Free Widgets

Selasa, 27 Maret 2012

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Sidik Jari Sebagai Identitas


REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas dan berbeda satu sama lain. Itulah sebabnya, sidik jadi menjadi tanda pengenal manusia untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya.

Menurut Harun Yahya, sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini. Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus.

Apa pasal? Menurut Harun Yahya, hal itu disebabkan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.

Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan di seluruh penjuru dunia. Keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19 M.

Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Alquran, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.

Pada abad ke-7 M, Alquran telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Alquran disebutkan mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan dalam sebuah ayat.

Simaklah surah Al-Qiyamah ayat 3-4:

"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4).
Sungguh Alquran adalah firman Allah yang Maha Benar.
Inilah video Kemukjizatan Alquran tentang Sidik Jari sebagai Identitas:

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Fenomena di Dasar Lautan

REPUBLIKA.CO.ID,  Dalam bukunya bertajuk Oceans, Danny Elder dan John Pernetta mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya tentang dasar lautan.

''Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1.000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.'' (Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)

Menurut Harun Yahya, teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3 hingga 30 persen sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru. Di bawah kedalaman 1.000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun.

Sesungguhnya, fakta ilmiah ini telah disebutkan sekitar 1.400 tahun lalu dalam Alquran surah An-Nuur ayat 40. "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (QS An-Nuur [24]:40)

''Ini sudah pasti salah satu keajaiban Alquran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra,'' ujar Harun Yahya.

Tak hanya itu. Dalam ayat ke-40 surah An-Nuur tertulis kemukjizatan Alquran lainnya, "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan…"

Betapa tidak. Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang "terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda."

Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya.
Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)

Pernyataan-pernyataan dalam Alquran benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut.

Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surah An-Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Alquran adalah kalam Allah.

Subhanallah, Guntur dan Kilat pun Bertasbih Memuji Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID,  Pernahkah kita berpikir bagaimana guntur –- sebagai salah satu peristiwa atmosfer terhebat yang Allah ciptakan -- itu terbentuk? Dan bagaimana pula guntur mampu melepaskan sejumlah energi yang demikian besar?

Menurut Harun Yahya, selama hujan, guntur dan kilat yang tersusun dari pembentukan cahaya-cahaya terang akibat pelepasan energi listrik di ruang atmosfir, sesungguhnya merupakan sumber energi yang menghasilkan listrik lebih besar dari pada ribuan pembangkit listrik–di samping sebagai fenomena iklim.

Inilah kehebatan dan keajaiban kilat dan petir:

* Energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika.

* Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan.

* Pada titik sentuh petir ke bumi, cuaca memanas hingga 25.000 derajat Celcius. Kecepatan kilatan petir 150.000 km/detik dan rata-rata ketebalannya 2,5-5 cm.

* Petir menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di Bumi utuk menunjang kehidupanya.

* Setiap petir rata-rata memiliki 20.000 amper daya listrik. Seorang tukang las hanya menggunakan 250-400 amper untuk mengelas baja.

* Petir bergerak pada kecepatan 150.000 km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya dan 100.000 kali lebih cepat dari kecepatan suara.

''Suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola lampu berdaya 100 watt. Jadi, apabila setiap rumah di Istanbul, Turki menyalakan satu bola lampu, pancaran cahaya dari satu kilatan petir akan lebih besar,'' ungkap Harun Yahya.

Allah menyatakan fenomena kilat yang menakjubkan ini sebagai berikut “…Kilauan kilatnya hampir membutakan pandangan.” (al-Nur: 43)

Bagaimanakah kilat terbentuk?

Menurut Harun Yahya, udara–yang dipanaskan oleh cahaya matahari–naik membawa molekul-molekul air yang menguap di dalamnya. Ketika udara yang naik ini mencapai ketinggian 2-3 km, udara tesebut bersentuhan dengan lapisan udara dingin. Saat kenaikan udara, kristal-kristal es yang terbentuk di dalam awan melepaskan energi listrik statis yang terbentuk karena pergesekan. Energi listrik ini mengandung unsur positif (+) pada lapisan atas awan dan unsur negatif (-) pada lapisan bawahnya. Ketika awan cukup terisi untuk mengionisasi udara; maka petir terbentuk.


Mengapa bisa bergemuruh?

Menurut Harun Yahya, petir memanaskan udara di sekitarnya hingga 30.000 derajat celcius dalam sepersejuta detik. Udara yang dipanskan meluas, dan menyebarkan gelombang suara yang lebih cepat dari kecepatan suara; dengan tekanan 100 kali lebih besar dari tekanan atmosfir normal. Sama halnya dengan pesawat yang melintas dengan kecepatan suara, ini menyebabkan ledakan suara (gemuruh) di udara, sehingga dinamakan gemuruh/guntur.

Mengapa cahaya dan suara guntur tidak bersamaan mencapai bumi?

Harun Yahya mengungkapkan, hal ini dikarenakan suara guntur mencapai pendengaran kita dengan kecepatan suara (340 m/detik di udara); sedangkan petir mencapai visual (penglihatan ) kita dengan kecepatan cahaya (99, 793 km/detik). Ini menyebabkan perbedaan waktu antara dua peristiwa, dan dengan demikian membuat kilatan (petir) mencapai bumi lebih sebelum guntur.

Apa perbedaan antara kilat dan petir?

Ketika perbedaan muatan listrik menjadi lebih besar antara bumi dan awan, udara menjadi lebih mudah ditembus dari bumi ke awan; pelepasan energi listrik dimulai melalui saluran penghantar yang dibentuk oleh udara yang ditembus itu. Pelepasan energi listrik dari awan disebut dengan kilat, dan pelepasan energi listrik dari bumi disebut petir atau sambaran balik.

Kebenaran kilat yang dinyatakan dalam Alquran

Guruh atau Guntur ternyata terpilih menjadi nama salah satu surah dalam Alquran, yakni surah al-Ra’d. Allah memberitahukan bahwa guntur dibentuk oleh kilat yang bertasbih memuji-Nya: “Dan guruh bertasbih memuji-Nya (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya…” (al-Ra’d: 13)

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Penciptaan Berpasangan


REPUBLIKA.CO.ID, Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, menemukan fakta bahwa materi diciptakan secara berpasangan. Berkat penemuannya itu,  ia dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933.

Penemuan yang dikenal sebagai "parite" itu menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:

"...Setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat."

Fakta ilmiah ini telah diungkapkan Alquran sejak abad ke-7 M. Simak surah Ya Sin [36] ayat 36:  "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (QS 36:36)

Menurut Harun Yahya, meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap.
Subhanallah, sungguh Maha Benar Firman Allah SWT.
mari kita simak videonya

Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama dan Sufi dari Makassar (3)

REPUBLIKA.CO.ID, Masih di Yaman, Syekh Yusuf kembali belajar ke pada Syekh Maulana Sayid Ali, dan diberikan ijazah Tarekat Al-Baawalawiyah.

Selanjutnya, dia menunaikan ibadah haji di Makkah. Selesai berhaji, ia pergi ke Madinah dan belajar pada Syekh Ibrahim Hasan bin Syihabuddin Al-Kurdi Al-Kaurani.

Dari Syekh ini diterimanya ijazah Tarekat Syattariyah. Belum juga puas dengan ilmu yang didapat, Syekh Yusuf pergi ke negeri Syam (Damaskus) menemui Syekh Abu Al-Barakat Ayyub Al-Khalwati Al-Qurasyi. Ia diberikan ijazah Tarekat Khalwatiyah.

Dari sekian banyak tarekat yang ia dapatkan, hal ini menunjukkan keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Syekh Yusuf. Tak heran, bila kemudian dia sangat ahli dalam bidang tasawuf.

Karena itu, dalam lontar versi Gowa disebutkan akan kedalaman ilmu yang dimilikinya. Penguasaan ilmu yang dimiliki Syekh Yusuf bagaikan "Tamparang tenaya sandakanna" (langit yang tak dapat diduga), "Langik tenaya birinna" (langit yang tak berpinggir), dan "kappalak tenaya gulinna" (kapal yang tak berkemudi).

Kedalaman ilmu pengetahuan yang dimilikinya, terutama dalam bidang tasawuf ini, membuat Syekh Yusuf senantiasa berhati-hati dalam berperilaku. Disebutkan, Syekh Yusuf senantiasa mempraktikkan ilmu tasawuf dalam hidupnya.

Dalam hidup, Syekh Yusuf menekankan pentingnya bagi setiap Muslim untuk menempuh jalan kesucian batin dari segala perbuatan maksiat dengan segala bentuknya. Dorongan berbuat maksiat, menurutnya, dipengaruhi oleh kecenderungan untuk mengikuti keinginan hawa nafsu, yaitu keinginan memperoleh kemewahan dan kenikmatan dunia.

Hawa nafsu itulah yang menjadi sebab utama dari segala perilaku yang buruk. Tahap pertama yang harus ditempuh oleh seorang murid (salik) adalah mengosongkan diri dari sikap dan perilaku yang menunjukkan kemewahan duniawi.

Syekh Yusuf juga dikenal sebagai ulama yang sangat moderat. Dalam mengajarkan proses penyucian batin kepada murid-muridnya, dia tidak menginginkan murid-muridnya meninggalkan seluruh urusan dunia dan hanya mengejar urusan akhirat.

Menurut Syekh Yusuf, kehidupan dunia ini bukanlah harus ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan sama sekali. Melainkan hidup ini harus dimanfaatkan guna menuju Tuhan. Gejolak hawa nafsu harus dikuasai melalui tata tertib hidup, disiplin diri dan penguasaan diri atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa melingkupi kehidupan manusia.

Hidup, dalam pandangan Syekh Yusuf, bukan hanya untuk menciptakan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Namun, kehidupan ini harus diilhami dengan cita-cita dan tujuan hidup untuk menuju ridha Allah SWT. Menurutnya, Allah SWT adalah inti dari orientasi dan tujuan hidup seorang Muslim. Sedangkan dunia ini menjadi jalannya.

Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama dan Sufi dari Makassar (2)

REPUBLIKA.CO.ID, Begitulah Syekh Yusuf Makassar. Dia berdakwah dengan cara memberi contoh dan hikmah.

Sehingga pendengarnya senang mengikuti dakwah yang disampaikannya. Karena itulah, tak heran bila namanya begitu sangat terkenal, termasuk di Cape Town, Afrika Selatan.

Nama Syekh Yusuf Makassar, tentunya sudah tidak asing lagi. Banyak artikel atau tulisan dan buku-buku yang ditulis para pemerhati perjuangan Syekh Yusuf.

Ia adalah seorang ulama besar kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan, pada 3 Juli 1626. Muhammad Yusuf atau lebih populer dengan sebutan Syekh Yusuf Al-Makassari Al-Bantani berasal dari keluarga bangsawan tinggi di kalangan suku bangsa Makassar dan mempunyai pertalian kerabat dengan raja-raja Banten, Gowa, dan Bone.

Konon, nama Muhammad Yusuf merupakan pemberian dari Sultan Alauddin, Raja Gowa yang merupakan kerabat ayahnya, Gallarang Moncongloe dan ibunya Siti Aminah.

Namun, menurut Hamka, nama ayah Syekh Yusuf adalah Abdullah Abul Mahasim. Keluarganya yang memiliki latar belakang keislaman yang kuat membuat Syekh Yusuf sejak kecil diajar serta dididik secara Islam.

Syekh Yusuf Makassar, selain sebagai seorang ulama juga dikenal sebagai pejuang nasional dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1995. Ia juga seorang sastrawan sekaligus sebagai ahli tasawuf (sufi).

Pergulatannya dengan ilmu agama, perjuangannya melawan penjajah hingga diasingkan ke Cafe Town, Afrika Selatan, sudah begitu banyak dijelaskan oleh para tokoh dalam berbagai buku dan artikel. Pada tulisan ini, akan dikemukakan perjalanan dan pemikirannya dalam bidang tasawuf.

Persentuhan pertama kali dengan ilmu tasawuf didapatkannya dari Syekh Nuruddin Ar-Raniri di Aceh, yaitu dengan belajar Tarekat Qadiriyah hingga ia mendapatkan ijazah (sebuah pernyataan bahwa dia diperbolehkan mengajarkannya kepada orang lain) dari Ar-Raniri.

Selepas dari Aceh, Syekh Yusuf melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi melalui Yaman. Di Yaman ini ia belajar pada Sayid Abi Abdullah Muhammad Abdul Baqi bin Syekh Al-Kabir Mazjaji Al-Yamani Zaidi An-Naqsyabandi. Dari ulama ini, Syekh Yusuf mendapatkan ijazah Tarekat Naqsyabandiyah.

Syekh Yusuf Al-Makassari, Ulama dan Sufi dari Makassar (1)

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim. ''Hai Syekh, semoga Allah merahmatimu,'' katanya. ''Saya ini seorang pencuri.''

''Mendekatlah, kau akan mendapatkannya. Dan sesudah mereka, berbuatlah sekehendakmu,'' jawab Ibrahim.

''Mereka? Saya tidak paham mereka yang Syekh maksudkan.''

''Yang pertama, jika kamu mau melawan Tuhan, janganlah makan rezekinya.''

''Demi Tuhan, itu sangat sukar. Jika rezekinya semua di laut, di darat, di gunung, dari mana saya makan?''

''Pantaskah makan rezeki-Nya dan melawan-Nya?''

''Tidak.''

''Kedua, jika kamu ingin melawan Allah, jangan bertempat tinggal di negeri-Nya.''

''Demi Allah, itu lebih sukar dari yang pertama. Jika dunia ini kepunyaan-Nya, di mana saya tinggal?''

''Pantaskah makan rezekinya, tinggal di negeri-Nya dan melawan-Nya?''

''Tidak.''

''Yang ketiga, jika hendak melawan Allah, lawanlah di tempat Ia tidak melihatmu.''

''Demi Allah, ini yang tersulit. Bagaimana mungkin, sedang Ia tahu semua yang tidak terlihat dan yang disimpan di dalam dada.''

''Pantaskan makan rezekinya, bertempat tinggal di negerinya dan melawannya? Sedang Ia melihat kamu?''

''Tidak. Kalau begitu Syekh, beri saya yang keempat.''

''Jika datang Malaikat Maut mengambil ruhmu, kamu akan berkata, ‘Akhirilah kematian saya sampai saya bertobat. Malaikat akan berkata, ‘Enak saja. Jika kamu tahu, mengapa tidak tobat dulu-dulu.''

Laki-laki itu belum puas dan karena itu masih meminta opsi kelima.

''Baik,'' kata Ibrahim. ''Jika datang Mungkar dan Nakir, maka tolaklah.''

''Tidak ada kekuatan bagiku. Berilah Syekh, opsi yang lain.''

''Jika kamu berada di tangan Allah Azza wa Jalla, sedangkan Allah memerintahkan memasukkanmu ke neraka, berkatalah kepada Tuhan: Jangan perintahkan mereka.''
''Saya mohon ampun kepada Allah. Saya bertobat kepada-Nya.''

Cerita ini dikutip oleh Syekh Yusuf Al-Makassari dari kitab Zaadatul Musafirin (Perbekalan para Pengelana) dalam salah satu risalahnya, An-Nafhatus Sailaniah (Embusan dari Ceylon).

Syekh Yusuf menulis lebih dari 20 tulisan terutama tentang tasawuf. Salah satunya yang dari Srilangka alias Ceylon itu. Ditulis memenuhi keinginan para jamaah dan sahabat, risalah ini memuat antara lain keharusan mempersatukan syariat dan hakikat. Misalnya mengutip pendapat guru-guru tasawuf yang menyatakan, ''Siapa yang berilmu tetapi tidak bertasawuf, ia fasik. Siapa yang bertasawuf namun tidak berfikih, ia zindik.''

Sepuluh Tanda Kiamat

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan terjadi fitnah di saat orang yang duduk lebih baik (selamat) daripada orang yang berdiri. Dan orang yang berdiri, lebih baik (selamat) dari orang yang berjalan. Sedangkan orang yang berjalan, lebih selamat dari orang yang berlari. Dan siapa yang mengintainya akan disambar (ditangkap) olehnya, maka siapa yang mendapatkan tempat berlindung daripadanya, maka hendaklah berlindung di tempat itu.” (HR. Bukhari-Muslim).

Saat dunia tak ada lagi tempat bernaung. Saat tiap sudut sirna sudah sebagai tempat berlabuh. Dan tiap insan tak tahu harus kemana berteduh. Itulah hari akhir. Hari Allah, dan hari di mana Allah membalas semua perbuatan-perbuatan kita selama di dunia. Baik amal terpuji, maupun amal tercela. Baik orang miskin, pun orang kaya.

Tak ada lagi kesenjangan sosial di hari itu, sebab semua manusia disibukkan bukan oleh hartanya—namun oleh amalan-amalannya. Sejak saat itulah manusia dibalas sesuai apa yang ia perbuat, amalan-amalan dengan nilai pahala dan dosa yang kecil maupun besar.

Sebelum memasuki Kiamat Kubra, manusia dihadapkan oleh tanda-tanda kiamat. Tanda-tanda kiamat pun variatif. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda, yakni: Pertama, asap. Kedua, Dajjal. Tiga, binatang melata di bumi. Empat, terbitnya matahari sebelah barat. Lima, turunnya Nabi Isa AS. Enam, keluarnya Yakjuj dan Makjuj. Tujuh, gerhana di timur. Delapan, gerhana di barat. Sembilan, gerhana di jazirah Arab dan terakhir, keluarnya api dari Kota Yaman dan menghalau manusia ke tempat penggiringan mereka."
Pertama, Dajjal. Maksudnya ialah bahaya besar yang tidak ada bahaya sepertinya sejak Nabi Adam AS sampai hari kiamat. Dajjal dapat membuat apa saja perkara-perkara yang luar biasa. Dia akan mendakwa dirinya Tuhan, sebelah matanya buta dan di antara kedua matanya tertulis perkataan 'kafir'.

Tanda kedua, asap akan memenuhi timur dan barat, ia akan berlaku selama 40 hari. Apabila orang yang beriman terkena asap itu, ia akan bersin seperti terkena selesma, sementara orang kafir keadaannya seperti orang mabuk. Asap akan keluar dari hidung, telinga dan dubur mereka.

Tanda ketiga, yakni keluarnya binatang melata yang dikenali sebagai Dabatul Ardh ini akan keluar di Kota Makkah dekat gunung Shafa. Ia akan berbicara dengan kata-kata yang fasih dan jelas. Dabatul Ardh ini akan membawa tongkat Nabi Musa AS dan cincin Nabi Sulaiman AS. Apabila binatang ini memukulkan tongkatnya ke dahi orang yang beriman, maka akan tertulislah di dahi orangitu 'Ini adalah orang yang beriman'. Apabila tongkat itu dipukul ke dahi orang yang kafir, maka akan tertulislah 'Ini adalah orang kafir'.  Tanda keempat, yaitu turunnya Nabi Isa AS di negeri Syam di menara putih. Beliau akan membunuh Dajjal. Kemudian Nabi Isa AS akan menjalankan syariat Nabi Muhammad SAW.

Yakjuj dan Makjuj juga akan keluar, mereka ini merupakan dua golongan. Satu golongan kecil dan satu lagi golongan besar. Yakjuj dan Makjuj itu kini berada di belakang bendungan yang dibangun oleh Iskandar Zulqarnain.

Sejalan dengan tanda-tanda tersebut, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits lain, "Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi dan merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq."

Allah SWT berfirman, “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan Hari Kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Hari Kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad: 18).

Allah telah memberikan kunci rahasia pada kita, bahwa kiamat akan datang tiba-tiba, tanpa kompromi, dan tiadalah yang mengetahui kapan kiamat itu terjadi, sekalipun Jibril yang senantiasa setia pada Allah. Oleh karenanya, karena kiamat itu tiba-tiba, maka Allah mempersilakan kita untuk memperbaiki amal ibadah. Wallahua’lam bishshawwab. sumber

Senin, 26 Maret 2012

Islam dan Teori Bumi Bundar


REPUBLIKA.CO.ID, Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung dalam 'kegelapan' dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah Nicoulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan terori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu. Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan  sains sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 hingga 15 M.

Hasil penelitian yang dilakukan  Edward S Kennedy dari  American University of Beirut  menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom Islam –dua atau tiga abad sebelumnya. Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim seperti  Ibn al-Shatir (wafat 1375), Mu'ayyad al-Din al-'Urdi (wafat 1266) dan Nasir al-Din al-Tusi (wafat 1274).

Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk bumi pada abad ke-17 M – setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming.  Sejak abad itulah, melalui risalah yang ditulis  Xiong Ming-yu berjudul Ge Chi Cao wacana bentuk bumi  bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu.

                                                                        ***

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk  bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, pada tahun 830 M,  Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi beserta para astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai  24 ribu mil atau  38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 itu hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu.

Atas permintaan Khalifah Abbasiyah ketujuh itu, para astronom Muslim sukses mengukur jarak antara Tadmur (Palmyra) hingga Al-Raqqah di Suriah.  Para sarjana Muslim itu menemukan fakta bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.

                                                                        ***

Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al-Biruni (973-1048) juga mengukur jari-jari  bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6 kilometer. Hal pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat itu, Al-Biruni  mengembangkan metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak  gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer (pembuat peta)  Muslim dari abad ke-12 M, Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al-Idrisi Ash-Sharif. Pada tahun 1154 M, Al-Idrisi – ilmuwan dari Cordoba --  secara gemilang sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Dalam globe itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al-Idrisi pun menulis buku berjudul Al- Kitab al-Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk sang raja.

                                                                        ***

Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus pun membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan Al-Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al-Idrisi, Columbus mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya 'New World'. Padahal, bagi para penjelajah Muslim benua itu bukanlah dunia baru, karena telah disinggahinya beberapa abad sebelum Columbus. Dalam ekspedisi yang dilakukannya itulah, Columbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengelaurkan kesepakatan bersama dalam bentuk ijma tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh Ibnu Hazm (wafat 1069), Ibnu Al-Jawi (wafat 1200) dan Ibnu Taimiyah (wafat 1328). Penegasan ketika tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat,  Abul-Hasan ibnu al-Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, and Abul-Faraj Ibnu Al-Jawzi  telah menyatakan bahwa  bentuk bumi adalah bundar (istidaaratul-aflaak).  Ibnu Taimiyah melandaskannya pada Alquran surat Az-Zumar ayat 5. Allah SWT berfirman: "...Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan siang atas malam..."

Selain itu, para ulama juga berpegang pada Surat Al-Anbiyaa ayat 33. Allah SWT berfirman,” Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di dalam garis edarnya.” Kata “falak' dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola.

Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan  Abu Ya'la  dalam karyanya berjudul  Tabaqatal-Hanabilah. Dalam kitab itu, Abu Ya'la mengutip sebuah ijma para ulama Muslim yang  bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijma itu diungkapkan oleh generasi kedua – murid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ilmuwan terkemuka  Ibnu Khaldun (wafat 1406) dalam kitabnya yang fenomenal berjudul Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola. Pendapat itu diperkuat oleh  Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam al-Fishol fil Milal wan Nihal. Menurutnya,  tak ada satupun dari 'ulama kaum muslimin -- semoga Allah meridhoi mereka -- yang mengingkari bahwa Bumi itu bundar dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka.

Dengan meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar, para sarjana Muslim  kemudian menetapkan sebuah cara untuk menghitung jarak dan arah dari satu titik di bumi ke Makkah. Melalui cara itulah, arah kiblat ditentukan.

Mukjizat Alquran tentang Rahasia Besi


REPUBLIKA.CO.ID,  Astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Menurut Harun Yahya, logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa.

Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat.

Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova".

Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi".

Subhanallah, penemuan itu ternyata telah diungkapkan pada abad ke-7 dalam kitab suci Alquran. Bahkan, besi menjadi nama salah satu surah Alquran, yakni Al-Hadiid.
Penemuan dunia astronomi tentang rahasia besi itu diungkapkan dalam surah Al-Hadiid [57] ayat 25,
''... Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ..." (Alquran, 57:25)

Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia.

Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

Mukjizat Alquran tentang Pergerakan Gunung


REPUBLIKA.CO.ID,  Seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener pada awal abad ke-20 M mengungkapkan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Menurut Harun Yahya, para ahli geologi  baru memahami kebenaran pernyataan Wegener itu pada 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Dalam tulisannya, Wegener, mengemukankan bahwa sekitar 500 juta tahun lalu, seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Namun, sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

''Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar.'' (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Fakta ilmiah ini, kata Harun Yahya, telah diungkapkan oleh kitab suci Alquran sejak abad ke-7 M. ''Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak,'' ungkap Harun Yahya.

Simak surah An-Naml [27] ayat 88, Allah SWT berfirman, "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Menurut Harun Yahya, gerakan gunung-gunung itu disebabkan gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat.

''Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini,'' papar Harun Yahya.

Sungguh, Alquran adalah firman Allah SWT yang Maha Benar.

Pendiri Gerakan Hamas: Syekh Ahmad Yasin


REPUBLIKA.CO.ID, Ia bernama lengkap Ahmad Ismail Yasin. Namun, dunia mengenalnya dengan panggilan Syekh Ahmad Yasin. Mujahid yang pemberani itu terlahir di desa Jurah yang terletak di sebelah selatan kota Gaza, Palestina. Soal tanggal kelahirannya tak ada data yang pasti.

Syekh Muhammad Said Mursi dalam Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, mengungkapkan, Syekh Ahmad Yasin lahir tahun 1938. Ada pula yang menyebut lahir pada 28 Juni 1937. Namun, dalam paspornya tercantum 1 Januari 1929. Syekh Ahmad Yasin sendiri pernah mengaku terlahir pada 1938.

Ayahnya bernama Abdullah Yassin. Ia menjadi anak yatim ketika berusia tiga tahun.  Ia memiliki empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Dia dan seluruh keluarganya melarikan diri ke Gaza dan  menetap di Kamp al-Shati, setelah desa tempat kelahirannya dicaplok  tentara Israel selama Perang Arab-Israel pada 1948.

Syekh Ahmad Yasin datang ke Gaza sebagai seorang pengungsi. Menginjak usia 12 tahun, ia mengalami kelumpuhan total, setelah bermain gulat dengan kawannya Abdullah al-Khatib.  Lehernya sempat diplester selama 45 hari. Namun, ia harus mengalami kelumpuhan seumur hidup.

Sejak kecil Syekh Ahmad Yasin berjiwa bijak, sabar, dan tabah. Ia tak menceritakan kalau tubuhnya mengalami luka seperti itu karena ulah temannya, al-Khatib. Semua itu dilakukannya, semata-mata karena tak ingin hubungan persaudaraan antara keluarganya dengan keluarga teman yang telah melukainya retak. Ia hanya mengaku terluka ketika sedang bermain lompat katak di sekolahnya.

Meski kondisi fisiknya tak seperti orang normal, karena lumpuh, semangat belajarnya sangat tinggi. Ia sebenarnya diterima sekolah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Namun, kondisi kesehatannya yang memburuk membuatnya terpaksa harus belajar di rumah.

Ia adalah seorang kutu buku. Minatnya pada ilmu filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi membuatnya menjadi seorang tokoh. Masyarakat Gaza pun menjulukinya sebagai salah seorang pembicara atau orator tebaik di Jalu Gaza. Syekh Ahmad Yasin pun dipercaya untuk menyampaikan khutbah mingguan, setelah shalat Jumat.

Sebagai seorang orator yang hebat, ceramahnya seakan mampu ‘’menyihir’’ dan membuat masyarakat di Gaza terpana. Tak heran jika setiap kali tampil berpidato atau berceramah massa menyemut mengelilinginya. Karier pertamanya adalah menjadi guru  bahasa Arab pada sekolah dasar di Rimal, Gaza.

Awalnya, kepala sekolah SD itu, Mohammad al-Shawa tak yakin, Ahmad Yasin bisa diterima para siswa untuk mengejar, karena kondisi fisiknya. Namun, secara mengejutkan, ia justru mampu menarik perhatian para siswa karena cara mengajarnya yang luar biasa. Mengajar murid-muridnya dengan hati dan keikhlasan membuatnya menjadi guru idola.

Aktivitasnya di dunia poltik dimulai dengan bergabung menjadi anggota Ikhwanul Muslimin cabang Palestina. Pada 1987,  bersama Abdul Aziz al-Rantissi, Syekh Ahmad Yasin mendirikan sebuah organisasi bernama Hamas, yang dikenal sebagai sayap Ikhwanul Muslimin di Palestuna. Ia pun  menjadi tokoh yang disayangi umat dan ditakuti lawan.

Syekh Ahmad Yasin: Mujahid dari Jalur Gaza


REPUBLIKA.CO.ID, Ia adalah seorang ulama yang tak pernah berhenti untuk membangkitkan semangat umat Islam untuk mengusir penjajah Israel dari tanah milik kaum Muslim.

‘’Tanah Palestina adalah wakaf milik umat Islam. Tak ada seorang pun yang boleh membiarkannya lepas, walaupun hanya sejengkal.’’ Seruan yang memompa semangat umat Islam untuk melindungi Palestina dari gangguan Zionis Israel itu diungkapkan seorang pejuang Islam terkemuka bernama Syekh Ahmad Yasin.

Syekh Ahmad Yasin adalah pejuang Islam sejati. Meski seluruh tubuhnya mengalami kelumpuhan akibat sebuah kecelakaan saat berolahraga, semangat juangnya untuk membela Islam dan Palestina, sebagai kota suci ketiga bagi umat Islam, sungguh amat luar biasa. Di tengah keterbatasan fisik, ia justru mampu mendirikan sebuah organisasi perjuangan dan politik bagi rakyat Palestina bernama Hamas.

Ia adalah seorang ulama yang tak pernah berhenti untuk membangkitkan semangat umat Islam untuk mengusir penjajah Israel dari tanah milik kaum Muslim. ‘’Setelah negara Arab mengalami kekalahan dari pasukan Israel pada 1967, Syekh Ahmad Yasin dalam setiap ceramahnya selalu mengajak umat Islam agar bersatu untuk mengusir Israel dari Palestina,’’ ujar Syekh Muhammad Said Mursi dalam Tokoh-tokoh Islam Sepanjang Sejarah.

Semangat perjuangan dan jihad fi sabilillah yang digelorakannya memberi pengaruh yang sangat besar bagi perjuangan rakyat Palestina untuk merebut haknya dari cengkraman Israel. Lewat organisasi dan gerakan Hamas yang didirikannya, Syekh Ahmad Yasin mampu mendirikan sejumlah lembaga penting di Tanah Palestina.

                                                                        
                                                                           ***

Menurut Syekh Said Mursi, Hamas yang didirikan Syekh Ahmad Yasin disambut dukungan umat Islam di Palestina, khususnya di kawasan Gaza. Betapa tidak.  Hamas yang dituding pemerintah Amerika Serikat (AS) sebagai gerakan teroris, justru kehadirannya memberi berkah bagi warga Palestina.

Hamas telah mendirikan rumah sakit, membangun sistem pendidikan lewat sekolah-sekolah yang didirikannya, mendirikan lembaga zakat, lembaga perdamaian untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antarwarga, serta lembaga sosial lainnya. Sebagai seorang pejuang Islam yang tangguh, Syekh Ahmad Yasin tak pernah mengenal istilah takut.

Ia berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela agama Allah SWT. Pada 1983,  Syekh Ahmad Yasin ditangkap pasukan Israel. Ia dijebloskan ke dalam jeruji besi dengan tuduhan kepemilikan senjata ilegal. Sebuah fitnah dan tuduhan yang mengada-ada.  Selain itu, ia juga dituding menghasut masyarakat untuk mengusir Yahudi.

Tak cukup dengan dua sangkaan itu, Syekh Ahmad Yasin pun dijebloskan ke penjara karena jabatannya sebagai pemimpin Hamas. Tak tanggung-tanggung, Syekh Ahmad Yasin pun dihukum penjara oleh Israel selama 13 tahun. Untunglah, berkat pertolongan Allah SWT, ia dibebaskan pada 1985 dalam sebuah pertukaran tawanan antara Israel dengan Organisasi Pembebasan Rakyat Palestina (PLO).

                                                                          ***

Empat tahun kemudian, Zionis Israel kembali memenjarakan Syekh Ahmad Yasin. Selama berada dalam penjara, ia kerap diperlakukan secara sangat keji. Meski dalam keadaan lumpuh, tentara Israel selalu menyiksanya. Semua siksaan keji itu diterimanya dengan penuh ketabahan.

‘’Syek Ahmad Yasin rela mengalami semua siksaan dan penderitaan itu, demi membela agama Islam, dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari cengkeraman penjajah Israel,’’ papar Syekh Said Mursi. Pada 1991, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan militer Israel.

Enam tahun kemudian, Syekh Ahmad Yasin dibebaskan dari penjara. Ia dibebaskan dalam sebuah pertukaran tahanan antara pemerintah Israel dengan kelompok Hamas. Israel membebaskannya dari hukuman seumur hidup, dengan syarat Hamas membebaskan dua anggota Mosad yang berupaya membunuh tokoh Hamas di Yordania, Halid Masy’al.

Begitu tiba di jalur Gaza, umat Islam menyambut kedatangannya dengan penuh suka cita. Ia tak hanya menjadi pahlawan bagi rakyat Palestina, tapi pahlawan bagi agamanya. Syekh Ahmad Yasin juga dikenal sebagai sosok yang tegas. Ia tak mau berkompromi dengan ketidakadilan.

Demi membela tanah suci ketiga bagi umat Islam, ia dengan berani menolak semua kesepakatan dan perundingan damai antara Israel dan Palestina. Syekh Ahmad Yasin hafal benar bahwa perundingan damai itu hanya akan merugikan umat Islam dan rakyat Palestina.

                                                                          ***

Keberanian dan ketokohannya membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) – sekutu Israel – takut.  AS pun menyebut dan mengelompokkan Hamas yang dipimpin Syekh Ahmad Yasin sebagai kelompok teroris. ‘’Amerika menganggap perjuangan Hamas di Palestina melawan penjajah Israel sebagai sebuah kejahatan,’’ papar Syekh Said Mursi dalam bukunya.

Tak heran, kata Syekh Said Mursi, pemerintah AS pun meminta kepada pemerintah Israel untuk menghancurkan kelompok Hamas dengan cara apapun. Israel pun berulang kali melakukan usaha pembunuhan  terhadap Syekh Ahmad Yasin.  Pada 6 September 2003, pesawat tempur Israel membombardir rumah kediaman ulama pejuang Islam itu.

Serangan udara itu tak mampu membunuh Syekh Ahmad Yasin. Ia lolos dari upaya pembunuhan itu.  Upaya dan usaha untuk membunuh sang tokoh Muslim itu terus dilakukan Israel. Hingga akhirnya, pada 22 Maret 2004, tentara Zionis Israel membunuh Syekh Ahmad Yasin dengan cara yang sangat sadis dan keji.

Hari itu, Syekh Ahmad Yasin baru saja selesai shalat Subuh di Masjid Al-Mujama’ Al-Islami yang didirikannya di Kota Gaza.  Ketika keluar dari masjid, pasukan Israel melepaskan tiga roket. Salah satunya, mengenai tubuh sang mujahid. Ia pun gugur sebagai syuhada, bersama sembilan orang Palestina

Dunia pun beramai-ramai mengecam aksi brutal dan sadis yang dilakukan pasukan Zionis Israel itu.  Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Kofi Annan, mengutuk keras pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap tokoh Hamas itu.

Pada saat itu, Komisi HAM PBB sempat mengeluarkan sebuah resolusi yang mengutuk aksi biadab Israel itu.  Sebanyak 31 negara mendukung resolusi Komisi HAM PBB itu, salah satunya Indonesia. Hanya dua negara yang menolak resolusi itu dan 18 negara lainnya memilih abstain.

Rakyat Palestina pun berduka selama tiga hari. Hingga kini, semangat perjuangan dan jasa Syekh Ahmad Yasin masih tetap dikenang. Semangat perjuangannya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel tetap mengalir dalam darah dan jiwa anak-anak muda di Jalur Gaza.

Peter Gould: Islam Benar-benar Sebuah Filsafat yang Indah


REPUBLIKA.CO.ID, Seniman asal Australia ini mulai mendalami Islam pada 2002. Semua berawal dari kunjungannya ke negara-negara Muslim untuk memperkaya inspirasi seninya.

"Aku sangat terinspirasi kota-kota tua seperti Granada, Fes, dan Damaskus. Pengalaman itu memperkaya batinku dan membuka cakrawala kreativitasku, Alhamdulillah," katanya.

Peter Gould, seniman tersebut, merasa jatuh cinta pada elemen-elemen disain dan tradisi artistik Timur Tengah yang telah berusia ratusan tahun. “Aku memotret banyak hal dan berusaha menyerap detil-detilnya. Kaligrafi, kubah-kubah, ubin, lengkungan, dan warna-warna yang cerah yang luar biasa. Benar-benar mengagumkan."

“Aku terdorong untuk memasukkan semua yang kulihat ke dalam pekerjaan dan mengombinasikannya dengan proyek-proyek disain grafis dan karya seni yang kubuat," kata Gould. Baginya, karya seni Islam memilki spektrum yang sangat kaya.

Kekagumannya pada seni desain islami mewarnai keingintahuannya tentang Islam, agama yang ia kenal dari seorang teman Muslim yang baru dikenalnya. Warna baru yang segera mengisi hati sekaligus jiwa seninya itu memantapkan hati sang seniman untuk bersyahadat di tahun yang sama, sepuluh tahun lalu.

                                                                  ***

Peter Gould lahir dan tumbuh di tengah sebuah keluarga non Muslim di Sydney, Australia, dan menghabiskan waktunya di sana. Lulus dari Sydney Technical High School, Gould menjadi mahasiswa di University of Technology di Sydney dan mendalami seni desain.

Ketika berusia 19 tahun, melalui salah seorang temannya, Gould mengenal seorang perempuan Muslim berkebangsaan Afrika Selatan. Perilaku dan pembawaan gadis bernama Inshirah Khan yang baru dikenalnya itu menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri Gould, tentang diri sang Muslimah dan tentang agamanya.

“Ia adalah perempuan yang pintar, serta begitu sabar menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Itu membuatku semakin ingin tahu,” kata Gould dalam sebuah wawancara. Dari teman Muslimnya itu, Gould terus mencari tahu dan secara perlahan memahami Islam. Ia juga mulai menghadiri beberapa ceramah dan membaca buku-buku tentang Islam.

Ketika keingintahuannya terhadap Islam semakin besar, Gould mulai berhati-hati. Terutama pada keluarganya, mengingat tidak satupun dari mereka berlatar belakang atau pernah berhubungan dengan agama yang tengah dipelajarinya kala itu.

“Aku menyimpan sendiri ketertarikanku, dan selama satu tahun menyembunyikan Alquran di bawah tumpukan majalah gitarku,” kata pria yang telah dikaruniai dua orang putri itu.

Upaya Gould mengenali Islam, dan penjelasan dari teman Muslimnya yang banyak membantunya memahami Islam, membuahkan sebuah kesimpulan penting dalam benaknya. Gould yakin, Islam adalah manifestasi paling logis dan indah dari dua kalimat syahadat. “Perempuan itu kini menjadi istriku, alhamdulillah,” ujar pendiri Creative Cubed Pty Ltd itu.

Mengenai faktor terbesar yang membuatnya menerima Islam, Gould menguraikan bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad saw itu menyediakan perangkat lengkap pedoman untuk menjalani kehidupan. Selain itu, ia menemukan bahwa Alquran, kitab para Muslim, adalah sebuah dokumen fenomenal yang memuat semua itu.

Hal menarik tentang Islam di mata Gould adalah penolakan terhadap materialisme dan individualisme seperti yang banyak terjadi di negara-negara Barat. “Islam benar-benar sebuah filsafat yang indah. Aku menemukan banyak hal melalui prinsip-prinsip universalnya,” kata Gould.

Ron Mastro: Temukan Kebenaran dalam Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Ron Mastro mungkin tidak menyangka hidayah Allah datang melalui buku karya Harun Yahya dan membawanya menuju Islam.

Ia mengisahkan, ketika ia masih kecil, ia dibesarkan oleh keluarga Kristen di Amerika Serikat. Setiap Ahad, Ron pergi ke gereja dan sekolah minggu. Hal yang sama seperti anak-anak Amerika lakukan. Tetapi pada saat berusia sepuluh atau sebelas tahun, Ron berhenti datang ke gereja. Ia tidak bisa menemukan jawaban yang dicarinya. Sedihnya, penjelasan yang ia terima dari gereja tidak memuaskan batinnya.
Selama masa remaja, Ron meninggalkan semua agama dan menjadi atheis. Ron mengaku tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk namun ia sengaja melupakan Tuhan. “Saya lupa bahwa Allah ada dan Allah mengasihi seluruh umat manusia,”katanya kepada Onislam.net.
Di saat usianya beranjak 30 tahun, ia pindah ke Praha, Republik Cheska. Bagi Ron, kota ini adalah kota yang indah dengan arsitektur yang menakjubkan. Suatu hari, ketika Ron dalam perjalanan pulang, ia berhenti di stasiun kereta. “Di stasiun ada toko buku kecil. Saya lihat semua judul dan sebagian besar berbahasa Cheska Saya menemukan satu buku dalam bahasa Inggris karya Harun Yahya. Karena bahasa Cheska saya tidak terlalu baik, saya pilih buku Harun Yahya,”kata Ron.
Kemudian, Ron membawa pulang buku dan mulai membacanya. Ketika ia membaca buku tersebut, ia menyadari bahwa buku tersebut banyak menjawab pertanyaan yang membelenggu hatinya sejak remaja.
“Saya mulai mempelajarinya dan semakin banyak hal masuk akal yang saya dapatkan dari buku tersebut. Saya mulai mengerti dan memahami lebih jauh dari sebelumnya,”kata pria plontos itu.
Ia kemudian menemukan alamat website harunyahya.com dan mulai membaca buku-buku lain karya Harun Yahya. Ia menemukan tulisan Harun Yahya sangat menarik dan yang paling penting adalah menjawab pertanyaannya. Ron pun mulai menonton film dokumenter dan film pendek di website dan menemukan hal-hal baru yang mengisi batinnya.
“Karena rasa ingin tahu,  saya berhasil memperoleh salinan Alquran.  Jadi, saya mulai membaca Quran dari surah pertama. Dan saat saya selesai membacanya, beberapa hari kemudian, dalam hati saya saya menyadari bahwa apa yang saya baca  adalah kebenaran. Alhamdulillah,”kata pria berkacamata ini.
Ron akhirnya menyadari bahwa Alquran benar-benar firman Allah yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad, saw. Ini menjawab begitu banyak pertanyaan Ron, pertanyaan tentang Yesus, Musa, dan banyak dari nabi Allah yang lain.
“Saya mulai menyadari bahwa jalan Islam adalah cara untuk mengenal Allah, bahwa Islam adalah agama yang benar umat manusia. Saya berhutang banyak kepada  Harun Yahya,”katanya.
Ron kini berada di Jerman dan bekerja di sana. Ia bersyukur dengan apa yang ia miliki. “Saya berdoa setiap hari, dan saya tahu jika saya telah melakukan hal-hal buruk di masa lalu, Allah akan mengampuni dosa saya,” katanya.
Ia mendorong semua orang agar menonton film dokumenter dan  mengeksplorasi buku-buku Harun Yahya.Ia juga mengingatkan untuk membaca Alquran dan mengamalkannya. “Jangan sampai orang di media dan jangan biarkan orang lain menentukan apa Islam itu. Biarkan Islam berbicara sendiri melalui Al Qur'an,”katanya. Sesungguhnya, lanjut Ron, Islam adalah agama seluruh umat manusia, dan benar-benar itu semua dari Allah, Alhamdulillah. “Datanglah untuk memahami firman Allah,”katanya.

Abdul Aziz Laia: Bersyahadat karena Kitab Suci Islam Memiliki Surah Maryam


REPUBLIKA.CO.ID
Saat remaja, seorang guru berkerudung membuatnya kagum. Beranjak dewasa, hatinya terketuk oleh materi khutbah Jumat serta kumandang tilawah Alquran yang didengarnya setiap menjelang Maghrib. Kini, pria bernama Abdul Aziz Laia itu telah menghafal tiga setengah juz Alquran.

Abdul Aziz berislam sembilan tahun lalu, setelah beberapa tahun lamanya kebenaran Islam menyusup ke dalam sanubarinya. Islam, katanya, menjawab berbagai pertanyaan dan ketidakpastian dalam agamanya. “Tak ada alasan untuk keluar dari agama Allah ini,” kata pria bernama asli Lianus Laia ini.

                                                       
                                                                            ***

Abdul Aziz. Demikian nama yang dipilihnya setelah ia memutuskan mengucap syahadat pada Januari 2002 silam. “Laia,” nama marga yang tak ingin ditanggalkannya, ia sematkan di belakang nama barunya itu. Dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga Kristiani, Aziz tak pernah mengenal Islam. Terlebih di Nias Selatan, kota kelahirannya, umat Islam adalah masyarakat minoritas.

“Yang kuingat, dulu aku dan teman-teman kerap merobek gambar apapun yang disebut-sebut sebagai gambarnya orang Islam. Tapi aku sendiri tak tahu apa itu Islam,” ujar Abdul Aziz kepada Republika yang menemuinya di kampus LIPIA, Jakarta Selatan, Kamis (15/3) lalu.

Satu hal yang ia tahu tentang Muslim kala itu; mereka berbeda. Perbedaan itu ditemukannya dalam diri salah seorang guru perempuan di sekolahnya. “Aku masih ingat, dulu aku sering mengamati pakaiannya. Ia mengenakan kerudung dan rok panjang yang menutupi kakinya, tidak seperti pakaian guru-guru perempuan lain di sekolahku.”

Tak hanya itu, Aziz kagum pada bagaimana sang ibu guru berperilaku dan bertutur kata. “Akhlaknya mencerminkan kebaikan budi pekerti. Jika semua Muslim seperti itu, saya yakin akan banyak sekali orang yang tertarik pada Islam,” kata Abdul Aziz, masih dengan nada kagum.

                                                                            
                                                                           ***

Semua hanya sebatas kekaguman, hingga akhirnya Abdul Aziz menamatkan sekolah menengah pertamanya dan melanjutkan studinya ke sebuah sekolah kejuruan di Medan. Di kota itulah segalanya berawal. Aziz bekerja sebagai fotografer pada sebuah keluarga Muslim dan tinggal bersama mereka di rumah yang berdekatan dengan masjid.

Setiap hari, selama tiga tahun, Aziz mendengar rekaman tartil Alquran lengkap dengan terjemahannya dikumandangkan setiap menjelang Maghrib. Al-Anbiyaa’ dan Maryam adalah dua surah yang paling sering diputar kala itu. “Aku sangat terheran-heran kala itu. Nabi-nabi yang disebutkan dalam Alquran sama persis dengan nabi-nabi yang pernah kami (umat Kristiani) pelajari,” kata Aziz.

Berangkat dari situ, perhatian Aziz pada Islam muncul secara perlahan. Khutbah yang didengarnya setiap hari Jumat melengkapi perhatiannya dan mengubahnya menjadi keingintahuan. “Aku semakin ingin tahu lebih banyak hal tentang Islam. Dan secara perlahan pula, aku semakin jarang pergi ke gereja.”

Tak hanya itu, Aziz merasa ada yang mengetuk-ngetuk hatinya kala melihat para jamaah masjid berwudlu. “Itu seperti baptis dalam ajaran kami. Aku merasa Islam dekat dengan berbagai hal yang pernah kuketahui sebelumnya tentang agamaku.” Meski belum resmi berislam, keingintahuan yang bertambah besar setelah itu membuat Aziz memilih menjadi remaja masjid. Sesekali, ia bahkan ikut mengerjakan amalan-amalan Muslim.

                                                                         
                                                                          ***

Lulus dari sekolah kejuruan, pria kelahiran 25 Oktober 1980 ini lalu merantau ke Riau dan bekerja di sana. Dua tahun pertama di sana, katanya, ia semakin giat mendalami Islam. “Aku mulai membandingkan antara Islam dan Kristen,” katanya.

Pada waktu yang sama, Aziz mulai meragukan dogma-dogma agamanya. Seperti dogma yang mengatakan bahwa dosa-dosa umat Kristiani dihapuskan pada Natal dan tahun baru. “Ketika yang kulihat justru bahwa banyak dari kami merayakan Natal sambil mabuk-mabukan, jaminan pengampunan dosa itu mustahil,” ujarnya.

Hingga akhirnya, ia memilih salah seorang kawannya yang juga seorang penggiat masjid untuk menjawab pertanyaannya. Setelah sempat tidak mampu memejamkan mata pada malam sebelumnya, Aziz melontarkan tiga pertanyaan pada kawannya itu. “Aku bertanya tentang siapa Muhammad, bagaimana posisi Isa dan Maryam dalam Islam, dan mengapa babi haram dimakan.”

Dari uraian sang kawan, Aziz mengetahui bahwa perihal Nabi Muhammad juga disebutkan di dalam Injil, dan larangan memakan daging babi disebutkan dalam Alquran. Dan ia semakin takjub saat mengetahui bahwa Islam memiliki surah bernama Maryam, sementara agamanya tidak.

Tak ada lagi keraguan dalam hati Aziz untuk membantah kebenaran Islam saat itu. Tak ingin menunda, Aziz meminta diislamkan saat itu juga, dua minggu setelah ia merayakan Natal. Meski tak disaksikan siapapun selain Allah dan kawannya, Lianus Laia pun resmi berhijrah dengan nama Abdul Aziz Laia.


                                                                         ***

Pasca berislam, Aziz semakin menunjukkan perannya sebagai remaja masjid. Ia dipercaya sebagai ketua, diundang berbicara di berbagai masjid, dan menjadi penggagas pengajian khusus mualaf di Kecamatan Tualang Perawang, Siak, Riau. Selain itu, Aziz juga belajar membaca Alquran pada sang marbot yang mengislamkannya.

Hanya saja, Aziz merasa, ia tak banyak belajar banyak tentang Islam kala itu. Bahkan, ia malu karena tak juga mampu membaca Alquran. “Tak ada yang membimbingku mendalami agama. Namun di tengah kondisi itu, aku tak pernah absen untuk shalat berjamaah di masjid.”

Hingga akhirnya, ia bertemu seorang ustadz yang menyarankan Aziz untuk menimba ilmu agama di Jawa. Di luar dugaan, masyarakat Tualang Perawang mendukung dan bergotong royong menyiapkan biaya keberangkatannya. “Saya bertolak dari Riau dengan membawa uang sebesar 13 juta yang dikumpulkan oleh masyarakat. Subhanallah.”

Di Jawa, Aziz mula-mula menimba ilmu selama tiga bulan di sebuah pesantren di Pandeglang, kemudian setahun di Tasikmalaya. Dari kedua pesantren tersebut, Aziz merasa kebutuhannya sebagai mualaf tidak terpenuhi, dikarenakan tidak ada sistem pembimbingan khusus bagi mualaf seorang seperti dirinya.

Kondisi itu semakin parah karena Aziz mulai kehabisan bekal sehingga harus bekerja. Ia bekerja di klink pesantren dan hanya diperbolehkan ikut belajar bersama para siswa Aliyah setelah tugas-tugasnya selesai. Itupun tanpa terlibat aktif dan menerima rapor karena ia tak mampu membayar SPP. “Di kelas, aku hanya jadi pendengar.”

Solusi datang dari Allah saat ia bertemu seorang teman yang kemudian mengenalkannya pada seorang teman lain dari Medan. Dari teman yang terakhir, Aziz bertemu seorang mualaf yang mengelola pesantren khusus mualaf An-Naba’ Center, Syamsul Arifin Nababan.

                                                                         ***

Ustaz Nababan, demikian Aziz memanggilnya, mengizinkannya untuk tinggal di An-Naba’ Center dan mempelajari Islam tanpa dibebani kewajiban finansial. “Di sanalah aku mulai belajar Alquran secara intensif dan kemudian mulai menghafalnya.”

Atas perjuangan sang ustadz pula, Aziz dapat berkuliah di LIPIA . Di samping itu, semangat dakwah yang tinggi dalam dirinya mendorongnya untuk mendalami ilmu dakwah di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah Al-Hikmah, Jakarta Selatan. Selain berkuliah, pria yang bercita-cita menjadi dai ini juga sibuk berdakwah di berbagai tempat.

Mengenai keislamannya, Aziz mengaku puas dan tenang. “Subhanallah, kehidupan menjadi sangat indah dengan Islam.” Keindahan itu, katanya, tidak akan ia gadaikan dengan apapun. “Diiming-imingi apapun, dan diancam dengan apapun, aku tidak akan meninggalkan agama ini. Jiwa ragaku untuk Islam,” tegasnya.

Tentang cita-citanya, Aziz mengaku akan terus mempersiapkan diri untuk itu. Sulung dari tujuh bersaudara ini bertekad untuk terus menuntut ilmu hingga menjadi seorang yang ‘mumpuni’ di bidang agama. “Setelah lulus S2, aku akan kembali ke Nias dan berdakwah di sana.”

Aishah Schwartz, Pembela Hak-Hak Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, Berangkat dari rasa kagum pada ajaran Islam yang dinilainya lembut, Aishah Schwartz memutuskan menjadi mualaf pada April 2002.

Tak sekadar memeluk Islam, Muslimah asal Amerika Serikat (AS) ini kemudian meretas kegiatan dakwah melalui dunia aktivis dan kepenulisan.
Lewat dakwahnya, ia berupaya membuka wawasan dan pemahaman masyarakat, utamanya masyarakat AS, bahwa terorisme tak berkaitan dengan konsep jihad yang diyakini kaum Muslim.

Demi dakwahnya pula, Schwartz pernah melancarkan protes kepada Presiden Prancis, Jacques Chirac. Mengenakan busana bak patung kebanggaan warga AS, Liberty, Schwartz berorasi di depan Kedutaan Besar Prancis di Washington DC pada 17 Januari 2004. Kala itu, dia meneriakkan keprihatinan atas kebijakan Pemerintah Prancis yang melarang Muslimah mengenakan jilbab di sekolah ataupun kantor.

Schwartz kembali beraksi pada 2006 saat mengupayakan tempat khusus bagi Muslimah saat beribadah di dekat Ka'bah, Masjidil Haram. Tak hanya di lapangan, kampanye Schwartz juga dilakukan melalui dunia maya dengan memajang poster berbunyi: "We Have a Right to Pray in This Space!"

Dia juga menulis pernyataan yang ditujukan langsung kepada Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz. Saat dia membacakan pernyataannya, reporter dari salah satu media Mesir, Al-Ahram, berkomentar bahwa aksi ini patut ditiru oleh kaum feminis Islam lainnya.

Selain mengungkapkan kegelisahannya secara langsung, Schwartz juga aktif menulis di blog, "Sister Aishah's Journey", yang dikelola kelompok blogger pembaca The Daily Reviewer. Dia tergabung di dalamnya sejak September 2009. Blog ini kemudian terpilih sebagai salah satu dari 100 blog favorit pembaca.