REPUBLIKA.CO.ID, Abdul-Rahman adalah lelaki muda asal Amerika yang masuk
Islam saat masih kecil. Dia tahu dan yakin akan Islam pada usia 12
tahun dan menjadi Muslim setelah membaca autobiografi Malcolm X.
Sejatinya, Abdul lahir dari keluarga Kristen. Namun, ia mengaku sangat jarang mempraktikkan agamanya itu. Ia dan keluarganya pergi ke gereja hanya beberapa kali, yakni hanya saat natal, paskah dan liburan.
Tuhan, katanya, hanya ada pada hari Ahad di gereja untuk keluarganya dan tidak di luar gereja. Menurutnya, banyak keluarga di Amerika Serikat yang sama seperti keluarganya.
Semakin menginjak remaja, Abdul berpikiran logis. Ketika ia berusia sebelas atau dua belas tahun, ia mulai berpikir mengenai keberadaan Tuhan dan dirinya. Ia bertanya pada dirinya, ''Benarkah Tuhan ada?''
Pertanyaan tersebut, kata Abdul, didorong oleh bentrokan antara agama dan sains, rasionalitas dan agama. Ia berpikir bahwa tradisi kembali ke gereja di Eropa dan selalu ada perdebatan antara gereja, pengetahuan, dan kemajuan.
Ketika Abdul membandingkan Alkitab yang berisi trinitas dan keyakinan Kristen lainnya, ia membandingkan dengan ilmu pengetahuan, evolusi, dan fakta. ''Saya lebih yakin dengan ilmu pengetahuan dan memilih untuk tidak percata Tuhan,'' kata pria muda berkopiah ini.
***
Perkenalan pertama Abdul dengan Islam bermula ketika temannya -- Michael Dan -- menjadi Muslim. Ketika Dan menjadi Muslim, Abdul melihat temannya itu banyak berubah.
''Sebelum masuk Islam, ia banyak melakukan kekacauan dalam hidupnya. Dia seperti akan ke jalan yang salah,'' katanya.
Kata Abdul, Dan menjadi Muslim saat usianya 15 tahum dan ia langsung berubah dan melakukan kebiasaan baik.
''Apa yang membuatmu berubah menjadi seperti ini?'' tanya Abdul kepada temannya itu.
Dan hanya menjawab banyak orang di Amerika sebelum peristiwa 9/11 tidak benar-benar tahu tentang Islam, bahkan sekarang tidak tahu banyak.
***
Menemukan Islam
Abdul pun mulai tertarik dengan kata Islam. ''Apa Islam dan siapa Muslim itu?'' tanya Abdul.
Dan lalu menjelaskannya. Ia sangat terkejut karena Islam sangat berdekatan dengan Kristen dan Yahudi. Hal tersebut, sangat masuk akal bagi Abdul. Ia meyakini hanya ada satu Tuhan yang mengungkapkan pesan-Nya kepada para nabi dan rasul. Para nabi juga tidak memiliki keilahian.
''Mereka dikirim oleh Allah, mereka adalah manusia seperti kita. Saya tidak benar-benar ingin masuk Islam pada waktu itu, tapi itu masuk akal bagi saya dan sangat logis,'' katanya.
Hingga akhirnya, ia membaca sebuah buku berjudul "The Autobiography of Malcolm X." Dalam buku itu, ia sangat menghargai Malcolm X yang Muslim dan ia ingin masuk Islam setelah itu karena ia melihat Islam sebagai agama yang memberi solusi untuk kasus rasisme dan masalah lain di Amerika.
''Namun saya masih tidak percaya Tuhan,'' katanya.
Tetapi kemudian, Abdul membaca di salah satu bagian buku Malcolm X yang berisi kalimat, ''Jika selangkah menuju Tuhan, maka Tuhan akan mengambil dua langkah menuju Anda.'' Dari tulisan Malcolm X itu, ia kemudian tak lagi memakan babi dan meninggalkan beberapa hal yang dilarang Islam dengan maksud agar Tuhan menuntunnya.
Abdul semakin ingin tahu, ia belajar banyak tentang Islam dan terkejut karena semakin banyak pertanyaan yang diajukan, semakin banyak pula jawaban yang masuk akal dari agama Islam. Ia membaca tentang keajaiban Alquran, keajaiban ilmu pengetahuan dan masih banyak lagi.
''Islam adalah hal paling indah dalam hidup saya. Ini adalah sumber kebaikan dan pesan bagi setiap jiwa menemukan tujuan dan kebahagiaan sejati,''katanya.
Ia mendorong semua orang untuk mengambil langkah kepada Tuhan dan mereka akan menemukan bahwa Allah akan mengambil dua langkah kepada mereka karena itu adalah cahaya dari Allah.
''Jadi, jika Anda mengajukan pertanyaan dan Anda lebih memilih memandang dari ilmu pengetahuan atau dari jiwa atau dari orang; pergi kemana yang Anda inginkan dan saya yakin bahwa Anda akan menemukan bahwa ini adalah pesan yang Anda cari,''katanya.
Sejatinya, Abdul lahir dari keluarga Kristen. Namun, ia mengaku sangat jarang mempraktikkan agamanya itu. Ia dan keluarganya pergi ke gereja hanya beberapa kali, yakni hanya saat natal, paskah dan liburan.
Tuhan, katanya, hanya ada pada hari Ahad di gereja untuk keluarganya dan tidak di luar gereja. Menurutnya, banyak keluarga di Amerika Serikat yang sama seperti keluarganya.
Semakin menginjak remaja, Abdul berpikiran logis. Ketika ia berusia sebelas atau dua belas tahun, ia mulai berpikir mengenai keberadaan Tuhan dan dirinya. Ia bertanya pada dirinya, ''Benarkah Tuhan ada?''
Pertanyaan tersebut, kata Abdul, didorong oleh bentrokan antara agama dan sains, rasionalitas dan agama. Ia berpikir bahwa tradisi kembali ke gereja di Eropa dan selalu ada perdebatan antara gereja, pengetahuan, dan kemajuan.
Ketika Abdul membandingkan Alkitab yang berisi trinitas dan keyakinan Kristen lainnya, ia membandingkan dengan ilmu pengetahuan, evolusi, dan fakta. ''Saya lebih yakin dengan ilmu pengetahuan dan memilih untuk tidak percata Tuhan,'' kata pria muda berkopiah ini.
***
Perkenalan pertama Abdul dengan Islam bermula ketika temannya -- Michael Dan -- menjadi Muslim. Ketika Dan menjadi Muslim, Abdul melihat temannya itu banyak berubah.
''Sebelum masuk Islam, ia banyak melakukan kekacauan dalam hidupnya. Dia seperti akan ke jalan yang salah,'' katanya.
Kata Abdul, Dan menjadi Muslim saat usianya 15 tahum dan ia langsung berubah dan melakukan kebiasaan baik.
''Apa yang membuatmu berubah menjadi seperti ini?'' tanya Abdul kepada temannya itu.
Dan hanya menjawab banyak orang di Amerika sebelum peristiwa 9/11 tidak benar-benar tahu tentang Islam, bahkan sekarang tidak tahu banyak.
***
Menemukan Islam
Abdul pun mulai tertarik dengan kata Islam. ''Apa Islam dan siapa Muslim itu?'' tanya Abdul.
Dan lalu menjelaskannya. Ia sangat terkejut karena Islam sangat berdekatan dengan Kristen dan Yahudi. Hal tersebut, sangat masuk akal bagi Abdul. Ia meyakini hanya ada satu Tuhan yang mengungkapkan pesan-Nya kepada para nabi dan rasul. Para nabi juga tidak memiliki keilahian.
''Mereka dikirim oleh Allah, mereka adalah manusia seperti kita. Saya tidak benar-benar ingin masuk Islam pada waktu itu, tapi itu masuk akal bagi saya dan sangat logis,'' katanya.
Hingga akhirnya, ia membaca sebuah buku berjudul "The Autobiography of Malcolm X." Dalam buku itu, ia sangat menghargai Malcolm X yang Muslim dan ia ingin masuk Islam setelah itu karena ia melihat Islam sebagai agama yang memberi solusi untuk kasus rasisme dan masalah lain di Amerika.
''Namun saya masih tidak percaya Tuhan,'' katanya.
Tetapi kemudian, Abdul membaca di salah satu bagian buku Malcolm X yang berisi kalimat, ''Jika selangkah menuju Tuhan, maka Tuhan akan mengambil dua langkah menuju Anda.'' Dari tulisan Malcolm X itu, ia kemudian tak lagi memakan babi dan meninggalkan beberapa hal yang dilarang Islam dengan maksud agar Tuhan menuntunnya.
Abdul semakin ingin tahu, ia belajar banyak tentang Islam dan terkejut karena semakin banyak pertanyaan yang diajukan, semakin banyak pula jawaban yang masuk akal dari agama Islam. Ia membaca tentang keajaiban Alquran, keajaiban ilmu pengetahuan dan masih banyak lagi.
''Islam adalah hal paling indah dalam hidup saya. Ini adalah sumber kebaikan dan pesan bagi setiap jiwa menemukan tujuan dan kebahagiaan sejati,''katanya.
Ia mendorong semua orang untuk mengambil langkah kepada Tuhan dan mereka akan menemukan bahwa Allah akan mengambil dua langkah kepada mereka karena itu adalah cahaya dari Allah.
''Jadi, jika Anda mengajukan pertanyaan dan Anda lebih memilih memandang dari ilmu pengetahuan atau dari jiwa atau dari orang; pergi kemana yang Anda inginkan dan saya yakin bahwa Anda akan menemukan bahwa ini adalah pesan yang Anda cari,''katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan bubuhkan komentar anda