Free Widgets

Senin, 30 Agustus 2010

TANGGA ANAK SHALEH

APA ITU TANGGA ANAK SHALEH ? T.A.S adalah suatu metode da’wah dan pendidikan yang menerapkan pola bermain sambil belajar dan berda’wah. Melalui T.A.S kita bisa menyampaikan materi – materi aqidah, akhlak dan pokok pokok ibadah, kehidupan akhirat , pahala dan dosa, adanya surga dan neraka, yaumil hisab dan sebagainya dalam waktu + 30 menit bermain. Selain mengenalkan dan memahami , kita juga dapat menggunakan T.A.S sebagai media untuk menghapal 100 ayat Al- Qur’an dan hadits Rasulullaah SAW KENAPA T.A.S ADA ?  Sesuai perkembangan zaman di butuhkan metode da’wah yang lebih modern, praktis, ekonomis dan mampu membuat da’wah ini sampai kepada ummat secara merata mulai dari tingkat ibukota sampai ke desa dan pelosok dusun terpencil di kepulauan dan pegunungan dan dari kalangan elit berdasi yang da’wahnya di hotel hotel sampai ke tingkat awam dan fakir miskin  Perlunya pembelajaran yang lebih intensif dan berkesinambungan dalam penanaman aqidah dan akhlak apalagi pendalaman ilmu Alqur’an dan Hadits sebagai pelengkap dari apa yang diberikan di sekolah maupun madrasah  Adanya ghazwul fikri yang di atur dalam skenario penghancuran pemikiran dan lifestyle generasi muda islam yang mengakibatkan degradasi moral yang dilakukan melalui media media hiburan cetak maupun elektronik, trend busana, permainan dan sebagainya Dari dasar 3 poin tersebut di pandang perlu para ulama, cendikiawan Islam menciptakan metode metode baru dalam meningkatkan kualitas da’wah dan pendidikan sebagai upaya “benteng dan filter” bagi generasi muda Islam.Metode da’wah TAS merupakan upaya untuk memberikan jawaban terhadap kebutuhan ummat islam tersebut VISI Terwujudnya satu orang anak shaleh dalam setiap rumah tangga muslim MISI • Mengupayakan hafalnya seratus ayat & hadits program metode TAS dalam setiap rumah tangga muslim • Turut serta memberikan kontribusi dalam penguatan aqidah dan akhlak masyarakat • Mewujudkan da’i dai muda yang memiliki jiwa entrepeneurship sehingga tercapai keseimbangan dunia dan akhirat UNTUK SIAPA TANGGA ANAK SHALEH Melalui media TAS dapat membuat kita berda’wah dengan mudah, praktis menyentuh semua kalangan karena dalam penciptaannya TAS ini memiliki 7 kelas berfikir atau 7 dimensi yaitu : 1. DIMENSI AWAM & ANAK SEKOLAH Kelompok ini melihat bahwa TAS adalah alat bermain / permainan 2. DIMENSI AHLI PENDIDIKAN Kelompok ini melihat bahwa TAS merupakan metode pendidikan pola bermain yang merupakan “pesantren super kilat” yang bisa di terapkan dimana saja untuk membimbing generasi muda menuju generasi yang shaleh dan shaleha 3. DIMENSI AHLI DA’WAH Kelompok ini melihat TAS sebagai metode da’wah dalam menyampaikan pesan pesan Islam dengan mudah dan praktis ke seluruh lapisan masyarakat 4. DIMENSI AHLI AQIDAH Kelompok ini melihat TAS merupakan skema tauhid, peta aqidah dan denah menuju alam surga atau neraka 5. DIMENSI AHLI TASAWWUF Kelompok ini melihat TAS sebagai teropong ke alam ghaib dimana ketika TAS di simulasikan terilustrasilah malaikat Raqib dan Atid sedang mendemonstrasikan cara kerja nya mencatat pahala dan dosa bani adam di muka bumi, selanjutnya setelah simulasi TAS berakhir masuklah ke alam hisab dan mizan, di sana terlihat malaikat Ridwan dan Malik di posisi masing masing 6 DIMENSI INTELEKTUAL Kelompok ini melihat media TAS di kemas secara kreatif dimana metode TAS merupakan upaya yang sistematik, terencana, punya sistem yang jelas memiliki referensi yang cukup untuk membawa kaum remaja menuju Indonesia nan jaya ,aman damai dan makmur Baldhatun toyyibah warabbun ghafur 7.DIMENSI PREMAN BANDIT Kelompok ini melihat TAS merupakan teman setia dan guru yang sejuk dalam mendapatkan bimbingan pesan pesan kebenaran dari kitabullaah dan hadits nabi KENAPA TAS DISEBUT PERMAINAN TAS di sebut dengan permainan adalah untuk memikat perhatian remaja dan anak anak, karena merekalah sasaran utama dari metode TAS ini. Bagi kaum remaja dan anak anak bahkan kelompok awam memang melihat TAS ini baik dari segi fisik maupun komponen yang digunakan sekaligus cara perjalanan & penggunaan jelas terlihat sebagai media bermain. Inilah yang dinamakan taktik, kiat dan kebijaksanaan ( q.s An – nahl 125) Selanjutnya setelah ketertarikan anak anak dan remaja di situlah kita menanamkan ide ide da’wah dan pendidikan yang kita inginkan MANFAAT TANGGA ANAK SHALEH 1. Membantu para da’i untuk menyampaikan pesan pesan da’wah kepada ummat dengan mudah, praktis dan ekonomis 2. Membantu guru di sekolah & madrasah dalam menyampaikan pelajaran bidang aqidah, akhlak & ibadah dengan lebih mudah di mengerti dan di pahami siswa 3. Bagi orangtua terpenuhi kewajiban untuk memenuhi membekali anak anaknya dengan ilmu agama dan menjadikan rumah sebagai pesantren super kilat sehingga beruntunglah orangtua memiliki kader kader anak shaleh 4. Bagi kalangan fakir dan miskin yang sangat sulit untuk hadir di majlis ta’lim karena kesibukan mencari nafkah terbantu dengan mempraktekkan TAS di rumah tangganya, tentu dalam hal ini di perlukan bantuan aghniya untuk memfasilitasi pengadaan TAS melalui perantara da’i Safari Nusantara TAS 5. Membantu pemerintah dalam memperbaiki moral bangsa dalam mempersiapkan generasi anak shaleh penerus masa depan TESTIMONI TOKOH  Media T.A.S merupakan metode da’wah yang Insya Allah akan sangat efektif bagi proses pembentukan kepribadian anak yang memiliki keseimbangan emosional, spiritual dan intelektual menuju Ummatan washatan ( Alm K.H Hussein Umar, Ketum DDII Pusat)  Karya inovatif ! T.A.S mampu menggabungkan keseimbangan nilai nilai intelektual, emosional dan spiritual yang dikem as secara kreatif dalam bentuk pola bermain , sehingga belajar Islam lebih menyenangkan ( Ary Ginanjar Agustian – Ketua Umum FKA – E S Q )  Permainan T.A.S cukup kreatif membangun komunikasi antara anak dan orangtua dalam mengenal, mempelajari dan memahami Islam bersama ( Ust. Jefri Al Bukhory )  Hanya T.A.S teman yang paling panTAS buat anak anak kita (Samsul Arifin, Potential Initiator & Performance Booster , Trainer Umat Terbaik Hidup Berkah)  Alat peraga ini cukup kreatif dan fun , kita lebih mudah memahami ayat Al Qur’an dan Hadits Rasulullah ( Zaskia A. Mecca – Artis )  Bismillaah “permainan luar biasa !!! melatih dan mengajarkan anak anak sejak dini mengenal tauhid (Aghil Abdullah, Trainer Sang Surya Life School)  Media T.A.S ini membuat suasana belajar lebih menyenangkan, anak anak didik lebih cepat memahami materi yang disampaikan ( Ibu Syarifah, Guru SDN Menteng 02 jakpus)  T.A.S membuat kita lebih jernih memahami makna hidup, memotivasi kita untuk menjadi insan yang ihsan. Apakah kita akan tetap beribadah apabila tidak ada surga & neraka ? (Farida Aini, Aktifis, mahasiswi Psikologi USU)  T.A.S bagus deh ..! Wadiah bisa tahu ayat Al Qur’an dan hadits sambil bermain, main T.A.S yuk kak..! ( Wadiah, SD ALAM Bogor ) www.tanggaanakshaleh.com

Jumat, 13 Agustus 2010

PEMUDA MUWAHHID, PEMBERANI, KUAT, DAN CERDAS

Renungilah dengan baik penggalan kisah perjuangan da’wah tauhid nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam ini. Anda akan dapati banyak pelajaran untuk kehidupan dan perbekalan berharga untuk perjuangan.

Ibrah pertama. Ibrahim seorang muwahhid (bertauhid)

“Dan seseungguh telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran (rusyd).”

Inilah pelajaran pertama yang nampak jelas terlihat dari keseluruhan kisah di atas. Upaya penghancurannya terhadap berhala-berhala yang disembah ayah dan kaumnya, nerupakan rasa ghirah (cemburu) terhadap agama tauhid, agama yang sama sekali tidak mengakui lebih dari satu atau banyak sesembahan, seperti apa pun bentuknya. Ia membersihkan sumber-sumber kemusyrikan yang menodai aqidah tauhid dengan cara benar, berani, dan cerdas. Sehingga Allah Jalla wa ‘Ala pun mengakuinya sebagai muwahhid, memiliki agama yang lurus (hanif), dan dijadikannya manusia pilihan dan kekasihNya.

Dan siapakahyang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang iapun mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS. An Nisa (4): 125)

Bahkan Allah Jalla wa ‘Ala menyalahkan manusia yang tidak mau mengikkuti millah Ibrahim. Sebagaimana rirmanNya:

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yangshalih.” (QS. Al Baqarah (2): 130)

Maksud dari Kami telah memilihnya di dunia adalah menjadi Imam, Rasul, banyak keturunannya yang menjadi nai, dan diberi gelar khalilullah (kekasih Allah).

Dalam suatu riwayat dari Ibnu ‘Uyainah, dikemukakan bahw Abdullah binj Salam mengajak dua anak saudaranya, Salamah dan Muhajir untuk masuk Islam dengan berkata: “Kau berdua telah mengetahui, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman di dalam Taurat, bahwa Ia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Ahmad. Barangsiapa yang beriman kepadanya, ia telah mendapat petunjuk dan bimbingan, dan barangsiapa yang tidak iman kepadanya, akan dilaknat. Maka masuk islamlah Salamah, akan tetapi Muhajir menolak. Maka turunlah ayat tersebut di atas (QS. 2 : 130) yang menegaskan bahwa hanya orang-orang bodohlah yang tidak beriman kepada agama Ibrahim. (Shafwatul Bayan, hal. 20)

Penegasan bahwa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah seorang muwahhid telah ditegaskan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam dalam salah satu haditsnya:

Dari Ubay bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Rasulullah mengajari kami do’a: “Pagi hari kami lewati dengan agama fitrah Islam, di atas kalimat yang murni (tauhid), di atas agama nabi kami Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam, dan di atas millah (agam) ayah kami Ibrahim yang hanif (lurus), dan dia bukanlah termasuk orang-orangmusyrik.” (HR. Abdullah bin Ahmad bin Hambal dalam Az Zawaidnya)

Inilah perbekalan yang paling pertama dan utama, khusunya untuk anda para aktifis da’wah sekolah dan kampus. Karena lurusnya fitrah, bersihnya aqidah, merupakan awal dari segala kebaikan , keshalihan, dan kekuasaan. Sungguh, militansi anak Rohis masa lalu karena berawal dari sini; mereka tidak mau menghadiri upacara bendera karena menganggapnya sebagai ritual berbau syirik dan tasyabbuh bil kuffar (menyerupai orang kafir), tidak concern dengan mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), menutup telinga dari seluruh yang berbau gaya hidup Barat mulai dari nyanyian, jeans, dan lain-lain. Itu telah menjadi bagian sejarah da’wah ini yang telah berlalu…

Ibrah Kedua. Pemuda Pemberani

“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?”

Sungguh! Ini adalah pertanyaan yang mengandung resiko besar. Ayahnya sendiri, Azar, juga kaumnya diberikan pertanyaan yang belum pernah dilontarkan oleh siapa pun pada zaman itu. Agam paganis (watsaniy) yang telah berabad-abad lamanya, sebagaimana firmanNya: Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya,” telah digugat oleh pemuda bernama Ibrahim. Sungguh Ibrahim bukannya tidak tahu resiko dan bahaya yang menantinya, namun memperjuangkan aqidah tauhid telah menghilangkan semua rasa takutnya.

Mereka berkata: “Kamai dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yangbbernama Ibrahim.” Mereka berkata: “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.” Inilah resiko dan bahaya yang dimaksud.

Bahkan pemuda Ibrahim berani mengancam, Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Ancaman ini bukan gertak sambal, bukan pula terror, melainkan kebenaran yang ia laksanakan dengan cara menghancurkjan berhala-berhala sesembahan ayah dan kaumnya. Masih mending jika berhala-berhala tersebut disembunyikan atau ditutup dengan kain, tetapi Ibrahim tidak demikian, tidak selemah itu. Di balik penghancuran itu, ia punya rencana yang telah disiapkan untuk mematahkan argument kaumnya. Artinya kebenranian Ibrahim bukanlah asal berani, tetapi berani yang terukur dan terkalkulasi. Keberanian bertindak agar kaumnya mau berfikir mengevaluasi kebiasaan mereka, agar Raja Namrudz, sumber power kejahatan saat itu, yang telah lama Ibrahim bidik.

Berani merupakan karakter Anda wahai pemuda…wahai para thulab…

Ia bukan milik pemuda Ibrahin saja, tetapi ia ada dalam diri Anda. Galillah, lalu asah lah sebab sesungguhnya Allah Ta’ala bersama Anda, bersama orang yang berbuat ihsan,dan para da’i ilallah…

Bukanlah pemuda yang hanya berkata: Inilah bapakku!

Tetapi pemuda adalah yang berani berkkata: Inilah aku!

Ibrah Ketioga. Pemuda yang Kuat

Maka Ibrahim, bukan hanya kut aqidah dan tekadnya, tetapi juga fisiknya. Rencana matang yang dibuatnya, bisa saja gagal bila ia tidak ditopang kekuatan fisik. Ia mampu menunaikan dengan sempurna, dengan menghancurkan berhala tersebut menjadi judzaadzan yang berarti qitha’an wa kasaran (terpotong-potong dan hancur berkeping) karena kekuatan fisiknya.

Agenda da’wah teramat banyak, dengan perjalanan yang panjang, penuh onak dan duri, juga hadangan musuh, tentu amat dibutuhkan pejuang-pejuang yang tidak mudah lelah dan lemah. Karena itu Syahidul Islam, Al Imam Hasan Al Banna Rahimahullah menjadikan qawiyyul jismi(tubuh yang kuat) sebagai muwashafat (sifat dasar) pertama dari sepuluh muwashafat pribadi muslim ideal.

Lihatlah para mujahidin Afghan, Chechnya, Bosnia, pasukan long marchnya Jendral Sudirman, dan lainnya, yang mereka menyusuri hutan belantara, mendaki gunung, berbukit, terjal, licin, gelap, dengan persediaan makanan sekedarnya, juga dengan barang bawaaan yang sangat banyak. Mereka tidak mengeluh apalagi mundur demi menjaga kehormatan Islam dan tanah airnya. Itu semua karena kakuatan; iman, ‘Azam, dan fisik.

Saat ini, tidak sedikit para aktifis da’wah yang pandai berkilah dan bermain ‘seni peran’ dalam meminta izin, yang pada intinya menghindar dari beban da’wah. Afwan ini…afwan itu…mereka selalu mencari-cari alasan untuk menghindari tanggung jawab da’wah. Akhirnya, mereka ‘jomblo’ aktifitas, ‘jomblo’ halaqah (baca: tidak memiliki binaan), walau usia tarbiyah sudah di atas lima tahun!

Flu sedikit, izin. Batuk sedikit, izin. Padahal jika ia ikhlaskan untuk tetap berangkat, mudah-mudahan itu menjadi washilah untuk kesembuhannya. Adakah kita menyadarinya?

Ibrah Keempat. Pemuda yang Cerdas

Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”, kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) member mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?”

Dialog ilmiah ini, menunjukkan kekuatan hujah Ibrahim. Kaumnya telah tahu bahwa berhala itu tidak bisa berbicara, jangankan memberi mudharat atau manfaat bagi manusia, menjaga diri sendiri saja tidak mampu; lalu kenapa kalian sembah?!

Bukan itu saja kecerdasan pemuda Ibrahim ‘Alaihissalam, Al-Qur’an juga merekam pada ayat lain.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Katika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah (2): 258)

Orang yang mendebat Ibrahim adalah Raja Namrudz. Ibrahim ‘Alaihissalam menegaskan bahwa Tuhannya dan juga Tuhan bagi Namrudz adalah Allah yang bisa menghidupkan atau mematikan. Namun Namrudz menjawab: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Maksud raja Namrudz dengan menghidupkan ialah membiarkan hidup, dan yang dimaksud dengan mematikan ialah membunuh. Perkataan itu untuk mengejek Nabi Ibrahim a.s. tetapi Ibrahim tidak kehabisan akal, ia berkata lagi: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bungkamlah Namrudz sebab ia tidak mampu. Jangankan menerbitkan matahari dari barat, menerbitkan dari timur – sekedar untuk setara dengan perbuatan Allah – saja tidak bisa, apalagi melebihinya.

Contoh lain adlah surat Al-An’am ayat 76-83, tentang perdebatan Ibrahim dengan kaumnya seputar siapakah yang layak disembah. Para ahli filsafat dan sebagian cendikiawan muslim yang terbaratkan telah menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai alasan bahwa ‘Ibrahim mencari Tuhan’, seakan-akan sebelumnya Ibrahim orang yang tidak mengetahui Tuhannya. Ada pula yang mengatakan – lantaran ayat tersebut, Ibrahim adalah Bapak Monoteisme. Seakan-akan para Nabi ‘Alaihimussalam sebelum Ibrahim adalah politeisme. Na’udzubillah! Para Nabi sejak awal hingga rasulullah Saw semuanya adlah membawa agama tauhid, mengesakan Allah semata. Padahal yang benar adalah ayat-ayat tersebut tentang perdebatan Ibrahim melawan kaumnya, bukan Ibrahim sedang mencari Tuhan. Itulah yang terjadi bila menafsiri ayat secara tidak utuh.

Simaklah ayat-ayat dalam surat Al-An’am berikut secara utuh:

(76)”Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” (77) “Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku” tetapi setelah bulan terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak member petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.” (78) Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (79) “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agma yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (80) “Dan dia dibantah oleh kaumnya/. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah member petunjuk kepadaku.” Dan aku tidak takkut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali dikala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pegetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?” (81) “Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak memepersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (malapetaka), jika kamu mengetahui?” (82) “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang yng mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (83) “Dan itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

Ayat 76 – 79 merupakan cara Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam mendebat kaumnya, dengan menyelami apa yang difikirkan oleh kaumnya. Sama sekali bukan Nabi Ibrahim sedang mencari Tuhan! Lihatlah kalimat yang dibold (dihitamkan) menunjukkan bahwa ia sedang berdebat dengan kaumnya untuk mengajak mereka bertauhid.

Inilah pemuda Ibrahim, ia memiliki apa-apa yang diperlukan perjuangan pemuda, keyakinan yang mendalam terhadap aqidah (ideologi) tauhid, keberanian, kekuatan, dan kecerdasan. Semoga para da’i, khususnya aktifis da’wah sekolah dan kampus mampu mengambil Durus wa ‘Ibar (pelajaran dan hikmah) dari penggalan perjuangan Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam.

TAFSIR AYAT AL QUR’AN TENTANG TANDA KEKUASAN ALLAH SURAT AL ANBIYA (21) AYAT 30

A. Pendahuluan

Para pakar ahli ilmu pengetahuan di abad modern ini masih menggali pengetahuan tentang asal usul alam semesta. Mereka belomba-lomba dengan teorinya masing-masing untuk mengungkapkan bahan pertama yang membentuk alam semesta termasuk matahari dan planet-planet di dalamnya. Akhir abad ke-20, mereka baru membuka tabir misteri luar angkasa yang padahal Al-Qur’an 14 abad yang lalu sudah membicarakan dan memberikan kabar kepada manusia tentang asal usul alam semesta ini. Akan tetapi, para ilmuan barat baru memahami sekarang dengan teori yang mereka kenal; The Big Bang Theory. Tidak sedikit ketika mereka memahami bahwa Al Qur’an memang berasal dari Tuhan dengan kebenarannya, mereka masuk Islam.

Ajaran Islam memang ajaran yang bisa di fahami dengan akal, karena pada dasarnya akal itu sendiri di ciptakan untuk memahami ajaran Islam. Alangkah bodohnya orang yang telah mengetahui kebenaran Islam tapi ia enggan untuk masuk Islam.

Berikut ini akan kita telaah ayat yang berkaitan dengan proses terjadinya alam semesta sekaligus sebagai argumentasi yang kuat kepada siapa saja yng mengingkari Al Qur’an.

B. Asal Usul Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah dan Bantahan Terhadap Orang-Orang Kafir

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ (30)

At Tarjamah :

“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. [QS. Al Anbiya (21) : 30 ]

C. Ma’aaniya Al Musykilat

1. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ, Hamzah pada lafadz أَوَلَمْ menunjukan lil inkari artinya pertanyaan yang bermakna pengingkaran atau bantahan. و –nya diathofkan kepada ayat sebelumnya. Sedangkan maksud ar ru’yah adalah ma’na yang mendalam yang berarti : Hai orang-orang kafir! Apakah kalian tidak berfikir dan tidak mengetahui ?.

2. كَانَتَا رَتْقًا, Imam Al Akhfasy berkata : Lafadz كَانَتَا menunjukan penggabungan langit dan bumi sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir : 41

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (41)

Artinya : “ Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “.[1]

3. فَفَتَقْنَاهُمَا , ya’ni terpisah suatu bagian dari bagian yang lain, lalu kami tinggikan langit dan menetapkan Bumi pada tempatnya.[2]

4. وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, ya’ni kita hidup dengan air yang Allah turunkan dari langit untuk menghidupkan segala sesuatu, termasuk hewan dan tumbuhan. Ma’nanya adalah air itu merupakan unsure penyebab hidupnya makhluk hidup. Dikatakan : yang dimaksud air adalah air mani. Mayoritas ahli tafsir berpendapat : “ Ini adalah hujjah bagi kaum musyrikin terhadap kekuasaan Allah dan keluasan ciptaan-Nya “.

5. أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, untuk mengingkari mereka, karena mereka tidak beriman. Padahal telah ada ketetapan dari tanda-tanda tuhan mereka.[3]

D. Ma’na Al Ijmaly

a. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Pada ayat ini Allah SWT menegaskan tentang kekuasaannya yang sempurna dan Maha Agung atas seluruh makhluknya. Allah menciptakan langit dan Bumi beserta segala isinya adalah dalil akan keberadaan wujudnya. Ia menyatakan pertanyaan yang berma’na pengingkaran sebagai bantahan kepada siapa saja yang tidak mengakui eksistensi dirinya. Nalar orang-orang kafir di gugah oleh ayat di atas dengan menyatakan : Dan apakah orang-orang kafir belum juga menyadari apa yang telah Kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak melihat , yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan mata bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.[4]

b. وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, Dan Kami jadikan dari air yang tercurah dari langit, yang terdapat di dalam bumi dan yang terpancar dalam bentuk sperma segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka buta sehingga mereka tidak juga beriman tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT? Atau belum juga percaya bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang terdapat di langit dan di bumi yang wajar dipertuhankan?

E. Tafsir At Tafsily

a. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini menurut perkembangan pengetahuan yang ada pada zamannya. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa tujuh lapis langit dengan bumi kita ini asal mulanya adalah bersatu padu, lalu Allah memisahkan keduanya. Tujuh lapis langit naik ke atas dan tujuh lapis bumi di hamparkan. Di antara langit yang terdekat yaitu langit dunia dan bumi kita ini dipisahkan dengan udara (hawa). Maka langit pun menurunkan hujan, bumi menumbuhkan tumbuhan.[5]

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim, diterimanya dari ayahnya, dari Ibrahim bin Abi Hamzah, menyampaikan kepada kami Hatim dari Hamzah bin Abi Muhammad, ’Abdillah bin Dinar dari Ibnu ’Umar; bahwa datang seseorang kepada beliau bertanya tentang hal langit yang banyak itu dan bumi, yang mulanya sekepal lalu Allah memisahkannya. Kemudian Ibnu ‘Umar berkata: “Pergilah kepada tuan Syaikh dan tanyakan kepada beliau, setelah itu kembali kepadaku dan katakana apa jawabannya”. Maka orang itupun pergi kepada Ibnu ‘Abbas menanyakannya. Lalu Ibnu Abbas menjawab: “ Benar! Mulanya langit sekepal tidak menurunkan hujan, bumi pun sekepal tidak ada yang tumbuh. Tatkala Allah menciptakan penghuni bagi bumi, langit pun ditakdirkan untuk menurunkan hujan dan bumi ditakdirkan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan “.

Setelah menerima jawaban tersebut orang itu pun kembali kepada Ibnu ‘Umar dan menceritakan jawaban itu. Maka berkatalah Ibnu Umar: “ Sekarang tahulah aku bahwa Ibnu Abbas telah diberi ilmu Al-Qur’an. Dia memang benar keadaannya”, kata Ibnu Umar selanjutnya: “ Telah pernah aku katakan bahwa aku kagum atas keberanian Ibnu Abbas menafsirkan Al-Qur’an! Sekarang tahulah aku bagaimana mendalamnya ilmu yang telah diberikan kepadanya ”.[6]

Para ahli tafsir berbeda pandapat tentang ma’na firman Allah; langit dan bumi yang bersatu padu.

Diantara mereka berpendapat bahwa; Mulanya langit dan bumi itu menyatu, lalu Allah memisahkannya dan menjadikannya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.[7]

Dari Ikrimah : Keduanya bersatu padu dan tidak keluar sesuatu pun dari keduanya, lalu terpisahlah langit dengan adanya hujan dan bumi dengan tumbuhnya pepohonan, sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Thoriq : 11-12

وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ (11) وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ (12)

Artinya : “ Demi langit yang mengandung hujan. Dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan ”.[8]

Dalam tafsir Al-Muntakhab dikemukakan dua diantara sekian banyak teori tersebut.

Teori yang pertama, berkaitan dengan terciptanya tata surya. Disini disebutkan bahwa kabut disekitar matahari menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang membentuk kabut bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atom-atom itu kemudian mengumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi, dengan membawa kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin bertambah besar sehingga membentuk planet-planet, bulan dan bumi dengan jarak yang sesuai. Penumpukan itu sendiri mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada aat kulit bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi memperoleh sejumlah besar uap air dan karbondioksida akibat surplus larva yang mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di udara setelah itu adalah aktivitas dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan generasi awal dan rumput-rumputan.[9]

Selanjutnya dikemukakan oleh para pakar penyusun tafsir Al Muntakhob itu bahwa teori kedua dan yang dapat difahami dari firman Allah di atas menyatakan bahwa bumi dan langit pada dasarnya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu masa. Hal ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam raya. Menurut penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling berkaitan dan di bawah tekanan sangat kuat yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh akal. Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi, sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola dan jari-jarinya tidak lebih dari tiga juta mil. Lanjutan firman Allah yang berbunyi ’...fa fataqnaahuma...’ merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.[10]

b. أَفَلَا يُؤْمِنُونَ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”, yakni pangkal bagi setiap yang hidup. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abi Hurairah RA, dia berkata: “ Aku berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya apabila aku melihatmu, maka senanglah hatiku dan suka citalah aku. Maka beritahukanlah kepadaku ihwal segala perkara. Beliau bersabda, ‘Segala makhluk tercipta dari air’. Aku berkata beritahukanlah kepadaku sebuah amalan yang jika aku lakukan, maka aku akan masuk surga. Beliau bersabda, ‘Sebarkanlah ucapan salam, berilah makanan, sambungkanlah tali silaturrahim dan dirikanlah shalat malam tatkala orang-orang terlelap tidur. Kemudian Allah akan memasukanmu ke dalam surga dengan aman’ ”. ( HR. Ahmad )[11]

Dari Qotadah : Setiap segala sesuatu yang hidup itu diciptakan dari air ‘.[12]

Ada yang memahami ayat ini dalam arti segala yang hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air, atau Kami jadikan dari cairan yang terpancar dari shulbi (sperma) segala yang hidup ya’ni dari jenis binatang.

Para pengarang tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.[13]

F. Tafsir Kontekstual

1) Asal Usul Alam Semesta

Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuwan sebagai salah satu mukjizat Al Qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukkti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan oleh ayat ini dengan ratqan, lalu gumpalan itu terpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Memang kita tidak dapat memperatasnamakan Al Qur’an mendukung teori tersebut, namun agaknya tidak ada salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud firman Allah di atas.[14]

Pada abad ke-20 ini, tepatnya pada tahun 1927, Georges E. Lemaitre (1894-1966) ahli kosmologi Belgia telah mengutarakan suatu teori yang terkenal bernama ‘ The Big Bang Theory ‘ ( Teori Dentuman Besar ), yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari ledakan atom pertama. Menurut teori ini, pada akhir zaman semua benda-benda yang di alam semesta akan berkumpul kembali ke satu pusat yang sama, yang bernama lubang hitam ( black hole ).[15]

Sepanjang 1920-an, para ahli astronomi mengetahui bahwa alam semesta terlihat mengembang ke segala arah, dan hal itu membingungkan mereka. Lemaitre mengatakan bahwa setiap benda di alam semesta pada suatu waktu merupakan kesatuan seperti bola salju. Bola ini kemudian meledak dan terpecah, seperti halnya serpihan-sepihan yang terlempar ketika bola salju menghantam dinding.

Meskipun kejadian itu telah berlangsung pada masa lampau, tetapi bagian-bagian alam semesta; berbagai galaksi dan bintang-bintang yang kita kenal kini tetap bergerak memisah. Lemaitre menamakan ledakan ‘atom pertama’ (primeval atom) yang mengawali alam semesta itu ‘dentuman besar (big bang)’. Kini, teori ‘dentuman besar’ alam semesta ini diakui oleh semua astronom dunia.[16]

Edwin Hubble menemukan melalui teleskopnya bahwa galaksi menjauh dari Bumi pada kecepatan sebanding dengan jaraknya. Semakin jauh jarak sebuah galaksi, semakin besar kecepatannya menjauh dari Bumi. Setiap jarak 1 tahun cahaya, sebuah galaksi menjauh pada kecepatan 16 km/ detik. Artinya, alam semesta mengembang dalam kecepatan tak terbayangkan.[17]

2) Keajaiban Air

Para pengarang tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.[18]

G. Al Khulaashoh

1) Allah SWT mengajak orang-orang kafir untuk menggunakan nalarnya bahwa jika mereka berfikir dan mengetahui langit dan bumi itu mulanya bersatu padu, lalu dengan kekuasaan-Nya terpisahlah langit dan bumi sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

2) Segala sesuatu yang hidup itu berasal dari air dan air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup di muka bumi.

3) Orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah berarti mereka kafir.

4) Kebenaran absolut ajaran Islam bisa dibuktikan secara ilmiah.

5) Hendaknya orang-orang mu’min bertambah keimanannya setelah mengetahui akan kebanaran Al Qur’an yang telah dibuktikan oleh fisikawan modern.

.

Daftar Pustaka

Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Al Kursyi Ad Damsyiqi. Tafsir Ibnu Katsir. Beirut : Al Ashriyah. 2000

Buya HAMKA. Tafsir Al Azhar. Jakarta : Pustaka Panjimas. 1983

Imam Ath Thobary. Jaami’ul Bayan Fii Ta’wil Al Qur’an. Beirut : Daar Al Kutub Al Alamiyah. 1992

Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy Syaukani. Fathul Qodir Al Jaami’ Baina Faniy ar Riwayah wad Diroyah fii ‘Ilmit Tafsir. Beirut : Daar al Kutub al ‘Alamiyah.

Muhammad Nasib Ar Rifa’I. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Depok : Gema Insani. 2000

Purwanto. Ensiklopedi Fisika. Bandung : Kiblat Buku Utama. 2007

Susanto, Ready. Ensiklopedi Tokoh Sains. Bandung : Kiblat Buku Utama. 2007

Quraish Shihab. Tafsir Al Misbah.


[1] Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy Syaukani, Fathul Qodir Al Jaami’ Baina Faniy ar Riwayah wad Diroyah fii ‘Ilmit Tafsir , h.113

[2] Ibid

[3] Ibid

[4] Prof. DR. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, j.8

[5] Prof. Dr. HAMKA, Tafsir Al Azhar, juz XIII-XIV, h.46

[6] ibid

[7] Ath Thobary, Jaami’ul Bayan Fii Ta’wil Al Qur’an, j.9, h. 21

[8] Ibid

[9] Prof. DR. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, j.8

[10] Ibid

[11] Muhammad Nasib Ar Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, j. III, h. 294

[12] Ath Thobary, Jaami’ul Bayan Fii Ta’wil Al Qur’an, j.9, h. 21

[13] Prof. DR. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, j.8

[14] Prof. DR. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, j.8

[15] Ready Susanto, Ensiklopedi Tokoh Sains, h.107

[16] Ibid

[17] Drs. Purwanto,B.Sc., Ensiklopedi Fisika, h. 14

[18] Prof. DR. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, j.8

TAFSIR AL-QUR’AN TENTANG KEBENARAN AGAMA ISLAM

A. Firman Allah SWT Surat Ali-Imran (2), 18-20:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (ال عمران:19)
1. الترجمة Al-Tarjamah (Terjemah Ayat) Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya .(ali-Imra:18-20) 2. معاني المشكلات Ma’aniyal Musykilat (Makna Kata-kata yang sulit) 1. ان الدين kata al-Din secara bahasa berasal dari kata دان – يدين yang berarti taat, tunduk dan patuh. Kata Din dalam artian bahasa Indonesia adalah Agama, karena dengan agama seseorang akan tunduk dan patuh serta akan diperhitungkan seluruh amalnya, yang atas dasar itu akan memperoleh balasan Secara terminologi (istilah) Din mempunyai arti tauhid, mengesakan keberadaan Allah SWT. Agama dalam bahasa Indonesia berasal dari dua kata. Pertama “a” yang mempunyai arti tidak. Kedua “gama” yang mempunyai arti kacau. Dan apabila kita gabungkan menjadi Agama yang bermakna “Tidak kacau”. Jadi, apabila seseorang mempunyai agama berarti ia tidak kacau. 2. الاسلام kata Islam menurut bahasa berasal dari kata اسلم – يسلم- اسلاما yaitu bentuk masdar dari padanya. Secara istilah Islam adalah agama para Nabi dan Rasul terdahulu, seluruh Nabi dan Rasul membawa visi Islam sebagai agama yang dikenal dengan nama tauhid. 3. اختلف kata Ikhtalafa mempunyai arti perbedaan atau perselisihan. Dalam teks diatas adalah mereka berselisih karena adanya kedengkian diantara mereka. Bukan perselisiahan selain dari pada mereka dalam menganut ajaran para Nabi dan Rasul. 4. بغيا maksudnya adalah ”hasud atau dengki”. Qurais Shihab mengartikan kata bagyan adalah kedengkian, yaitu ucapan atau perbuatan untuk mencabut nikmat yang dianugrahkan oleh Allah kepada pihak lain disebabkan rasa iri hati terhadap pemilik nikma itu. 5. سريع الحساب artinya adalah سريع المجازاة ”Azab Allah yang cpat bagi orang-orang kafir. 3. اسباب النزول الاية Asbabun Nujul Ayat (Sebab Turunnya Ayat) Pada suatu waktu ada seorang yahudi mencairkan air wudhu dan membawakan alas kaki Rasulullah SAW. Pada waktu lain dia jatuh sakit, dan Rasulullah menjenguknya. Di kala Rasulullah SAW datang, dia ditunggui oleh orang tuanya sambil duduk di sebelah kepala. Kemudian Rasulullah bersabda: “Wahai pemuda! Katakanlah Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah!. Pemuda itu memandang kepada orang tuanya, sementara orang tuanya terdiam. Rasulullah SAW mengulangi sabdanya, dan pemuda itu pun kembali memandang orang tuanya. Sesaat kemudian orang tua itu berkata: “Taatlah kepada Abi Qasim (Rasulullah)! Pemuda itu membaca: Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, dan sesungguhnya engkau adalah utusan Allah. Rasulullah SAW kemudian keluar seraya berkata “segala puji bagi Allah, yanh telah menyelamatkan pemuda dan diriku dari amuk api neraka” sehubungan dengan peristiwa ini Allah SWT menurunkan ayat ke 18-20 ini, yang pada pokoknya menegaskan tentang keesaan Allah dan keadilannya serta agama yang diridhoinya. (HR. Bukhari dan Ahmad dari Muammal dari Hammad dari Tsabit dari Anas) 4. التفسير الاجمالي Al-Tafsir Al-Ijmaly (Penjelasan Ayat Secara Global) a. Ayat diatas menjelaskan Tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah SWT, apabila ada sesembahan selain Allah berarti ia telah musyrik. b.Ayat diatas juga menjelaskan bahwa Allah, Para Malaikat serta orang yang berilmu yang dapat menegakkan keadilan. Allah berbuat adil apakah manusia, pada hari pembalasan akan masuk ruga atau Neraka. Malaikat akan berbuat adil dengan apa yang mereka kerjakan baik dalam mencatat perbuatan baik atau perbuatan jelek. Dan orang yang berilmu berbuat adil terhadap sesama. Baik dalam urusan Ibadah, muamalah ataupun yang lainnya. c. Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat diatas mengandung pesan dari Allah, bahwa tiada agama di sisiNya dan diterimaNya dari seorang pun kecuali Islam. Islam bukan agama yang paling baik tapi Islam adalah agama yang baik. Kalau kita cermati kalau Islam itu agama yang paling baik, berarti ada agama yang baik setelah Islam. Akan tetapi Allah berfiman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”. d. Ayat diatas menjelaskan pula, bahwa mereka telah mengetahui kebenaran , Namun demikian mereka tetap dikecam bahkan diancam. Ini karena keberagaman mereka bukan sekedar pengetahuan, tetapi ketundukkan atau ketaatan dengan kata lain pengetahuan yang membuahkan ketaatan. e. Pada ayat diatas menjelaskan bahwa azab Allah sangatlah cepat diperuntukkan bagi orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. f. Pada ayat ke 20 dijelaskan bahwa apabila manusia memeluk agama Islam, ia telah benar-benar diberi petunjukkan akan tetapi apabila mereka tetap ingkar, maka tugas para Rasul hanya menyampaikan. Yang menerima tergantung kepada manusia tersebut. 5. التفسير التفصيلي Al-Tafsir Al-Tafshily (Penjelasan Ayat Secara Rinci) a. Ayat إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ 1. Agama yang diridoi (diteriam) adalah agama Islam لادين عنده يقبله من احد سواي الاسلام Maksudnya adalah tidak ada agama yang diterima oleh Allah SWT kecuali agama Islam dan tidak aturan kecuali aturan yang disyariatkan kepada Rasul yang dibangun atas dasar tauhid kecuali Islam . الشرع المبعوث به الرسل المبني علي التوحيد Oleh karena itu, agama selain agama Islam tidak akan diterima oleh Allah SWT dan orang yang mencari agama selain Islam ia termasuk orang-orang yang rugi, dalam kaitan ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an: وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ Artinya:” Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Buya Hamka dalam tafsirnya menegaskan bahwa yang benar-benar agama disisi Allah hanyalah semata menyerahkan diri kepadaNya. Kalau bukan begitu bukan lah agama . Sudah diketahui bahwa arti Islam adalah tunduk dan patuh sehingga Islamlah yang akan diterima oleh Allah karena konsep tunduk dan patuh serta menyerahkan diri kepadaNya. 2. Ayat إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ menjelaskan bahwa Islam adalah agama para Nabi dan Rasul. Buya Hamka dalam tafsinya menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan Nabi-Nabi terdahulu, sejak Nabi Adam lalu kepada Nabi Muhammad termasuk Musa dan Isa Tidak lain dari pada Islam. Beliau-beliau mengajak manusia supaya Islam: menyerah diri dengan tulus Ikhlas kepada Tuhan, percaya kepadaNya. Itulah Islam, sekalian manusia yang telah menyerahkan diri kepada Allah yang tunggal, tidak bersekutu dengan yang lain dengan dia, walaupun dia memeluk agama apa, dengan sendiri ia telah mencapai Islam. Syariat-Nabi-nabi bisa berubah karena perubahan zaman dan tempat, namun hakikat agama yang mereka bawa hanya satu: Islam. 3. dijelaskan pula dalam “Badiut Tafsir” bahwa Islam adalah agama para Nabi dan Rasul: وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Artinya:” an Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ Artinya:” Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آَمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ Artinya:” Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri. 4. Ayat diatas menjelaskan pula bahwa Islam adalah agama Islam, ahli tauhid dan agama ahlu ard. Tidak akan diterima oleh Allah dari seseorang melainkan Islam karena Agama ahlu ard itu terbagi enam, satu Untuk Allah dan lima untuk syetan yaitu yahudi, Nasrani, Majusi, Shobiah, dan Musyrikah. b. Ayat وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ 1. ayat diatas menjelaskan bahwasannya masing-masing manusia dengan akal yang murni dan ilmunya sendiri dapat mencapai dasar percaya kepada kesesaan Tuhan, bisa sampai kepada suasana penyerahan diri kepada Allah yang maha kuasa dengan sendirinya. Sehingga kelak apabila dicocokkan hasil penyerahan diri dengan wahyu, tidak akan berapa selisihnya lagi. Tetapi timbul kesulitan bukan pada mereka, melainkan pada orang-orang yang keturunan kitab, pada yahudi Nasrani sesudah mereka mendapat Ilmu, ialah karena Agama itu sudah diikat dengan ketentuan-ketentuan pendeta. Misalnya fikiran murni manusia telah mencapai kesimpulan bahwa Allah SWT pasti Esa. Tetapi pendeta memutuskan bahwa itu tidak benar, yang benar adalah mesti Allah beranak, atau bahwa Nabi Isa itu buka saja anak Allah, tetapi dia pun Allah atau satu dari tiga unsur. 2. Imam al-Mawardi menjelaskan bahwa ayat diatas berkaitan dalam tiga kelompok: pertama, mereka yang mempunyai taurat (ahlu taurat) dari kaum yahudi. Kedua, mereka yang mempunyai injil (ahlu injil) dari kaum Nasrani. Ketiga, mereka yang mempunyai kitab sepenuhnya. Dan mereka berselisih dalam tiga aspek: a. Mereka berselisih pada agama-agama mereka setelah ilmu datang untuk meluruskannya. b. Mereka berselisih tentang Isa yang melebih-lebihkan bahwa beliau adalah Tuhan atau dari tiga oknum. c. Mereka berselisih tentang Islam. 3. Ayat diatas memberikan peringatan (sinyalemen), terutama kepada kita kaum muslimin. Apabila orang telah melampaui batasnya, manusia hendak mengambil hak tuhan. Perpecahan itulah yang akan terjadi. Dalam Islam telah timbul berbagai Majhab. Seumpama Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, dan Ahlu Sunah. Sejarah 14 abad yang sedikit, menumpahkan darah sesama Muslim karena berlainan Majhab. Oleh karena itu, apabila terjadi perselisihan diantara kaum muslimin hendaklah mereka kembali kepada Allah dan RasulNya. Sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam al-Qur’an. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (النساء) Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(an-Nisa: 59) c. Ayat وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ Ayat diatas menjelskan tentang akibat manusia yang kufur terhadap ayat-ayat Allah atau akibat manusia yang masih memeluk agama selain Islam dengan perhitungan sekaligus ancaman (azab) Allah dengan sangat cepat. Ini digambarkan oleh Allah dalam surat ali-Imran ayat 83: أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (المائدة: 83) Artinya:” Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Buya Hamka mengilustraikan ayat diatas dengan “bahwa Tuhan cepat sekali mengambil tindakan” yaitu bahwa apabila langkah telah salah dari permulaan , akibatnya akan segera terasa. Kadang-kadang dari sebab yang kecil saja, mengakibatkan kehancuran yang besar dengan sekejap waktu. Tiba-tiba pada waktu malam hari hujan lebat, air pun limbak keluar dari kolamnya melampaui dan meluluh lantahkan pematang-pematang sawah. Kerugian sangat besar. Setelah hari menjelang siang baru diketahui bahwa sebabnya hanya satu dari sehelai daun yang menyumbat pancuran yang tidak diperhatikan pada mulanya. Ayat diatas pula memperingatkan kepada manusia yang menentang terhadap tauhid yang dianggap sebagai kekafiran dan diancamlah orang-orang yang kafir itu dengan perhitungan yang cepat supaya penunda-penundaan hingga waktu tertentu, tidak menyebabkan semakin kerasnya kekafiran, keingkaran dan penentangan serta perselisihan. 6. الخلا صة Al-Khulashah (Kesimpulan) 1. Islam adalah agama yang diridhoi (diterima) oleh Allah SWT 2. Islam bukan hanya sebagai agama tapi sebagai syariat (hukum) dan peraturan-peraturan bagi setiap manusia. 3. Kedengkian (hasud) dan mencari kekuasaan adalah faktor perpecahan diantara Umat 4. Agama selain Islam tidak diterima oleh Allah SWT dan mereka termasuk orang-orang yang merugi di akhirat 5. Islam agama para Nabi dan Rasul 6. Ancaman (azab) Allah yang sangat pedih bagi orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah dengan hisab yang cepat DAFTAR PUSTAKA • Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002. • Prof. Dr. Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Nasional Singapura, 2003. • Sayyid Qutub, Tafsir Fidzilail Qur’an, Gema Insani Press Jakarta, 1992. • Abi al-Barkah bin Ahmad bin Mahmud an-Nasafi, Tafsir An-Nasafi, Maktabah Muhammad Ali Sobih, Mesir 1977. • Mudjab Mahali, Asbabun Nujul Studi Pemahaman al-Qur’an, Grafindo Persada Jakarta 2002. • Ismail Abi Fida, Tafsir Ibnu Katsir, Beirut: Libanon Dar-El-fikr 1981.