Free Widgets

Kamis, 16 April 2009

syi'ah

“SYI’AH”

A. Pengertian syi’ah

Secara harfiyah kata “Syi’ah” berati kelompok, pengikat, kawan setia atau sahabat. Tetapi secara Terminologis Syia’ah terutama dimaksudkan untuk kelompok syia’ah diyakini sebagai pendukung pengikat Ali bin Abi Thalib serta keturunannya yang sering kita sebut Ahlul Bait.[1]

Syi’ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. S. ‘Ali adalah pendukung atau pembela ‘Ali. Syi’ah Mu’Awiyah adalah pendukung Mu’awiyah. Padsa zama Abu Bakar, Umar dan Utsman kata Syi’ah dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal. Kalau pada waktu itu pemilihan Khalifah Ke-tiga ada yang mendukung ‘Ali, tetapi setelah ummat Islam memutuskan memilih Ustman bin Affan. Maka orang-orang yang tadinya mendukung S. Ali, akhirnya berbai’at kepada Ustman termasuk S. ‘Ali. Jadi belum tebentuk secara factual kelompok ummat Islam bernama “Syi’ah”

Maka ketika terjadi pertikaian dan peperangan antara S. ‘Ali dan S. Mu’awiyah, berulah kata “Syi’ah” muncul sebagai nama kelompok ummat Islam. Tetapi bukan hannya pendukung S.’Ali yang disebut Syi’ah, namun pendukung S. Mu’awiyah pun disebut Syi’ah. Jadi ada Syi’ah Ali dan Syi’ah Mu’awiyah. Hal itu tercantum dalam naskah perjanjian melaksanakan TAHKIM. Dimana disitu diterangkan, bahwa apabila orang yang ditentukan dalam pelaksanaan tahkim itu berhlangan, maka diisi dengan orang dari Syi’ah masing-masing.

Tatapi Syi’ah pada waktu itu, baik Syi’ah ‘Ali maupun Syi’ah Mu’awiyah semuanya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Karena Syi’ah pada waktu itu hanya berarti pendukung dan permbela. Adapun aqidah dan pahamnya, kedua belah pihak sama, karena bersumberkan dari kitabullah, Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah saw. Sehingga S. ‘Ali pun memberikan penjelasan kepada pengikutnya tentang peperangan dengan S. Mu’awiyah, bahwa peperangan itu semata-mata berdasarkan ijtihad. Kata (Ali dan pengikutnya) berkeyakinan, bahwa kitalah yang benar / haq dan Mu’awiyah yang salah, karena memberontak pemerintahan yang sah. Sebiknya Mu’awiyah pun berkeyakinan bahwa dia yang benar. Dan kita yang salah (karena tuntutannya untuk menghukun pembunuh S. Utsman belum bisa dilaksanakan). Maka S.’Ali menshalati jenazah korban dari kedua belah pihak.

B. Perkembangan syi’ah

Selamjutnya Syi’ah mengalami perkembangan dan bahkan perpecahan. Terutama ketika Imam mereka meninggal dunia. Dan semakin jauh perpecahan mereka, semakin banyak pula ajaran dan faham baru. Dimana tidak jarang ajaran Syi’ah dalam suatu periode bertentangan dengan ajaran mereka pada periode sebelumnya. Karena setiap Imam memberikan ajaran, dimana perkataan Imam bagi Syi’ah adalah Hadits, sama dengan sabda Rasulullah saw. Bahkan ada yang beranggapan perkataan Imam adalah sama dengan perkataan Allah, maka perpecahan Syi’ah dari masa kemasa semakin banyak sehingga menurut Al Muqrizy bahwa jumlah firqah Syi’ah mencapai 300 firqah. Tetapi yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah aqidah dan ajaran Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah. Yaitu golongan Syi’ah yang percaya kepada Duabelas Imam. Imam yang terakhir adalah Muhammad bin al-Hasan Abdul Qasim al Mahdy yang mereka duga lahirnya pada tahun 255 atau 256 H. mereka berkeyakinan bahwa imam Mahdy itu masih hidup hingga sekarang kaum Syi’ah menunggu kedatangannya sejak kurang lebih 1161 tahun yang lalu.

Syi’ah Imamiyah adalah yang terbesar diantara skian banyak firqah Syi’ah, sehingga pada masa sekarang apabila disebut “Syi’ah” maka yang dimakud adalah Syi’ah Imamiyah. Karena Syi’ah Imamiyah telah mencakup sebagian besar pendapat-pendapat dan aqidah yang dianut oleh firqah-firqah Syi’ah yang lain yang berbeda-beda itu.

Aqidah dan agama Syi’ah Imamiyah Duabelas diambil dari empat buku pegangan utama mereka, yaitu al Kaafi, at at Tahdzib, al Istibshar dan Man la yahdhuruhu al Faqieh. Dan kitab-kitab lain yang penting , yaitu al Wafi, al Bihar, al Wasail dan Mustadrakul Wasali.

C. Ajara Syi’ah Yang Bertentanagn Dengan Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Islam)

a. Syi’ah mengkafirkan para sahabat Nabi dan semua orang islam yang mengikuti sahabat Nabi.

1. Betkata al- Majlisi: “Bahwa mereka (Abu Bakar, Umar dan Utsman) adalah perampok-perampok yang curang dan murtad, keluar dari agama, semoga Allah melaknati mereka dan semua orang yang mengikuti mereka dalam bertindak jahat terhadap keluarga Nabi, baik orang-orang dahulu maupun orang-orang belakangan”. [2]

2. Abu Bashir berkata: “Sesungguhnya penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah secara terang-teranngan, dan bahwa pendududk Madinah labih jelek dari pada penduduk Mekkah, lebih jelek tujuh paulu kali dari pada penduduk Mekkah”. [3]

3. Pada masa Ja’far Shadiq orang syi’ah berkata tentang penduduk Mekkah dan Madinah pada zaman kekemasan Islam: “Penduduk Syam labih jelek dari pada penduduk Rumawi (lebih jelek daripada orang-orang Nashrani), penduduk Madinah lebih jelek daripada penduduk Mekkah. Dan penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah dengan terang-terangan”.[4]

4. Al Majilisi berkata: “Mesir menjadi Negara yang paling jelek pada masa itu (masa kejaan islam), karena penduduknya menjadi orang yang paling celaka dan paling kufur”.[5]

Bisa jadi kebencian orang Syi’ah kepada orang Mesir dan penduduknya, karena pemenrintah Syi’ah Isma’iliyah / Fathimiyah ditumbangkan oleh Shlalahuddin al Ayyubi yang suni itu.

5. Al Kulaini mentafsiri ayat:

ان االد ين ارتدوا على أدبارهم من بعد ما تبين

لهم الهدى أى فلان وفلان (اصطلاح الشيعة)

Yakni : Abu Bakar, Umar dan Ustman telah keluar (murtad) dari Imam. Kerena tidak mau mengangkat Syi’ah ‘Ali ra. Menjadi khalifah setelah Rasulullah saw wafat. [6]

6. Abu Ja’far berkata: “Semua manusia (kaum muslim) menjadi Ahlul Jahiliyah (murtad) kecuali empat orang saja: Ali. Miqdad, Slaman dan Abu Dzar. Aku (RAwi) berkata; Ammar sama termasuk? Abu Ja’far berkata: kalau kau bermaksud yang murni / bersih sama sekali mereka itu bertiga saja”.[7]

7. Al Kulaini menetapkan dalam bukunya al Kaafi, bahwa: “setiap orang yang tidak beriman kepada Imam Duabelas maka dia adalah kafir, sekalipun dia dalah keturunan ‘Ali dan Fatimiyah”.[8]

Demikianlah maka dari data tersebut di atas bagi kita bahwa Ulama-ulama besar Syi’ah, bahkan Syi’ah kharismatik zaman modern ini masih menghukumi kafir kepada para sahabat Nabi yang mulia dan sekalian orang Islam di dunia yang tidak menganut ajaran Syi’ah Rafidhah atau Syi’ah Imamiyah Itsnaa’Asyariyah. Maka siapa bilang ajaran Syi’ah sama dengan ajaran ahlu sunnah wal Jama’ah?......

b. Syi’ah dan Al-Qur’an

1. Menurut Syi’ah, Al Qur’an yang ada sekarang ini sudah dirubah, ditambah dan dikurangi oleh para sahabat Nabi, sedang Al Qur’an yang asli (yang lengkap) ada ditangan Syi’ah ‘Ali yang kemudian diwariskan kepada pitera-puteranya, sekarang ada ditangan Iamam Mahdi al Muntazhar.[9]

2. Abu Abdillah berkata: “Bahwa surah al Ahzab membuka keburukan wanita-wanita Quraisy. Surah itu lebih panjang dari pada surah al Baqarah, tetapi oleh para sahabat dikurangi dan dirubah”.[10]

3. Abu Ja’far berkata: “Seandainya kitab Allah tidak ditambah dan tidak dikurangi, maka tidak akan tertutupi hak kami bagi orang yang berakal. Dan apabila Imam Mahdi sudah datang, kemudian berkata, maka akan dibenarkan oleh Al Qur’an”.[11]

4. Ada orang bertanya kepada Amirul mu’minin (S. Ali ra): “Bukankah Al Qur’an ini serperti diturunkan ?” S. Ali menjawab: “Tidak, telah dihapus dari Al Qur’an tujuh puluh dari orang-orang Quraisy dengan nama mereka dan nama ayah-ayah mereka, dan tidak disia-siakan kecuali Abu Lahab, untuk menghina Rasulullah, karena Abu Lahab pamannya”.[12]

5. Abu Abdillah berkata bahwa: “Al Qur’an dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw ada 1000 ayat”.[13]

Jadi menuduh para sahabat secara tidak langsung, bahwa mereka telah membuang lebih dari kurang 10.000 ayat lebih

6. Seorang Ulama Syi’ah, al Khu-I berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa Qur’an S. ‘Ali berbeda dengan Al Qur’an yang ada sekarang ini, baik dalam susunan surahnya maupun tambah-tambahan yan tidak terdapat dalam Al Qur’an ini”.[14]

7. Menurut Syi’ah, Al Qur’an yang sekarang ini tidak dapat dijadikan pedoman (Hujjah) kecuali dengan juru tafsir, dan juru tafsirnya adalah S. “Ali ra. [15]

Tafsir yang mereka maksud adalah tafsir kebatinan seperti kata “Al Thariqah” dalam ayat :

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوْا عَلىَ الطَّرِيْقَةِ لاَسْقَيْنَا هُمْ مَاءً غَدَقَ

Mereka tertafsiri dengan mengangkat S. Ali setelah Nabi wafat.

8. Al Kusyi berkata: “Tidak ada sedikitpun dari Al Qur’an yang dapat kita buat pegangan”. Maka atas dasar ini bisa saja tejadi bahwa tiap ayat sudah dirubah, tidak sesuai dengan apa yanga telah diturunkan oleh Allah. Maka sama sekali Al Qur’an itu tidak dapat kita jadikan hujjah/pegangan. Maka tidak ada faedahnya dan tidak ada gunanya untuk memeritahkan merngikuti Al Qur’an ataupun memegang teguh Al Qur’an dan lain-lain. [16]

9. Al Mirza al Nuri Thabarsi menetapakan bahwa Al Qur’a telah dirubah. Maka dia mengarang sebuah kitab bernama: Fashul Khithab fi Itsbat Tahrif Kitab Rabbil Arbab, dikarang padamtahumn 1292 H.

Al Jaziri berkata: “Bahwa Hadits-Hadist yang menunjukan bahwa Al Qur’an telah dirubah mencapai dua ribu lebih”. Dan masih banyak lagi Ulma-ulama Syi’ah yang mengatkan bahwa Al Qur’an telah dirubah . demikian keyakinan Ulama Syi’ah terhadap Al Qur’an

Sedang menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa orang yang meragukan Al Qur’an keaslian satu kalimat saja,atau satu ayayt saja dari Al Qur’an maka dia sudah menjadi kafir. Karena hal itu berarti membohongkan Allah yang telah berfirman :

إ نّا نحن نزّ لنا الذّ كر و إ نّا له لحا فظون

“Kamilah yang menurunkan Al QUr’an itu, dan kami pula yang memeliharanya”

c. Syi’ah dan sunnah (Hadist)

1. Syi’ah hanya mnerima Hadits-hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan melalui jalur Ahlul Bait. Adapun Hadits-hadits Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat yang bukan Ahlul Bait ditolak oleh mereka. Ini berarti Syi’ah telah membuang ribuan Hadits Nabi saw. Karena seperti kita ketahu dari fakta sejarah bahwa S. Ali tidak selamanya mendampingi Nabi saw. Beliau pernah ditugaskan untuk tetap di Madinah ketika Rasulullah melaksanakan suatu peperangan dengan para sahabat yang lain. S ‘Ali pernah ditugaskan ke Yaman berarti dia tidak dapat mendengarkan Hadist Nabi kecuali melalui sahabat yang lain.

2. Yang namanya Hadits menurut Syi’ah bukan hanya yang datang dari Nabi Muhammad saw, tetapi justru labih banyak dari Imam-Imam mereka. Karena perkataan Imam yang juga ma’shum itu sama dengan perkataan Nabi, maka perkataan Imam-imam itu juga Hadits menurut Syi’ah bahkan perkataan Imam-imam merut Syi’ah sama dengan firman Allah. Perhatikan sebuah riwayat dalam kitab al Kaafi berikut ini:

“Abu Abdillah berkata: Hadistku berarti Hadits ayayhku, hadist ayahku bararti hadist kakekku, hadits kakekku berarti hadist S. Husein, hadits S. ‘Ali, hadits S. ‘Ali bararti hadits Rasulullah saw. Dan hadits Rasulullah berarti firman Allah”.[17]

3. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat yang bukan Ahlul Bait, karena mereka telah mengaggap para sahabat itu murtad /kafir, seperti telah diterangkan dimuka.

Syi’ah mengaggap semua perkataan Imam-iama itu adalahHadits, karena mereka berkeyakinan bahwa syari’at sepeninggalan Nabi adalah di tangan Imam-imam Dua belas dana mereka berpendapat bahwa ucapan Iamam Dua belas adalah seperti sabda Nabi dan bahkan seperti firmanAllah. Selsain itu Syi’ah menganggap catatan-catatan Imam-imam mereka waktu menjawab pertanyaan adalah sebagai Hadits juga.

Maka sumber hukum agama Syi’ah jauh berbeda dengan sumber aqidah dan hukum Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

4. Karena syi’ah berkewajiban bahwa Imam itu ma’shum, perkataannya sama denagn perkataan Allah, maka tidak perlu menyadarkan /mengisnadkan ucapan Imam kepada Nabi.

Perhatikan ucapan Ulama Syi’ah di bawah ini:

Keyakinan bahwa Iama itu ma’shum, menjadikan semua Hadits yang keluar dari mereka adalah shahih, maka tidak diperlukan menyandarkan sanadnya kepada Rasulullah saw. Sebagaimana halnya dikalangan Ahlus Sunnah wal Jam’ah”.[18]

5. Masalah rawi / pembawa Hadit, bagi syi’ah tidak perlukan kriteria-kriteria seperti dikalangan Ahlus Sunnah. Yang penting rawi itu Syi’I / berpihak kepada Syi’ah. Maka terjdilah banyak kontradiksi dan perselisihan dalam Hadits dan masalah keagamaan mereka,dan semakin bertubi-tubi Hadits-hadits maudhlu’ tanpa ada alat penyaring sebagamana yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Banyak rawi-rawi yang terdiri sari orang-orang beraliran susak seperti yang diaki oleh at Thusi. [19]

Dan kaitannya dengan banyak perselisihan antara Ulama Syi’ah al Faidlul Kusyi berkata: “Kau melihat mereka berselisih dalam suau masalah sampai 20 pendapat, bahkan, sampei 30 pendapat atau lebih. Bahkana kalau boleh saya katakana: Tidak ada satu masalah far’iyahpun yang mereka tidak berselisih , paling pada kaitannya……….[20]

6. Dalam kaitan dengan banykanya Hadits Maudhlu’ dikalang Syi’ah, al Mughirah bin Sa’id, seorang rawi hadits Syi’ah: “ Aku telah memalsukan kedalam Hadits kalian, hadits-hadits yang benyak yang mendekati seratus rubu hadits”.[21]

Ja’far Shadiq berkata: “Kami Ahlul Bait adalah orang-orang yang benar, teapi kami tidak bisa terlepas dari orang yang membohong atas nama kita. Maka gugurlah kebenaran kita sebab kebohongan orang tersebut ”.[22]

Perlu diketahui bahwa sejarah buku-buku acuan Syi’ah yang Mu’tabarah dibidang Hadits sangat jauh terlambat dari masa Imam-imam mereka. Bagaimana dapat dipercaya suatu riwayat Hadits yang tidak dicatat selama 11 sampai 13 abad?[23]......

7. Jumlah Hadits Syi’ah berkembang (semakin bertambah) karena banyaknya Hadits-hadits maudhlu’. Perhatikan catatan dibawah ini:

4 Al Kaafi pada tahun 460 H teridid dari 30 kitab sdang pada tahun 1076 H menjadi 50 kitab.

4 Tahdzibul ahkam menurut pengarangnya berisikan 5.000 Hadits. Tetapi menurut Ulama Syi’ah masa sekarang kitab tersebut berisikan 13.590 Hadits.

Dengan demikian maka agama Syi’ah berkembang. Mereka sewaktu-waktu dapat merubah agama mereka untuk menghadapi kritikan yang ditunjukan kepadanya. Bukan hanya dalam Hadits. Kejadian serupa itu terjadi dalam kitab-kitab tafsir mereka. Ada sebuah kitab, yang dianggap kita pertama bagi Syi’ah, yaitu kitab Salim bin Qais, tanpa pengarang. [24]

Syi'ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni:

Dua Belas Imam

Disebut juga Imamiah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam); dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. Aliran ini adalah yang terbesar di dalam Syiah. Urutan imam mereka yaitu:

1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir

6. Jafar bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq

7. Musa bin Ja'far (745799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim

8. Ali bin Musa (765818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha

9. Muhammad bin Ali (810835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi

10. Ali bin Muhammad (827868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi

11. Hasan bin Ali (846874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari

12. Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Ismailiyah

Disebut juga Tujuh Imam; dinamakan demikian sebab mereka percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan imam mereka yaitu:

1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir

6. Ja'far bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq

7. Ismail bin Ja'far (721755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.

Zaidiyah

Disebut juga Lima Imam; dinamakan demikian sebab mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:

1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5. Zaid bin Ali (658740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir

Referensi:

Ensiklopedi Islam untuk pelajar, penebit, PT Ictiar Baru Van Holve, jilid, 5. Hlam 119.

Mengapa kita menolak Syi’ah, penerbit, LEMBAGA PENELITIAN PENGKAJIAN ISLAM (LPPI)

[1] . Ensiklopedi Islam untuk pelajar, jilid, 5. Hlam 119.

[2] . Bihar al Anwar. 4/385. Ums. 2/739.

[3] Ushulul Kafi. 2/410.

[4] Ibid. 2/409

[5] Bihar al Anwar. 5/208.

[6] Ushulul KAfi. 1/488.

[7] Tafsir al’Iyasyi, 1/199, Tafsir asy Shafi, 1/369.

[8] Al Kaafi , 1/372-373

[9] Ushul Madzahibi al Syi’ah, 1/202.

[10] Bihar al anwar. 89/50.

[11] Ibid, 89/55

[12] Ibid, 89/60

[13] Ushulul Kaafi, 2/134

[14] Al BAyan, h 223

[15] Ushulul Kaafi, 1/223

[16] Ash Shafi, 1/33

[17] Al Kulaini/ al Kaafi, 2/271-272

[18] Abdullah Fauyadh. Tarikh al Imamiyah, h 240.

[19] Al Fihris, h. 24-25.

[20] Al Wafi, al Muqadimah, h.9.

[21] Tanqihul Maqal, 1/174.

[22] Rijal al Kusyi, h. 108, al Majlisi / al Bihar, 25/363.

[23] Masalatu al taqrib, 2/284

[24] Ibid, 2/300-301

syi'ah

“SYI’AH”

A. Pengertian syi’ah

Secara harfiyah kata “Syi’ah” berati kelompok, pengikat, kawan setia atau sahabat. Tetapi secara Terminologis Syia’ah terutama dimaksudkan untuk kelompok syia’ah diyakini sebagai pendukung pengikat Ali bin Abi Thalib serta keturunannya yang sering kita sebut Ahlul Bait.[1]

Syi’ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. S. ‘Ali adalah pendukung atau pembela ‘Ali. Syi’ah Mu’Awiyah adalah pendukung Mu’awiyah. Padsa zama Abu Bakar, Umar dan Utsman kata Syi’ah dalam arti nama kelompok orang Islam belum dikenal. Kalau pada waktu itu pemilihan Khalifah Ke-tiga ada yang mendukung ‘Ali, tetapi setelah ummat Islam memutuskan memilih Ustman bin Affan. Maka orang-orang yang tadinya mendukung S. Ali, akhirnya berbai’at kepada Ustman termasuk S. ‘Ali. Jadi belum tebentuk secara factual kelompok ummat Islam bernama “Syi’ah”

Maka ketika terjadi pertikaian dan peperangan antara S. ‘Ali dan S. Mu’awiyah, berulah kata “Syi’ah” muncul sebagai nama kelompok ummat Islam. Tetapi bukan hannya pendukung S.’Ali yang disebut Syi’ah, namun pendukung S. Mu’awiyah pun disebut Syi’ah. Jadi ada Syi’ah Ali dan Syi’ah Mu’awiyah. Hal itu tercantum dalam naskah perjanjian melaksanakan TAHKIM. Dimana disitu diterangkan, bahwa apabila orang yang ditentukan dalam pelaksanaan tahkim itu berhlangan, maka diisi dengan orang dari Syi’ah masing-masing.

Tatapi Syi’ah pada waktu itu, baik Syi’ah ‘Ali maupun Syi’ah Mu’awiyah semuanya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Karena Syi’ah pada waktu itu hanya berarti pendukung dan permbela. Adapun aqidah dan pahamnya, kedua belah pihak sama, karena bersumberkan dari kitabullah, Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah saw. Sehingga S. ‘Ali pun memberikan penjelasan kepada pengikutnya tentang peperangan dengan S. Mu’awiyah, bahwa peperangan itu semata-mata berdasarkan ijtihad. Kata (Ali dan pengikutnya) berkeyakinan, bahwa kitalah yang benar / haq dan Mu’awiyah yang salah, karena memberontak pemerintahan yang sah. Sebiknya Mu’awiyah pun berkeyakinan bahwa dia yang benar. Dan kita yang salah (karena tuntutannya untuk menghukun pembunuh S. Utsman belum bisa dilaksanakan). Maka S.’Ali menshalati jenazah korban dari kedua belah pihak.

B. Perkembangan syi’ah

Selamjutnya Syi’ah mengalami perkembangan dan bahkan perpecahan. Terutama ketika Imam mereka meninggal dunia. Dan semakin jauh perpecahan mereka, semakin banyak pula ajaran dan faham baru. Dimana tidak jarang ajaran Syi’ah dalam suatu periode bertentangan dengan ajaran mereka pada periode sebelumnya. Karena setiap Imam memberikan ajaran, dimana perkataan Imam bagi Syi’ah adalah Hadits, sama dengan sabda Rasulullah saw. Bahkan ada yang beranggapan perkataan Imam adalah sama dengan perkataan Allah, maka perpecahan Syi’ah dari masa kemasa semakin banyak sehingga menurut Al Muqrizy bahwa jumlah firqah Syi’ah mencapai 300 firqah. Tetapi yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah aqidah dan ajaran Syi’ah Imamiyah Itsnaa ‘Asyariyah. Yaitu golongan Syi’ah yang percaya kepada Duabelas Imam. Imam yang terakhir adalah Muhammad bin al-Hasan Abdul Qasim al Mahdy yang mereka duga lahirnya pada tahun 255 atau 256 H. mereka berkeyakinan bahwa imam Mahdy itu masih hidup hingga sekarang kaum Syi’ah menunggu kedatangannya sejak kurang lebih 1161 tahun yang lalu.

Syi’ah Imamiyah adalah yang terbesar diantara skian banyak firqah Syi’ah, sehingga pada masa sekarang apabila disebut “Syi’ah” maka yang dimakud adalah Syi’ah Imamiyah. Karena Syi’ah Imamiyah telah mencakup sebagian besar pendapat-pendapat dan aqidah yang dianut oleh firqah-firqah Syi’ah yang lain yang berbeda-beda itu.

Aqidah dan agama Syi’ah Imamiyah Duabelas diambil dari empat buku pegangan utama mereka, yaitu al Kaafi, at at Tahdzib, al Istibshar dan Man la yahdhuruhu al Faqieh. Dan kitab-kitab lain yang penting , yaitu al Wafi, al Bihar, al Wasail dan Mustadrakul Wasali.

C. Ajara Syi’ah Yang Bertentanagn Dengan Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Islam)

a. Syi’ah mengkafirkan para sahabat Nabi dan semua orang islam yang mengikuti sahabat Nabi.

1. Betkata al- Majlisi: “Bahwa mereka (Abu Bakar, Umar dan Utsman) adalah perampok-perampok yang curang dan murtad, keluar dari agama, semoga Allah melaknati mereka dan semua orang yang mengikuti mereka dalam bertindak jahat terhadap keluarga Nabi, baik orang-orang dahulu maupun orang-orang belakangan”. [2]

2. Abu Bashir berkata: “Sesungguhnya penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah secara terang-teranngan, dan bahwa pendududk Madinah labih jelek dari pada penduduk Mekkah, lebih jelek tujuh paulu kali dari pada penduduk Mekkah”. [3]

3. Pada masa Ja’far Shadiq orang syi’ah berkata tentang penduduk Mekkah dan Madinah pada zaman kekemasan Islam: “Penduduk Syam labih jelek dari pada penduduk Rumawi (lebih jelek daripada orang-orang Nashrani), penduduk Madinah lebih jelek daripada penduduk Mekkah. Dan penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah dengan terang-terangan”.[4]

4. Al Majilisi berkata: “Mesir menjadi Negara yang paling jelek pada masa itu (masa kejaan islam), karena penduduknya menjadi orang yang paling celaka dan paling kufur”.[5]

Bisa jadi kebencian orang Syi’ah kepada orang Mesir dan penduduknya, karena pemenrintah Syi’ah Isma’iliyah / Fathimiyah ditumbangkan oleh Shlalahuddin al Ayyubi yang suni itu.

5. Al Kulaini mentafsiri ayat:

ان االد ين ارتدوا على أدبارهم من بعد ما تبين

لهم الهدى أى فلان وفلان (اصطلاح الشيعة)

Yakni : Abu Bakar, Umar dan Ustman telah keluar (murtad) dari Imam. Kerena tidak mau mengangkat Syi’ah ‘Ali ra. Menjadi khalifah setelah Rasulullah saw wafat. [6]

6. Abu Ja’far berkata: “Semua manusia (kaum muslim) menjadi Ahlul Jahiliyah (murtad) kecuali empat orang saja: Ali. Miqdad, Slaman dan Abu Dzar. Aku (RAwi) berkata; Ammar sama termasuk? Abu Ja’far berkata: kalau kau bermaksud yang murni / bersih sama sekali mereka itu bertiga saja”.[7]

7. Al Kulaini menetapkan dalam bukunya al Kaafi, bahwa: “setiap orang yang tidak beriman kepada Imam Duabelas maka dia adalah kafir, sekalipun dia dalah keturunan ‘Ali dan Fatimiyah”.[8]

Demikianlah maka dari data tersebut di atas bagi kita bahwa Ulama-ulama besar Syi’ah, bahkan Syi’ah kharismatik zaman modern ini masih menghukumi kafir kepada para sahabat Nabi yang mulia dan sekalian orang Islam di dunia yang tidak menganut ajaran Syi’ah Rafidhah atau Syi’ah Imamiyah Itsnaa’Asyariyah. Maka siapa bilang ajaran Syi’ah sama dengan ajaran ahlu sunnah wal Jama’ah?......

b. Syi’ah dan Al-Qur’an

1. Menurut Syi’ah, Al Qur’an yang ada sekarang ini sudah dirubah, ditambah dan dikurangi oleh para sahabat Nabi, sedang Al Qur’an yang asli (yang lengkap) ada ditangan Syi’ah ‘Ali yang kemudian diwariskan kepada pitera-puteranya, sekarang ada ditangan Iamam Mahdi al Muntazhar.[9]

2. Abu Abdillah berkata: “Bahwa surah al Ahzab membuka keburukan wanita-wanita Quraisy. Surah itu lebih panjang dari pada surah al Baqarah, tetapi oleh para sahabat dikurangi dan dirubah”.[10]

3. Abu Ja’far berkata: “Seandainya kitab Allah tidak ditambah dan tidak dikurangi, maka tidak akan tertutupi hak kami bagi orang yang berakal. Dan apabila Imam Mahdi sudah datang, kemudian berkata, maka akan dibenarkan oleh Al Qur’an”.[11]

4. Ada orang bertanya kepada Amirul mu’minin (S. Ali ra): “Bukankah Al Qur’an ini serperti diturunkan ?” S. Ali menjawab: “Tidak, telah dihapus dari Al Qur’an tujuh puluh dari orang-orang Quraisy dengan nama mereka dan nama ayah-ayah mereka, dan tidak disia-siakan kecuali Abu Lahab, untuk menghina Rasulullah, karena Abu Lahab pamannya”.[12]

5. Abu Abdillah berkata bahwa: “Al Qur’an dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw ada 1000 ayat”.[13]

Jadi menuduh para sahabat secara tidak langsung, bahwa mereka telah membuang lebih dari kurang 10.000 ayat lebih

6. Seorang Ulama Syi’ah, al Khu-I berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa Qur’an S. ‘Ali berbeda dengan Al Qur’an yang ada sekarang ini, baik dalam susunan surahnya maupun tambah-tambahan yan tidak terdapat dalam Al Qur’an ini”.[14]

7. Menurut Syi’ah, Al Qur’an yang sekarang ini tidak dapat dijadikan pedoman (Hujjah) kecuali dengan juru tafsir, dan juru tafsirnya adalah S. “Ali ra. [15]

Tafsir yang mereka maksud adalah tafsir kebatinan seperti kata “Al Thariqah” dalam ayat :

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوْا عَلىَ الطَّرِيْقَةِ لاَسْقَيْنَا هُمْ مَاءً غَدَقَ

Mereka tertafsiri dengan mengangkat S. Ali setelah Nabi wafat.

8. Al Kusyi berkata: “Tidak ada sedikitpun dari Al Qur’an yang dapat kita buat pegangan”. Maka atas dasar ini bisa saja tejadi bahwa tiap ayat sudah dirubah, tidak sesuai dengan apa yanga telah diturunkan oleh Allah. Maka sama sekali Al Qur’an itu tidak dapat kita jadikan hujjah/pegangan. Maka tidak ada faedahnya dan tidak ada gunanya untuk memeritahkan merngikuti Al Qur’an ataupun memegang teguh Al Qur’an dan lain-lain. [16]

9. Al Mirza al Nuri Thabarsi menetapakan bahwa Al Qur’a telah dirubah. Maka dia mengarang sebuah kitab bernama: Fashul Khithab fi Itsbat Tahrif Kitab Rabbil Arbab, dikarang padamtahumn 1292 H.

Al Jaziri berkata: “Bahwa Hadits-Hadist yang menunjukan bahwa Al Qur’an telah dirubah mencapai dua ribu lebih”. Dan masih banyak lagi Ulma-ulama Syi’ah yang mengatkan bahwa Al Qur’an telah dirubah . demikian keyakinan Ulama Syi’ah terhadap Al Qur’an

Sedang menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa orang yang meragukan Al Qur’an keaslian satu kalimat saja,atau satu ayayt saja dari Al Qur’an maka dia sudah menjadi kafir. Karena hal itu berarti membohongkan Allah yang telah berfirman :

إ نّا نحن نزّ لنا الذّ كر و إ نّا له لحا فظون

“Kamilah yang menurunkan Al QUr’an itu, dan kami pula yang memeliharanya”

c. Syi’ah dan sunnah (Hadist)

1. Syi’ah hanya mnerima Hadits-hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan melalui jalur Ahlul Bait. Adapun Hadits-hadits Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat yang bukan Ahlul Bait ditolak oleh mereka. Ini berarti Syi’ah telah membuang ribuan Hadits Nabi saw. Karena seperti kita ketahu dari fakta sejarah bahwa S. Ali tidak selamanya mendampingi Nabi saw. Beliau pernah ditugaskan untuk tetap di Madinah ketika Rasulullah melaksanakan suatu peperangan dengan para sahabat yang lain. S ‘Ali pernah ditugaskan ke Yaman berarti dia tidak dapat mendengarkan Hadist Nabi kecuali melalui sahabat yang lain.

2. Yang namanya Hadits menurut Syi’ah bukan hanya yang datang dari Nabi Muhammad saw, tetapi justru labih banyak dari Imam-Imam mereka. Karena perkataan Imam yang juga ma’shum itu sama dengan perkataan Nabi, maka perkataan Imam-imam itu juga Hadits menurut Syi’ah bahkan perkataan Imam-imam merut Syi’ah sama dengan firman Allah. Perhatikan sebuah riwayat dalam kitab al Kaafi berikut ini:

“Abu Abdillah berkata: Hadistku berarti Hadits ayayhku, hadist ayahku bararti hadist kakekku, hadits kakekku berarti hadist S. Husein, hadits S. ‘Ali, hadits S. ‘Ali bararti hadits Rasulullah saw. Dan hadits Rasulullah berarti firman Allah”.[17]

3. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat yang bukan Ahlul Bait, karena mereka telah mengaggap para sahabat itu murtad /kafir, seperti telah diterangkan dimuka.

Syi’ah mengaggap semua perkataan Imam-iama itu adalahHadits, karena mereka berkeyakinan bahwa syari’at sepeninggalan Nabi adalah di tangan Imam-imam Dua belas dana mereka berpendapat bahwa ucapan Iamam Dua belas adalah seperti sabda Nabi dan bahkan seperti firmanAllah. Selsain itu Syi’ah menganggap catatan-catatan Imam-imam mereka waktu menjawab pertanyaan adalah sebagai Hadits juga.

Maka sumber hukum agama Syi’ah jauh berbeda dengan sumber aqidah dan hukum Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

4. Karena syi’ah berkewajiban bahwa Imam itu ma’shum, perkataannya sama denagn perkataan Allah, maka tidak perlu menyadarkan /mengisnadkan ucapan Imam kepada Nabi.

Perhatikan ucapan Ulama Syi’ah di bawah ini:

Keyakinan bahwa Iama itu ma’shum, menjadikan semua Hadits yang keluar dari mereka adalah shahih, maka tidak diperlukan menyandarkan sanadnya kepada Rasulullah saw. Sebagaimana halnya dikalangan Ahlus Sunnah wal Jam’ah”.[18]

5. Masalah rawi / pembawa Hadit, bagi syi’ah tidak perlukan kriteria-kriteria seperti dikalangan Ahlus Sunnah. Yang penting rawi itu Syi’I / berpihak kepada Syi’ah. Maka terjdilah banyak kontradiksi dan perselisihan dalam Hadits dan masalah keagamaan mereka,dan semakin bertubi-tubi Hadits-hadits maudhlu’ tanpa ada alat penyaring sebagamana yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Banyak rawi-rawi yang terdiri sari orang-orang beraliran susak seperti yang diaki oleh at Thusi. [19]

Dan kaitannya dengan banyak perselisihan antara Ulama Syi’ah al Faidlul Kusyi berkata: “Kau melihat mereka berselisih dalam suau masalah sampai 20 pendapat, bahkan, sampei 30 pendapat atau lebih. Bahkana kalau boleh saya katakana: Tidak ada satu masalah far’iyahpun yang mereka tidak berselisih , paling pada kaitannya……….[20]

6. Dalam kaitan dengan banykanya Hadits Maudhlu’ dikalang Syi’ah, al Mughirah bin Sa’id, seorang rawi hadits Syi’ah: “ Aku telah memalsukan kedalam Hadits kalian, hadits-hadits yang benyak yang mendekati seratus rubu hadits”.[21]

Ja’far Shadiq berkata: “Kami Ahlul Bait adalah orang-orang yang benar, teapi kami tidak bisa terlepas dari orang yang membohong atas nama kita. Maka gugurlah kebenaran kita sebab kebohongan orang tersebut ”.[22]

Perlu diketahui bahwa sejarah buku-buku acuan Syi’ah yang Mu’tabarah dibidang Hadits sangat jauh terlambat dari masa Imam-imam mereka. Bagaimana dapat dipercaya suatu riwayat Hadits yang tidak dicatat selama 11 sampai 13 abad?[23]......

7. Jumlah Hadits Syi’ah berkembang (semakin bertambah) karena banyaknya Hadits-hadits maudhlu’. Perhatikan catatan dibawah ini:

4 Al Kaafi pada tahun 460 H teridid dari 30 kitab sdang pada tahun 1076 H menjadi 50 kitab.

4 Tahdzibul ahkam menurut pengarangnya berisikan 5.000 Hadits. Tetapi menurut Ulama Syi’ah masa sekarang kitab tersebut berisikan 13.590 Hadits.

Dengan demikian maka agama Syi’ah berkembang. Mereka sewaktu-waktu dapat merubah agama mereka untuk menghadapi kritikan yang ditunjukan kepadanya. Bukan hanya dalam Hadits. Kejadian serupa itu terjadi dalam kitab-kitab tafsir mereka. Ada sebuah kitab, yang dianggap kita pertama bagi Syi’ah, yaitu kitab Salim bin Qais, tanpa pengarang. [24]

Syi'ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni:

Dua Belas Imam

Disebut juga Imamiah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam); dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. Aliran ini adalah yang terbesar di dalam Syiah. Urutan imam mereka yaitu:

1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir

6. Jafar bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq

7. Musa bin Ja'far (745799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim

8. Ali bin Musa (765818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha

9. Muhammad bin Ali (810835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi

10. Ali bin Muhammad (827868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi

11. Hasan bin Ali (846874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari

12. Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Ismailiyah

Disebut juga Tujuh Imam; dinamakan demikian sebab mereka percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan imam mereka yaitu:

1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir

6. Ja'far bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq

7. Ismail bin Ja'far (721755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.

Zaidiyah

Disebut juga Lima Imam; dinamakan demikian sebab mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:

1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba

3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid

4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5. Zaid bin Ali (658740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir

Referensi:

Ensiklopedi Islam untuk pelajar, penebit, PT Ictiar Baru Van Holve, jilid, 5. Hlam 119.

Mengapa kita menolak Syi’ah, penerbit, LEMBAGA PENELITIAN PENGKAJIAN ISLAM (LPPI)


[1] . Ensiklopedi Islam untuk pelajar, jilid, 5. Hlam 119.

[2] . Bihar al Anwar. 4/385. Ums. 2/739.

[3] Ushulul Kafi. 2/410.

[4] Ibid. 2/409

[5] Bihar al Anwar. 5/208.

[6] Ushulul KAfi. 1/488.

[7] Tafsir al’Iyasyi, 1/199, Tafsir asy Shafi, 1/369.

[8] Al Kaafi , 1/372-373

[9] Ushul Madzahibi al Syi’ah, 1/202.

[10] Bihar al anwar. 89/50.

[11] Ibid, 89/55

[12] Ibid, 89/60

[13] Ushulul Kaafi, 2/134

[14] Al BAyan, h 223

[15] Ushulul Kaafi, 1/223

[16] Ash Shafi, 1/33

[17] Al Kulaini/ al Kaafi, 2/271-272

[18] Abdullah Fauyadh. Tarikh al Imamiyah, h 240.

[19] Al Fihris, h. 24-25.

[20] Al Wafi, al Muqadimah, h.9.

[21] Tanqihul Maqal, 1/174.

[22] Rijal al Kusyi, h. 108, al Majlisi / al Bihar, 25/363.

[23] Masalatu al taqrib, 2/284

[24] Ibid, 2/300-301