budaya dan ajaran Islam, serta cerita-cerita kepahlawanan. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat film-film animasi yang bisa dilakukan oleh para animator muslim. Sehingga, anak-anak muslim tidak kehilangan sejarah dan identitasnya.
5. Media Cetak. Surat Kabar, Majalah, Bulletin, Jurnal, Buku, Tabloid; semuanya dapat dijadikan media dakwah. Rubrikasi pada surat kabar, dengan menyediakan rubrik khusus dakwah dapat dilakukan; seperti yang tersedia dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat, Republika, dll. Pada prinsipnya, semua rubrik bisa dijadikan media dakwah dengan menyisipkan pesan dakwah dalam setiap artikel; baik berupa berita, opini, cerpen, atau feature. Selain itu, bisa juga melalui majalah, buletin, dan yang sejenis dengan media-media massa lainnya.
6. Dakwah via internet. Internet merupakan barang baru yang secara langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal. Media ini, dapat menghubungkan antarindividu penduduk dunia tanpa mengenal batas. Media ini, akan sangat baik jika digunakan sebagai sarana dakwah, dan sekaligus merupakan ciri utama dakwah era global. Berbagai kemungkinan bisa dibuat untuk dakwah. Antara lain dengan menggunakan media ini:
a. Mailing List. Membuat mail langganan bagi siapa saja yang hendak mendapatkan brosur atau artikel-artikel dakwah. Langkahnya dengan menghimpun artikel dakwah serta mendistribusikannya via e-mail yang akan didistribusikan kepada seluruh pelanggan. Para cendekiawan dan aktivis dakwah internasional, sudah banyak yang menggunakan media ini, sehingga setiap minggu, kita bisa saja mendapatkan kiriman e-mail yang berupa pesan-pesan dakwah.
b. Membuat layanan website dengan memberikan informasi dan ilmu-ilmu keagamaan. Di Indonesia, akhir-akhir ini sudah mulai bermunculan situs-situs dakwah yang dilakukan oleh para dai dunia maya. Demikian juga negara-negara Islam lain yang telah banyak mempelopori situs dakwah. Layanan yang bisa diberikan oleh website selain mailing list adalah:
1) E-book. Penyediaan buku-buku elektronik yang bisa dibaca, di copy, ataupun diprint.
2) Layanan tanya jawab masalah-masalah agama dan berbagai persoalan kehidupan dengan pendekatan agama.
3) Chatting Room. Menyediakan layanan untuk mengobrol via internet yang berhubungan dengan masalah agama; atau chatting periodik dengan menghadirkan tokoh-tokoh tertentu.
4) Forum Diskusi. Membuat forum dikusi jarak jauh, dimana seseorang bisa mengajukan sesuatu permasalahan yang ditanggapi oleh anggota lainnya.
5) Menyediakan direktori artikel yang bisa dikases oleh yang membutuhkannya.
6) Menyediakan layanan Khutbah Jum’at mancanegara; berupa audio file maupun teks file.
7) Memberikan layanan informasi address website dakwah lainnya; seperti lembaga-lembaga dakwah dan lembaga pendidikan Islam.
8) Penerbitan Jurnal dan majalah.
Semua peluang tersebut, merupakan pekerjaan rupah aktivitas dakwah Islamiyah yang harus disemarakkan untuk menghadapi tantangan dan serangan peradaban global. Berbagai gairah dan semangat untuk menyemarakkan segala jenis media elektronik untuk berdakwah adalah upaya untuk menjawab berbagai ketertinggalan kita di bidang informasi.
V. ANTISIPASI TERHADAP ERA GLOBALISASI
Seperti telah banyak dikemukakan orang bahwa abad XXI adalah abad globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi dengan berbagai macam implikasinya, baik yang bersifat harapan maupun tantangan. Satu hal yang harus diyakini, karena Islam adalah agama fitrah (Ar-Rum: 30), maka ia akan tetap dibutuhkan oleh umat manusia, kapan dan dimanapun mereka berada, dengan catatan para dai dapat menghadirkan ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat dengan bahasa yang bisa diterima dan dipahaminya. Ajaran islam yang mampu menjawab persoalan-persoalan kemanusiaan secara tuntas. Fenomena-fenomena yang terjadi sekarang, memperkuat asumsi ini. Kajian dan pengajian tumbuh dimana-mana, diberbagai kalangan, dan berbagai tempat. Kini pengajian bukan hanya milik masjid, mushola ataupun madrasah, akan tetapi menjadi milik gedung-gedung bertingkat, hotel, berbintang, gedung-gedung pemerintahan, dan terlebih lagi dikampus-kampus perguruan tinggi. Tidaklah heran apabila kini dikampus-kampus terdapat halaqoh-halaqoh yang menekuni berbagai kitab yang berbahasa arab, pemikiran keislaman dari berbagai aliran dan mazhab, dan kegiatan-kegiatan lainnya (yang mungkin 10 atau 20 tahun yang lalu, tidak terbayangkan akan terjadi).
Sementara disatu pihak, proses sekularisasi dalam berbagai bidang kehidupan berjalan dengan gencarnya, tetapi dilain pihak untuk keinginan melakukan kegiatan Islamisasi pun tidak kalah gencarnya. Fenomena BMI (Bank Muamalat Indonesia) dengan BPR-BPR Syariahnya, kini sedang intensif didirikan, atau kajian-kajian yang intensif tentang IIP (Islamisasi Ilmu Pengetahuan) adalah merupakan satu indikasi.
Jika fenomena ini ditangkap dan diantisipasi dengan baik oleh pondok pesantren, lalu dicoba ditransformasikan dalam rangka pengembangan kurikulumnya, maka hal itu tentu akan sangat bemanfaat bagi keberadaan dan kelangsungan kehidupan kehidupan pondok pesantren. Keenam nilai dan jiwa pendidikan pesantren tersebut diatas, yang begitu agung dan tinggi, dan bersifat universal disertai dengan sikap antisipatif terhadap perubahan dan perkembangan zaman, adalah sangat dibutuhkan oleh pesantren dimasa depan.
Globalisasi adalah suatu kenyataan saat hubungan sosial mendunia; tidak ada lagi hambatan jarak antara suatu realitas dengan realitas lainnya; satu kejadian yang terjadi secara lokal dengan kejadian lain yang terjadi di belahan dunia lainnya. Atau dapat juga dikatakan bahwa globalisasi adalah integrasi dan demokratisasi budaya, ekonomi dan infrastruktur yang melintasi batas negara dengan percepatan teknologi komunikasi dan teknologi informasi serta efek yang kuat dari kekuatan ekonomi pasar bebas yang menekan pasar lokal, regional dan nasional.
Beberapa pernyataan diatas menginformasikan bahwa peradaban adalah budaya tertinggi dari suatu masyarakat; dan globalisasi adalah proses terjadinya suatu kegiatan yang terjadi secara menyeluruh dibelahan dunia dalam berbagai sektor kehidupan manusia.
VI. VISUALISASI TANTANGAN DAKWAH MASA DEPAN
Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos dalam The Learning Revolution mengidentifikasi 16 kecenderungan utama yang akan membentuk dunia dimasa datang. Pertama, adanya zaman komunikasi instant. Kedua, dunia tanpa batas ekonomi. Ketiga, empat lompatan menuju ekonomi dunia tunggal. Keempat, perdagangan dan pembelajaran melalui internet. Kelima, masyarakat layanan baru. Keenam, penyatuan yang besar dengan yang kecil. Ketujuh, adanya era baru kesenangan. Kedelapan, perubahan bentuk kerja. Kesembilan, perempuan sebagai pemimpin. Kesepuluh, penemuan terbaru tentang otak yang mengagumkan. Kesebelas, nasionalisme budaya. Keduabelas, kelas bawah yang semakin besar. Ketigabelas, semakin besarnya jumlah manusia. Keempatbelas, ledakan praktek mandiri. Kelimabelas, perusahaan kooperatif dan keenambelas, adanya kemenangan individu.
Karenanya sebagai generasi muda muslim fenomena perkembangan kekinian tidak akan pernah bisa dibendung. Kita hanya bisa menandingi atau akan terlindas oleh roda perubahan. Perubahan adalah sebuah keniscayaan dan akan terus menggelinding sampai waktu yang tak bisa ditebak. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita memiliki peran utama dalam perubahan ini atau tidak. Atau bahkan kita hanya menjadi penonton. Apakah umat Islam akan menjadi pengendali perubahan (agent of change) peradaban dunia ini atau tidak, itu sangat bergantung kepada kita hari ini. Apakah kita mau merevolusi diri atau berdiam diri sambil bernostalgia dengan masa lalu. Bernostalgia dan berkhayal tidak akan pernah memberikan kontribusi apapun dalam pusaran perubahan dunia ini. Kita harus punya peran.
Untuk itu kita sebagai generasi muda, kita harus meningkatkan kompetensi dalam rangka menghadapi dan mengendalikan perubahan masa depan. Setidaknya ada sepuluh kompetensi terkait dengan tuntutan dunia global hari ini.
1. Kompetensi Lingkungan, yaitu kemampuan memahami lingkungan internasional, atau minimal kondisi negara dimana kita tinggal.
2. Kompetensi Analitik, yaitu kemampuan untuk menganalisis peluang-peluang untuk diberdayakan demi kemajuan diri dan umat.
3. Kompetensi Strategik, yaitu kemampuan menyusun dan mengembangkan startegik didasarkan analisa kedepan dan belakang.
4. Kompetensi Fungsional, yaitu kemampuan untuk merancang program dalam mengantisipasi setiap peluang dan perubahan yang mungkin terjadi.
5. Kompetensi Manajerial, yaitu kemampuan untuk mengelola setiap kegiatan yang diarahkan pada peningkatan kualitas diri dan umat.
6. Kompetensi Profesi, yaitu kemampuan menguasai keterampilan secara profesional atau keahlian pada suatu bidang tertentu.
7. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan suasana baru dalam setiap perubahan.
8. Kompetensi Intelektual, yaitu kemampuan untuk mengembangkan intelektualitas dan daya nalar, yang sangat dibutuhkan agar mampu membangun konsepsi demi tegaknya sebuah peradaban.
9. Kompetensi Individu, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan menggunakan keunggulan yang dimilikinya, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, atau keunggulan dalam bidang yang lain.
10. Kompetensi Perilaku, yaitu kemampuan untuk bersikap baik dalam setiap perilaku sesuai ajaran Islam.
Kompetensi ini menjadi sangat penting sebab sistem yang baik tapi jika tidak diiringi dengan kualitas yang baik pula, maka akan menjadi kesia-siaan.
Yang menjadi masalah dan tantangan dakwah kita kedepan adalah Globalisasi sebagai sebuah proses tengah kita rasakan dan tidak akan pernah bisa dihentikan. Karenanya ada sebagian masyarakat yang mengidap globalphobia karena tidak adanya kesiapan diri untuk menghadapinya. Globalisasi pada hakekatnya adalah proses borderless, sebuah proses menuju terbentuknya perkampungan dunia tanpa batas territorial.
Akar globalisasi menurut Rohadi Abdulfatah ada empat aspek: pertama, percepatan komunikasi dan informasi dengan adanya berbagai penemuan radio, media cetak, telepon, TV, komputer hingga internet. Kedua, berbagai organisasi dunia seperti WHO (kesehatan), PBB, UNESCO, UNDP (kemiskinan), UNHCR (ham) dll. Ketiga, perubahan ekonomi, sosial politik dunia dengan adanya industrialisasi. Urbanisasi dan kolonialisasi. Keempat, hegemoni peradaban dan budaya oleh negara-negara maju kepada negara dunia ketiga.
VII. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Pemanfaatan media massa untuk dakwah dapat kita lakukan jika kita mampu memberdayakan sumberdaya yang kita miliki secara optimal. Hal ini berarti bahwa kita harus menguasai seluk beluk teori dan praktek-praktek komunikasi antar manusia. Komunikasi antar manusia pada dasarnya adalah suatu proses interaksi antara komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk mencapai suatu kesamaan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan mengenai isi pesan tertentu.
Penerapan sebuah ideologi akan melahirkan sistem. Penerapan sistem akan melahirkan peradaban. Dakwah Media di Era Global pada hakekatnya adalah sebuah penyadaran umat Islam akan pentingnya menerapkan kembali ideologi dan sistem Islam yang telah diruntuhkan agar tegak kembali memimpin dunia menggantikan sistem kufur jahiliyah kapitalisme dan neo liberalisme yang jelas-jelas menimbulkan berbagai kerusakan.
Dengan demikian dakwah sebagai salah satu bentuk komunikasi yang berarti menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang bersifat mengajak untuk mengubah suatu keadaan yang tidak baik menjadi yang baik dan terpuji.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fatah, Rohadi, dan Tata Taufik, Muhammad, MANAJEMEN DAKWAH DI ERA GLOBAL Sebuah Pendekatan Metodologi, Jakarta: CV Fauzan Inti Kreasi, 2004.
Hafidhuddin, Didin, DAKWAH AKTUAL, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Majelis Tabligh & Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dakwah Islam Kontemporer Tantangan dan Harapan, November 2008.
Rodja Sukarta, Mad, SAATNYA UMAT ISLAM BANGKIT, Bogor: DM Grafika, 2008.
DEMOKRASI
I.PENDAHULUAN
Kata demokrasi terkesan sangat akrab dan seakan sudah dimengerti begitu saja. Dalam banyak perbincangan mulai dari yang serius sampai yang santai dimeja makanpun kata demokrasi sering terlontar. Namun apa dan bagaimana sebenarnya makna dan hakikat substansi demokrasi mungkin bekum sepenuhnya dimengerti dan dihayati, sehingga perbincangan tentang demokrasi bisa saj tidak menyentuh makna dan hakikat substansi serta dilakukan secara demokratis.
Selain itu perdebatan masalah demokrasi masih banyak diperbincangkan mengenai persoalan antara yang pro dan kontra, ini semua menjadi semakin membuat penasaran kita untuk mengkaji tentang demokrasi dipandang dari yang pro dan kontra.
II.PENGERTIAN DEMOKRASI
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah). Secara etimologis ”demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan ”cratein” atau ”cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut: (a). Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat; (b). Sedangkan Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
Dengan demikian makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
III.SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI BARAT
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara dan hukum di Yunani Kuno dan dipraktekkan dalam hidup bernegara antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. Demokrasi yang dipraktekan pada masa itu berbentuk demokrasi langsung (direct democracy) artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung itu berjalan secara efektif karena Negara Kota (City State) Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi sederhana dengan wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 orang. Selain itu ketentuan-ketentuan menikmati demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi, sedangkan bagi warga negara yang berstatus budak belian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya. Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan.
Namun demikian menjelang akhir abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan menghidupkan demokrasi. Lahirnya Magna Charta (piagam besar) sebagai suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja John di Inggris merupakan tonggak baru kemunculan demokrasi empirik. Dalam Magna Charta ditegaskan bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak khusus (preveleges) bawahannya. Selain itu piagam tersebut juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar: pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting dari pada kedaulatan raja.
Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi didunia barat adalah gerakan renaissance dan reformasi. Renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan ini lahir di Barat karena adanya kontak dengan dunia Islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan peradaban ilmu pengetahuan. Para ilmuan Islam pada masa itu seperti Ibn Khaldun, Al-Razi, Oemar Khayam, Al-Khawarizmi dan sebagainya bukan hanya mengasimilasikan pengetahuan Parsi Kuno dan warisan klasik (Yunani Kuno), melainkan berhasil menyesuaikan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan alam pikiran mereka sendiri.
Dengan kata lain renaissance di Eropa yang bersumber dari tradisi keilmuan Islam dan berintikan pada pemuliaan akal pikiran untuk selalu mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan telah mengilhami munculnya kembali gerakan demokrasi. Selanjutnya pada abad ke-19 muncul gerakan demokrasi konstitusional. Dari demokrasi konstitusional melahirkan demokrasi welfare state.
IV.SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang-surut (fluktuasi) dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia, masalah pokok yang dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dirinya dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dari segi waktu dalam empat periode yaitu, (1) Demokrasi Parlementer (1945-1959), (2) Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (3) Demokrasi Pancasila (1965-1998), dan (4) Demokrasi dalam Orde Reformasi (1998-sekarang).
V.ISLAM DAN DEMOKRASI
Salah satu isu yang paling populer sejak dasawarsa abad ke dua puluh yang baru lalu adalah isu demokratisasi. Diantara indikatorpaling jelas dari kepopuleran tersebut adalah berlipat gandanya jumlah negara yang menganut sistem pemerintahan demokratis. Namun demikian dengan gemuruh proses demokratisasi yang terjadi di belahan dunia, dunia Islam sebagaimana dinyatakan oleh para pakar seperti Larry Diamond, Juan J. Linze, Seymour Martin Lipset tidak mempunyai prospek untuk menjadi demokratis serta tidak mempunyai pengalaman demokrasi yang cukup.
Hal senada juga dikemukakan oleh Samuel P. Huntington yang meragukan ajaran Islam sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Karena itu dunia Islam dipandang tidak menjadi bagian dari gemuruhnya proses demokratisasi dunia. Dengan demikian terdapat pesimisme berkaitan pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam.
Ada beberapa alasan teoritis yang bisa menjelaskan tentang lambannya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi (demokratisasi) di dunia Islam.
1.Pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi. Teori ini dikembangkan oleh Elie Khudourie bahwa “gagasan demokrasi masih cukup asing dalam mind-set Islam.” Hal ini disebabkan oleh kebanyakan kaum muslimin yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam.
2.Persoalan kultur. Demokrasi sebenarnya telah dicoba di negara-negara muslim sejak paruh pertama abad dua puluh tapi gagal.
3.Lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam tak ada hubungan dengan teologi maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri.
John Esposito dan O. Voll adalah tokoh yang tetap optimis terhadap masa depan demokrasi di dunia Islam. Terlepas dari itu semua, tak diragukan lagi, pengalaman empirik demokrasi dalam sejarah Islam memang sangat terbatas. Dengan mempergunakan parapeter yang sangat sederhana, pengalaman empirik demokrasi hanya bisa ditemukan selama pemerintahan Rosulullah sendiri yang kemudian dilanjutkan oleh empat sahabatnya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib, yang dikenal dengan zaman khulafaurrasyidin. Setelah pemerintahan keempat sahabat tersebut menurut catatan sejarah sangat sulit kita menemukan demokrasi di dunia Islam secara empirik sampai sekarang.
VI.SYUBHAT-SYUBHAT DEMOKRASI DAN PEMUNGUTAN SUARA
Ada anggapan bahwa pemungutan suara adalah bagian dari musyawarah. Tentu saja amat jauh perbedaannya antara musyawarah mufakat menurut Islam dengan pemungutan suaraala demokrasi diantaranya:
1.Dalam Musyawarah mufakat, keputusan ditentukan oleh dalil-dalil syar’I yang menempati al-haq walaupun suaranya minoritas.
2.Anggota musyawarah adalah ahli ilmu (ulama) dan orang-orang sholeh, adapun didalam pemungutan suara anggotanya bebas siapa saja.
3.Musyawarah hanya perlu dilakukan jika tidak ada dalil yang jelas dari al-Kitab dan as-Sunnah. Adapun dalam pemungutan suara, walaupun sudah ada dalil yang jelas seterang matahari, tetap saja dilakukan karena yang berkuasa adalah suara terbanyak, bukan Al—qur’an dan As-sunnah.
A.Makna Pemungutan Suara
Pemungutan suara maksudnya ialah: pemilihan hakim atau pemimpin dengan cara mencatat nama yang terpilih atau sejenisnya atau dengan voting. Pemungutan suara ini, walaupun bermakna: pemberian hak pilih, tidak perlu digunakan didalam syariat untuk pemilihan hakim/pemimpin. Sebab ia berbenturan dengan istilah syar’I yaitu syura (musyawarah). Apalagi dalam istilah pemungutan suara itu terdapat konotasi hak dan batil. Maka penggunaan istilah pemungutan suara ini jelas bersebrangan jauh dengan istilah syura. Sehingga tidak perlu menggunakan istilah tersebut, sebab hal itu merupakan sikap latah kepada mereka.
B.Syubhat-Syubhat dan Bantahannya
1.Mereka Mengatakan:
Bahwa sistem demokrasi sesuai dengan Islam secara keseluruhan. Lalu mereka namakan dengan syura (musyawarah) berdalil dengan firman Allah:
وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka.” (Q.S. Asy-Syuura: 38)
Lalu mereka membagi demokrasi menjadi dua bagian yang bertentangan dengan syariat dan yang tidak bertentangan dengan syariat.
Bantahan:
Tidak samara lagi batilnya ucapan yang menyamakan antara syura menurut Islam dengan demokrasi ala barat. Adapun yang membagi demokrasi kedalam benar dan tidak benar adalah pembagian tanpa dasar, sebab istilahnya sendiri tidak dikenal dalam Islam.
تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
“Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” (Q.S. An-Najm: 22-23)
2.Mereka Mengatakan
Bahwa pemungutan suara sudah ada pada awal-awal Islam, ketika Abu Bakar, Umar, Utsman telah dipilih dan dibaiat.
Bantahan:
ucapan mereka itu tidak benar karena beberapa sebab:
a.telah jelas bagi kita semua kerusakan yang ditimbulkan oleh pemungutan suara seperti kebohongan, penipuan, kedustaan, pemalsuan dan pelanggaran syariat lainnya. Maka amat tidak mungkin sebaik-baik kurun melakukan praktek-praktek seperti itu.
b.Para sahabat (sebagaimana yang dimaklumi dan diketahui didalam sejarah) telah bermufakat dan bermusyawarah tentang khalifah umat ini sepeninggal Rosulullah.
Didalam riwayat Bukhori tidak disebutkan didalamnya penyebutan musyawarah Abdurrahman bin Auf bersama wanita dan tidak juga bersama tentara. Bahkan Abdurrahman bin Auf mengumpulkan 5 orang yang telah ditunjuk Umar yaitu Utsman, Ali, Zubair, Thalhah, Saad dan beliau sendiri. Selain itu Abdurrahman bin Auf juga mengajak bertukar pendapat dengan sahabat lainnya.
3.Mereka mengatakan:
‘ini adalah masalah ijtihadiyah’
Bantahan:
Apa yang dimaksud dengan masalah ijtihadiyah? Jika mereka katakan: yaitu masalah baru yang tidak dikenal dimasa wahyu dan khulafaurrasyidin.
Maka Jawabannya:
a)Ucapan mereka ini menyelisihi atau bertentangan dengan ucapan sebelumnya yaitu sudah ada pada awal Islam.
b)Memang benar pemungutan suara ini tidak ada pada zaman wahyu, tetapi bukan berarti seluruh perkara yang tidak pada zaman wahyu ditetapkan hukumnya dengan ijtihad. Dalam masalah ini ulama menetapkan hukum setiap masalah berdasarkan kaedah-kaedah ushul dan kaedah-kaedah umum. Dan untuk masalah pemungutan suara ini telah diketahui kerusakan-kerusakannya.
4.Mereka mengatakan:
Kami turun dalam kancah demokrasi karena alasan darurat.
Bantahannya:
Darurat menurut Ushul yaitu: keadaan yang menimpa seseorang berupa kesulitan bahaya dan kepayahan/kesempitan, yang dikhawatirkan terjadinya kemudharatan atau ganguan pada diri (jiwa), harta, akal, kehormatan dan agamanya. Maka dibolehkan baginya perkara yang haram (meninggalkan perkara yang wajib) atau menunda pelaksanaannya untuk menolak kemudharatan darinya, menurut batas-batas yang dibolehkan syariat.
Lalu timbul pertanyaan kepada mereka: yang dimaksud alasan itu. Karena keadaan darurat atau karena maslahat? Sebab maslahat tentu saja lebih luas dan lebih umum ketimbang darurat. Jika dahulu mereka katakan bahwa demokrasi itu atau pemungutan suara hanyalah wasilah maka berarti yang mereka lakukan tersebut bukanlah karena darurat akan tetapi lebih tepat dikatakan untuk mencari maslahat, maka terungkaplah bahwa ikut sertanya mereka dalam kancah demokrasi tersebut bukanlah karena darurat tapi hanya karena sekedar mencari setitik maslahat.
ALMAHABBAH
1.Pengertian Cinta (Mahabbah)
Cinta kepada Allah merupakan tujuan yang paling utama dari segala maqom, dan puncak yang paling tinggi dari semua tingkatan. Tidak ada maqom setelah cinta, kecuali dia adalah buah dan konsekwensinya, seperti kerinduan, rasa suka, ridho dst. Dan tidak ada maqom sebelum cinta kecuali dia adalah mukaddimahnya, seperti tobat, sabar, zuhud dan lain-lain.
Cinta tidak memiliki batasan kecuali cinta itu sendiri. Definisi cinta adalah wujudnya. Sebab, definisi adalah milik ilmu pengetahuan. Sementara cinta adalah perasaan yang memenuhi hati orang-orang yang mencintai. Yang ada didalamnya adalah perasaan yang menggebu-gebu. Semua yang dikatakan tentang cinta hanyalah sekadar keterangan tentang pengaruhnya, ungkapan tentang buahnya dan penjelasan tentang sebab-sebabnya.
Menurut Ibn Dibagh sesungguhnya cinta tidak dapat diungkapkan hakikatnya kecuali oleh orang yang merasakannya. Barangsiapa merasakannya, maka cinta itu akan menguasai pikirannya dan dapat membuatnya lupa akan apa yang sedang ia alami. Dan ini merupakan perkara yang tidak mungkin diungkapkan, perumpamaannya adalah seperti orang yang mabuk berat. Jika dia ditanya tentang hakikat mabuk yang dialaminya maka dia tidak akan dapat mengungkapkannya dalam keadaan seperti itu. Sebab mabuknya tersebut telah menguasai akalnya. Adapun perbedaan antara dua jenis mabuk ini adalah bahwa mabuk yang disebabkan oleh minuman keras merupakan sesuatu yang insidental dan bisa dihilangkan, orang yang mabuk bisa menjelaskan keadaannya ketika dia sudah sadar. Sementara mabuk cinta merupakan sesuatu yang esensial dan tidak dapat dielakkan. Orang yang mengalaminya tidak mungkin sadar darinya, sehingga dia dapat menjelaskan hakikatnya.
2.Dalil dan Keutamaan Cinta
Dalil yang menunjukan cinta Allah terhadap hambanya dan cinta hamba kepada Tuhannya sangatlah banyak. Allah berfirman:
...يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ...
“…Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya…”(Al-Maidah:54)
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31)
Kalimat Allah akan mencintai kalian merupakan dalil atas cinta, kaidahnya dan keutamaannya.
Diriwayatkan dari Anas ra. Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“Ada tiga hal yang dengannya seseorang akan merasakan manisnya iman, yang pertama hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya. 2. hendaklah dia mencintai seseorang hanya karena Allah. 3. hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana dia benci untuk dimasukkan kedalam neraka.” (H.R Bukhari)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW. Bersabda:
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil Jibril dan berkata: ‘sesungguhnya Aku mencintai fulan. Maka cintailah dia. Dan jibrilpun mencintainya.’ Kemudia jibril berseru dilangit dengan berkata: ‘sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia.’ Dan penduduk langitpun mencintainya. Lalu dia akan diterima dibumi.” (H.R. Bukhari)
Ketika para sahabat ra. Benar-benar mengalami cinta kepada Allah dan RasulNya, mereka sampai pada puncak kesempurnaan iman, akhlak dan pengorbanan. Manisnya cinta telah melupakan mereka akan pahitnya cobaan dan perihnya malapetaka yang menimpa mereka. Lalu pengaruh cinta itu membawa mereka untuk menyerahkan nyawa, harta, waktu dan semua yang mahal dan berharga dijalan yang mereka cintai, dengan harapan mereka akan memperoleh ridho dan cinta-Nya.
Pada hakikatnya, Islam merupakan amal, taklif dan hokum-hukum. Adapun rohnya adalah cinta. Amal yang tidak dibarengi dengan cinta sama dengan jasad yang tidak bernyawa.
3.Sebab-sebab Timbulnya Cinta
Para Ulama menyebutkan sebab-sebab timbulnya cinta antara lain yaitu:
1)Membaca Al-qur’an dengan memahami dan memikirkan arti dan maksudnya.
2)Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menjalankan yang sunnah.
3)Selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, baik dengan lisan, hati maupun amal perbuatan.
4)Melebihkan semua yang dicintaiNya atas semua yang engkau cintai ketika engkau dikuasai oleh hawa nafsu.
5)Hati yang selalu mengingat nama-namaNya dan sifat-sifatNya menyaksikan keagunganNya, ma’rifat kepadaNya dan berkutat ditaman ma’rifat ini.
6)Mengakui semua kebaikan dan nikmat-nikmatnya.
7)Luluhnya hati secara keseluruhan dihadapan Allah, karena merasa hina dan rendah diri.
8)Berkhalwat bersamaNya untuk bermunajat kepadaNya.
9)Bergaul dengan orang-orang yang benar-benar mencintai Allah.
10)Menjauhi apa-apa yang dapat melepaskan ikatan antara hati dan Allah.
Dengan sebab-sebab diatas dan yang lainnya, orang-orang yang mencinta akan sampai pada tingkatan cinta atau mahabbah.
4.Tanda-tanda Cinta
Tanda-tanda cinta yang dimiliki oleh seseorang diantaranya:
1)Senang bertemu kekasihnya dengan cara kasyf (terbukanya tabir) dan menyaksikanNya disurga. Tidak bisa dibayangkan bahwa hati mencintai sang kekasih, kecuali dia senang melihat dan bertemu denganNya. Jika dia mengetahui bahwa dia tidak akan bisa mencapaiNya kecuali dengan cara kematian, maka dia harus mencintai kematian dan tidak boleh lari darinya. Sebab, kematian adalah kunci untuk bertemu denganNya.
2)Mengutamakan apa-apa yang dicintai Allah atas apa-apa yang dicintainya, baik dalam lahirnya maupun dalam batinnya.
3)Memperbanyak dzikir kepada Allah, lisan dan hatinya tidak pernah berhenti berdzikir. Sebab, barangsiapa mencintai sesuatu, maka dia akan sering mengingatnya.
4)Berkhalwat kepada Allah, bermunajat kepadaNya dan membaca kitabNya.
5)Tidak menyesali apa-apa yang hilang darinya, selain Allah dan sangat menyesal jika dia melewatkan waktunya tanpa berdzikir dan taat kepada Allah.
6)Menikmati ketaatan, tidak menganggapnya berat dan tidak merasakan keberatan.
7)Bersikap lembut dan sayang kepada hamba-hamba Allah dan bersikap tegas kepada musuh-musuhNya.
8)Merasa takut dan berharap dalam mencintai Allah, dibawah keagungan dan kemuliannya.
9)Menyembunyikan perasaan cinta, menghindari pengakuan dan tidak memperlihatkan cinta tersebut sebagai wujud pengagungan pemuliaan, penghormatan kepada sang kekasih.
10)Senang dan ridho kepada Allah.
5.Tingkatan-tingkatan Cinta
Para Ulama menyebutkan bahwa cinta memiliki sepuluh tingkatan:
1)Al-’Ilaqah (gantungan) dinamakan demikian karena terhgantungnya hati kepada sang kekasih.
2)Al-Iradah (keinginan), yaitu condonganya hati kepada sang kekasih dan usahanya untuk mencariNya.
3)Ash-shababah (ketercurahan), yaitu tercurahnya hati kepada sang kekasih, sehingga pemiliknya tidak dapat menguasainya sebagaimana tercurahnya air dipuncak gunung.
4)Al-Gharam (cinta yang menyala-nyala) yaitu cinta yang selalu ada dalam hati dan tidak dapat meninggalkannya. Dia selalu menetap, sebagaimana seorang kekasih yang selalu menetap pada kekasihnya.
5)Al-Widad (kelembutan) yaitu kesucian, ketulusan dan isi dari cinta.
6)Asy-Syaghaf (cinta yang mendalam), yaitu sampainya cinta kedalam lubuk hati.
7)Al-‘Isyq (kerinduan), yaitu cinta yang berlebihan dan pemiliknya dihawatirkan karenanya.
8)At-Tayammum, yaitu memperbudak dan merendahkan diri. Artinya cinta telah merendahkan dan memperbudaknya
9)At-ta’abbud (penghambaan), yaitu tingkatan diatas At-tayammum. Sebab, seorang hamba tidak lagi mempunyai apa-apa pada dirinya.
10)Al-Khullah. Ini hanya dimiliki oleh dua kholil (kekasih), yaitu Ibrahim AS. Dan Muhammad SAW. Al-Khullah artinya cinta yang memenuhi jiwa dan hati orang yang mencintai, sehingga tidak ada lagi tempat dihatinya selain untuk yang dicintainya.
Langganan:
Postingan (Atom)